Setelah pertengkaranku dengan Emma, aku hampir tidak saling kontak dengannya. Emma menghindar dengan tidak mengangkat teleponku dan juga membalas pesan hanya sekali dalam sehari. Aku berusaha menjelaskan keadaan sebenarnya dan dia sepertinya tidak ingin segera membahasnya. Seringkali, aku ingin mengajak Emma berbicara dengan paksa, namun entah kenapa aku takut itu hanya akan membuatnya menjauh. Lagipula, satu sisi hatiku juga menginginkan waktu jeda ini untuk melihat apakah Emma benar-benar bisa percaya padaku atau lebih cenderung mendengarkan perkataan orang lain tanpa mendengarkan penjelasan dari sisiku.
Tentu saja aku merindukannya. Terkadang aku melihatnya melintas di lobi atau sedang makan siang dengan beberapa rekan kerjanya di tempat makan sekitar kantor. Seandainya saja dia tidak risih orang-orang mengetahui kedekatan kami, mungkin aku tidak akan bisa menahan diriku untuk sekedar menyapa dia. Aku sering berpikir sampai kapan aku dan Emma akan berada di kondisi seperti ini. Saling suka tetapi masih berteman. Emma mengatakan mengijinkanku untuk mendekatinya lebih dari seorang teman, tetapi dia juga sering terlihat membentengi dirinya.
Emma tidak akan pernah mau bercerita kalau aku tidak bertanya lebih dulu. Dia tidak akan mau berterus terang dan bersikap seolah-olah apapun yang dia ceritakan tidak menarik untuk orang lain. Padahal, aku sendiri selalu menunjukkan antusias terhadap apapun yang dia ceritakan dan selalu merasa sangat senang ketika ada suatu waktu dia memutuskan untuk bercerita tentang perasaannya hari itu, masalah apa dia hadapi, dan hal-hal remeh lainnya.
Hingga akhirnya setelah lebih dari satu minggu aku diterjang galau seperti remaja ingusan, Emma menghubungiku terlebih dahulu. Jangan ditanya bagaimana rasanya perasaanku melambung tinggi, terutama karena Emma mengajak bertemu. Aku langsung mengiyakan ajakannya walaupun aku harus membatalkan meeting hari itu.
Emma sudah sampai terlebih dahulu di tempat janji temu kami. Dia terlihat manis siang ini dengan dress berwarna putih ditutup cardigan coklat muda dan juga sneakers yang juga berwarna putih. Rambut yang biasa dia gerai kali ini dia kepang menyamping. Aku tidak bisa menyembunyikan senyumku ketika dia melambaikan tangan kepadaku.
"Hai..." katanya ketika aku sudah di hadapannya dan tak melupakan senyum yang sepertinya selalu awet di wajahnya. Aku mengangguk dan Emma seperti biasanya langsung sibuk menyodorkan buku menu yang sedang dia pegang dan menyuruhku untuk segera memesan makanan.
"Aku mau minta maaf, El."
Ucapan Emma membuatku segera mendongak. Harusnya di sini aku yang minta maaf kan? Seperti mengerti tatapan bingung yang aku layangkan kepadanya, Emma buru-buru melanjutkan ucapannya.
"Maaf untuk marah-marah sama kamu kemarin, mengabaikan chat dan telepon kamu, bahkan gak merespon penjelasan kamu. Aku harusnya gak kayak gitu, aku salah karena terlalu mentingin emosi aku. Mungkin kalau Alina gak jelasin ke aku, mungkin aku masih bakalan ngira kamu udah jahat banget ke aku."
"Alina?" tanyaku dan sedikit kekhawatiran muncul di hatiku. Sepertinya ke depannya, aku harus bisa melarang Emma agar tidak terlalu sering bertemu dengan Alina. Bagaimanapun, sebenarnya tidak ada yang salah dari kami berdua di kejadian kemarin, yang ada adalah kesalahpahaman antara kami berdua yang ditimbulkan oleh Alina. Bicara tentang Alina, aku masih sering emosi mengingat ucapan buruknya tentang Emma.
Melihat wajah Emma yang penuh penyesalan itu, aku tidak tahan untuk tidak menggenggam tangannya. Aku ingin menyampaikan bahwa tidak ada yang salah dengan dia dan sebenarnya genggaman ini juga untuk memberikan energi tambahan untukku.
"Em...kamu sebenarnya gak berutang maaf sama aku. Aku juga salah di sini karena bisa-bisanya aku gak tahu tentang perjodohan itu dan malah kamu harus tau dari orang lain. Aku juga kemarin bentak kamu. Jadi aku minta maaf juga ya?" kataku sambil mengeratkan genggaman tanganku. Emma menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie [COMPLETED]
Romance~Meeting you was fate, becoming your friend was a choice, but falling in love with you was beyond my control~