"Emma jangan ngambek lagi dong. Lagian, kamu kenapa ngambek sih?"
Aku mendelik kepada Elnathan yang ternyata sedang melihatku juga sambil menyetir. Aku hanya diam saja.
"Kamu jangan ngambek gitu dong, Em. Gak seru nih nyetir kalau kamu diem." Elnathan sekarang menarik-narik ujung rambutku.
"Aduh...sakit, El. Jangan ditarik-tarik, ntar rontok."
Aku melepaskan tangan Elnathan dari rambutku. Elnathan tertawa kencang dan kemudian tawanya itu menular. Aku tertawa kecil melihatnya yang terlihat sangat ceria sejak dia sampai di Bali tadi malam.
"Aduh, aku udah lapar. Kita cari makan dulu, yuk"
Jelas saja Elnathan merasa lapar. Sekarang sudah jam dua belas siang dan kami baru sampai di daerah Uluwatu. Perjalanan dari Ubud ke Uluwatu memang cukup memakan waktu, ditambah dengan macet tadi. Setelah menemukan restoran Italia yang terlihat cukup menarik, kami segera masuk dan memesan makanan.
"Aku kayaknya baru kali ini yang bener-benar jalan-jalan di Bali" kata Elnathan sambil menyantap makan siangnya.
"Bukannya kamu sering ke Bali?"
"Sering, tapi kan seringnya karena kerja. Kadang kalau liburan juga banyakan ngabisin waktu di hotel, kalau sunset baru keluar nyari beach club terus lanjut clubbing."
Aku memutar bola mataku. Aku benar-benar bingung dengan konsep liburan ala orang kaya. Jauh-jauh ke Bali, tetapi hanya menghabiskan waktu di kamar hotel yang harganya memang tidak murah dan juga beach club. Liburan versiku selama ini adalah memanfaatkan waktu yang sedikit untuk mengunjungi banyak tempat. Bahkan terkadang aku mencari tempat-tempat yang masih sepi pengunjung. Walaupun terkadang perjalanannya menguras tenaga, tetapi biasanya pemandangan yang aku dapat juga memuaskan. Aku juga belum tentu bisa kembali ke tempat yang sama berulang kali, sehingga menghabiskan waktu untuk berkeliling rasanya sangat menyenangkan.
"Kamu sering ke sini, Em?"
"Enggak juga. Baru dua kali kayaknya, yang benar-benar liburan ya. Bukan karena kerja," jawabku.
"Yang paling kamu senengin kalau main ke Bali, apa?"
"Pantainya lah. Ini kayaknya hampir semua orang jawab yang sama. Bahkan di liburan kemarin, aku sampai cari-cari pantai yang masih jarang dikunjungi orang gitu. Padahal sebenernya pemandangan pantai itu gitu-gitu aja kan ya. Tapi entah kenapa seru aja. Lihat pantai itu rasanya seger banget" Aku melebarkan senyumku. Hanya membayangkan pantai saja sudah membuatku semangat.
"Kalau habis ini kita ke pantai gimana?" tanya Elnathan lagi.
"Noooo...jam segini ke pantai bikin sakit kepala tau, El. Panas banget. Sorean aja kita lihat sunset. Habis ini kita ke pura uluwatu aja yuk. Disana banyak pohon jadi bisa jalan-jalan sekalian ngadem," kataku.
Elnathan hanya mengangguk. Setelah berkeliling dan berfoto beberapa kali bersama Elnathan di pura uluwatu, kami akhirnya menunggu sunset di pantai Dreamland. Selain karena tidak akan terlalu jauh kembali ke hotel tempat kami menginap, setidaknya perjalanan ke pantai ini tidak terlalu melelahkan.
Aku duduk di sebelah Elnathan di atas kain pantai dan juga terdapat beberapa cemilan dan minuman yang tadi kami beli. Sebenarnya bukan cuma Elnathan yang senang hari ini. Aku pun tidak bisa menyembunyikan perasaan senangku. Sejak kemarin malam, sejak Elnathan menyusulku, aku sudah merasa ada kupu-kupu beterbangan di perutku. Membuat dadaku terasa penuh karena perasaan senang.
Sedang asyik menikmati mahari dan juga ombak pantai yang cukup bersahabat, aku merasa Elnathan meraih telapak tanganku dan menggenggamnya. Jantungku berdetak kencang dan aku mulai mual. Oke, perasaan mual memang sering muncul ketika aku sedang deg-deg an. Sangat tidak elegan memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie [COMPLETED]
Romance~Meeting you was fate, becoming your friend was a choice, but falling in love with you was beyond my control~