Emma
Aku masih bisa mengingat dengan jelas pertemuan pertamaku dengan Elnathan. Di kafe ketika hujan dan aku masih tidak percaya dia memilih untuk datang ke mejaku. Kami kemudian menjadi teman, teman baik, dan kemudian menjadi pasangan. Hari ini, aku akan menapaki status baru dengannya. Hanya tiga bulan setelah kepulanganku ke Indonesia. Elnathan memang tidak memaksaku, tetapi mama Andari dan ibu yang semangat sekali meminta kami mengambil langkah lebih serius. Aku sudah merasa lebih siap sekarang. Elnathan, mama Andari, dan ibu banyak membantuku untuk mengatasi ketakutan yang terkadang mulai mengganggu. Aku juga menemui mbak Rina untuk memberiku dukungan tambahan, bahwa pada dasarnya aku sudah siap untuk pernikahan.
Didampingi oleh ibu dan saudara perempuanku, aku berjalan ke arah Elnathan uang menungguku di depan sana. Di belakangnya terhampar luas samudera Hindia dan matahari Bali yang hampir terbenam. Ditemani matahari, laut luas, dan orang-orang terdekat, kami mengucapkan janji sehidup semati yang kami susun sendiri.
Sore ini, aku resmi menjadi istri dari seorang Elnathan, yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Menjadi pendampingnya dalam susah maupun senang, dalam suka ataupun duka, dan dalam sehat maupun sakit, hingga nanti maut yang akan memisahkan.
Elnathan
Aku tidak bisa mengalihkan mataku ketika melihat Emma berjalan ke arahku didampingi oleh ibu dan juga saudara iparku. Jika biasanya dia terlihat manis, maka hari ini dia terlihat sangat cantik. Butuh tiga bulan dan dibantu oleh mama dan ibu untuk mempersiapkan pernikahan ini dan juga menyiapkan mentalku dan Emma. Aku sengaja memilih Bali sebagai tempat pernikahan kami, karena di sinilah tempatku pertama kali memiliki keberanian untuk menyatakan perasaanku pada Emma. Bukan proses yang sebentar dan harus menerima beberapa kali penolakan dari Emma, tetapi Emma membuat semuanya worth to wait.
Aku menggengam erat jemarinya ketika dia sudah berada di sampingku. Hari ini aku resmi menjadi seorang suami dari Emma. Perempuan sederhana yang tidak sengaja kutemui karena kehabisan tempat duduk. Aku siap menjadi pendampingnya seumur hidupku dalam susah maupun senang, dalam suka ataupun duka, dan dalam sehat maupun sakit, hingga nanti maut yang akan memisahkan.
Alina
Aku tidak bisa mengalihkan tatapanku melihat adegan mengharukan Emma dan Elnathan. Siapapun yang melihatnya pasti tahu sebesar apa cinta mereka dari tatapan mereka. Untuk sampai di proses ini, mereka terutama Emma melewati perjalanan panjang dan sampai sekarang masih ada penyesalan di hatiku karena pernah hadir di tengah mereka.
Mereka telah menjadi teman baikku dan aku tidak menyesali pertemuan kami di waktu yang lalu. Melihat mereka sudah bahagia, ada sesuatu yang muncul di hatiku bahwa aku juga ingin berada di posisi mereka suatu saat. Bertemua dengan belahan jiwa dan saling berkomitmen menjalani hidup sebagai pasangan.
Sepertinya aku sudah terlalu terlarut dalam pikiranku sehingga tidak menyadari bahwa ada seseorang yang duduk di kursi sebelahku yang tadi kosong.
"Mereka terlihat cocok satu sama lain, ya? Aku gak nyangka Elnathan yang biasanya paling cuek masalah percintaan malah menikah duluan."
Aku menoleh ke samping untuk memastikan bahwa laki-laki di sampingku memang bicara padaku. Tidak diduga dia juga sedang memerhatikanku.
"Ben, teman kuliah Elnathan" katanya sambil menyodorkan tangan dan segera kusambut.
"Alina, teman kedua mempelai," ucapku sambil tersenyum.
Yeayy.. Akhirnya berhasil nyelesaiin tulisan pertamaku tepat di hari ulang tahun. Karena gak punya timeline yang pasti, aku sendiri gak nyangka ini bisa selesai tepat hari ini. Ternyata gini rasanya ngasih kado buat diri sendiri. Sooo satisfying 🤗🤗🤗
You guyss, should try it too. Mencoba melakukan hal yang pengen dilakuin tapi terhalang karena perasaan takut. Akan ada kebanggaan yang gak bisa dijelaskan ketika kita malah berhasil nyelesaikan.
Semoga semua orang yang membaca cerita ini bisa menikmatinya dan berkenan mengikuti ceritaku yang lain.
Terimakasih 🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie [COMPLETED]
Romance~Meeting you was fate, becoming your friend was a choice, but falling in love with you was beyond my control~