Hari aku aku bisa pulang kantor lebih cepat. Buku dari salah satu penulis sudah siap terbit dan aku bisa bernapas sedikit lega sekarang, sebelum melanjutkan editing buku lainnya. Keadaan di kantor berjalan dengan baik dua hari ini. Hana dan Jojo tidak berniat meminta maaf dan aku juga tidak akan menuntut apa-apa. Beberapa kali, aku melihat mereka mengobrol dan mencuri pandang ke arahku. Aku tidak tahu gosip apa lagi yang sedang berusaha mereka kembangkan. Aku tidak peduli. Aku hanya perlu menjaga jarak dari mereka dan menunggu ada korban baru dari gosip mereka dan mereka lupa tentangku.
Aku melihat jam di pergelangan tanganku. Mengetahui bahwa sekarang baru pukul empat sore, aku tersenyum lebar. Ada cukup banyak waktu untuk berpetualang di Gramedia untuk mencari buku baru. Meskipun sekarang banyak buku-buku online yang bertebaran, entah kenapa rasanya membeli buku dalam bentuk fisik masih terasa menyenangkan. Sejak kecil, aku selalu ingin memiliki perpustakaan mini di tempat tinggalku dan sekarang aku sedang berusaha mewujudkannya pelan-pelan. Selain itu, memiliki buku dalam bentuk fisik lebih memudahkanku untuk membaca dan mencoret-coret langsung untuk mengoreksi typo atau menuliskan pemikiranku tentang isi buku itu.
Tempat pertama yang selalu aku kunjungi di toko buku adalah novel. Seorang tipe hopeless romantic sepertiku sangat menyukai novel-novel romantis. Membaca novel romantis sangat membantuku untuk melepas penat dari segala keruwetan hidup. Entah kenapa, membaca kisah manis dan menggemaskan tokoh-tokoh di novel bisa membuatku ikut tersenyum dan lupa sejenak dengan masalah yang kuhadapi.
"Mbak, saya bisa minta tolong?" Aku menolehkan kepala ke sumber suara dan melihat seorang perempuan sedang tersenyum canggung sambil menunjukkan dua buku. Aku balas tersenyum.
"Saya bisa bantu apa, mbak?" jawabku.
"Saya bingung mau pilih antara dua novel ini. Saya pengen coba baca novel. Tapi, karena belum pernah dan gak rajin baca sebelumnya, saya bingung mau baca yang mana."
Aku melihat dua buku yang dipegang perempuan itu. Ada novel Perahu Kertas dan novel Ayah. Sebenarnya novel-novel itu terbitan lama dan aku cukup takjub karena ternyata keduanya masih tersedia di sini. Aku sendiri telah memiliki keduanya dan juga telah selesai membacanya. Kedua novel itu punya tema cerita yang berbeda dan sangat bagus.
"Mbak lebih prefer tema cerita yang gimana, mbak?"
"Maksudnya?"
"Maksud saya, kedua buku ini kan beda banget inti ceritanya. Kalau yang perahu kertas itu tentang kisah cinta pasangan gitu. Kalau yang satu lagi, dari judulnya udah kelihatan. Ini tema keluarga, mbak, tentang ayah dan anak."
Perempuan di depanku terdiam sejenak. Mungkin dia makin kebingungan. Aku sendiri takjub dengan dia, biasanya pembaca pemula itu akan memilih novel yang lebih tipis untuk dibaca dibandingkan dengan dua buku yang dia pegang sekarang.
"Kalau saya pribadi sih, mungkin untuk pembaca pemula mbak bisa baca Perahu Kertas ini. Bahasanya gak terlalu ribet. Kalau yang novel Ayah, dia bahasanya mungkin terlalu sastra, dan timeline ceritanya bisa bikin bingung di awal-awal. Tapi keduanya sama-sama bagus kok mbak," lanjutku lagi.
"Saya pilih ini aja deh, mbak," dia menunjukkan novel Perahu Kertas. "Saya lagi kesel sama papa saya, jadi mungkin saya gak bakalan semangat dengan novel ini," gantian dia menunjukkan novel karangan Andrea Hirata tersebut sambil tertawa.
Aku ikut tersenyum sekaligus merasa aneh melihat dia yang membicarakan kekesalan pada orangtuanya padaku, orang yang tidak dia kenal.
"Oh iya, nama mbak siapa? Saya Alina. Kayaknya suka baca banget ya, mbak?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya kepadaku.
Aku membalas uluran tangannya, "Emma, mbak. Iya sih, kebetulan saya suka baca dan saya juga kerja di bidang yang banyak baca gitu."
"Editor?" tebaknya dan aku mengangguk. Kemudian, perempuan tersebut meminta lebih banyak saran dengan buku-buku yang sebaiknya dia baca. Dia juga sesekali bercerita tentang pekerjaannya yang ternyata seorang model. Aku tidak terkejut sewaktu dia menyebutkan pekerjaannya. Dari penampilannya saja yang mewah, mahal, dan anggun di saat yang bersamaan, sudah bisa kutebak kalau dia kemungkinan besar adalah orang yang bergelut di bidang seperti itu dan sudah pasti orang kaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie [COMPLETED]
Romance~Meeting you was fate, becoming your friend was a choice, but falling in love with you was beyond my control~