Terkejut itulah yang Adam rasakan sekarang, bingung sudah jelas. Dalam benaknya bertanya-tanya. Apakah Alfin punya Papa tiri? Lalu kapan Mamanya Alfin menikah lagi?.
"maksud lo? Nyokapnya Alfin nikah lagi gitu?" bingung Adam tatapan kecewanya membuat Alfin merasa bersalah. Namun, disini Alfin tidaklah salah karena tidak semua masalah keluarga ataupun masalah pribadi bisa diceritakan ke orang lain.
Karena orang yang lebih dekat dengan kita adalah orang yang berpeluang besar untuk menjatuhkan kita.
Itulah mengapa Alfin menjadi orang yang sangat tertutup. Datar, dingin, cuek itu sudah biasa ditemukan di dalam diri Alfin, tetapi jika ada seseorang yang menyakiti perempuan. Alfin tidak akan segan-segan untuk menhajarnya.
Sifat itu pekat pada diri Alfin karena melihat Mamanya yang menangis karena Papanya sendiri. Ingin rasanya membenci Papanya sendiri namun rasa kasih sayang lebih besar daripada rasa bencinya.
"bukan nyokap gue tapi bokap" ucap Alfin singkat bahkan rahangnya mulai mengetat ketara sekali jika dia sedang menahan amarah, tatapannya tajam menatap lurus ke depan.
"Al, gue nggak ngerti apa maksud lo"
"nggak semua masalah pribadi gue harus lo taukan, apalagi ini menyangkut keluarga gue" ucap Alfin
"jadi menurut lo gue ini orang asing, Al? Kita ini sahabatan udah dari kecil, Al. Kenapa masalah sebesarnya lo nggak ngasih tau ke gue?" tanya Adam kecewa.
"kalo gue bilang sama lo! Emang lo bisa selesaiin semua masalah gue?" tanya Alfin menahan amarah.
"gue tau itu sulit Al, tapi kalo kita berusaha pasti bisa Al. Dan kalo lo ceritain semua masalah lo ke gue itu bakal mengurangi beban lo"
"pasti bisa lo bilang, hah! Lo inget nggak sih kalo bokap gue itu udah nggak ada! Terus gue harus selesaiin masalah ini gimana, hah?" cukup! Kesabaran Alfin juga ada batasnya. Bahkan dia menatap Adam tajam.
"tahan emosi lo Al. Adam cuma pengen lo terbuka Al, bukan berarti dia mampu buat selesaiin masalah lo. Lo liat Heca, dia yang tertutup aja bisa cerita sama gue padahal kita baru kenal. Lo boleh curhat tapi apa yang perlu aja, nggak semua karena gue tau lo juga butuh privasi. Kalo misal tanggapan orang lain lo nggak setuju, lo bisa nolak kok" ucap Areta
"Ta, lo diam dulu. Urusan gue sama dia belum selesai" ucap Alfin datar
"maksud lo apa?" tantang Adam
"lo nggak ingat Dam, waktu dulu juga lo punya masalah pribadi yang nggak lo ceritain ke gue"
"apa?" ketus Adam
"waktu lo masih mempunyai penyakit leukimia"
"itu urusan pribadi gue!" sentak Adam
"nah itu lo taukan! Dan ini masalah pribadi gue! Jadi mendingan lo nggak usah ikut campur"
"gue nggak bilang sama lo ada alasannya, karena gue nggak mau buat lo khawatir!" makin memanas antara Alfin dan Adam
"ya sama gue juga nggak mau tambahin beban lo" ucap Alfin tak santai membuat Adam langsung maju hendak memukul Alfin. Alfin yang melihat pergerakan Adam pun ikut maju.
Sedikit lagi akan terjadi aksi baku hantam tapi semua itu dihentikan oleh Areta yang dengan sigap berada ditengah-tengah mereka.
"lo berdua nggak usah berantem, kayak anak kecil tau nggak!" bentak Areta agar mereka berdua sadar
"minggir Ta!" ucap mereka yang hendak melakukan aksi adu jotos.
"STOPPP!" teriak Areta dengan kedua tangannya yang sudah dia rentangkan untuk mencegah pertengkaran mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFGANARETA [END]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] 15+ Ketika mempertahankan terlalu egois, merelakan terlalu sakit. Berulang kali rapuh, patah hati telah aku lewati. Untuk saat ini aku masih berjuang sendiri tanpa adanya rasa yang dia beri. Cover by: @cindyliaa_ [High...