Aku membuka mata perlahan-lahan dan buru-buru menutupnya lagi karena merasa silau dengan sinar matahari yang masuk melalui celah gorden. Mataku baru menutup sebentar ketika aku kembali membukanya setelah menyadari bahwa ini bukan kamar kosku yang kecil.
Aku berbalik dan kemudian terkesiap melihat Elnathan yang masih tertidur menghadap ke arahku. Pelan, aku menepuk keningku Bagaimana mungkin aku bisa disorientasi waktu, tempat, dan kejadian begini. Sebegitu lelahnyakah aku hingga akhirnya aku lupa bahwa sejak kemarin aku sudah resmi menjadi istri dari seorang Elnathan.
Dan badanku mendadak kaku ketika Elnathan sudah bangun dan tersenyum manis kepadaku.
"Morning babe," sapanya sambil menarik tanganku masih berada di dahiku dan kemudian menciumku di sana. Dia kemudian menarikku ke dalam pelukannya. Jantungku sudah berdetak semakin kencang. Aneh, padahal ini bukan pertama kalinya aku melihatnya bangun pagi. Apa karena sekarang kami sudah resmi menjadi sepasang suami istri dan keadaan ini sudah sangat halal kalaupun kami melakukan hal-hal yang lebih intim?
"Kamu ngapain nepuk kening begitu?" tanyanya dengan masih memelukku. Aku menggeleng. Tidak mungkin aku bilang kalau aku tadi lupa bahwa kami sudah menikah kan? Bisa-bisa Elnathan ngambek dan kemudian hari pertama kami akan ditandai dengan pertengkaran.
"Aku mau mandi" jawabku kemudian dan berusaha melepaskan pelukan Elnathan yang masih sangat erat di tubuhku.
"Ngapain buru-buru sih? Nanti mandi bareng aja," jawab Elnathan dengan nada usilnya.
Aku memukul keras lengannya. "Muka aku pasti gak karuan banget sekarang. Aku mau mandi dulu," bujukku dan Elnathan malah menggelengkan kepalanya.
"El....aku bukan kamu yang bangun pagi masih oke-oke aja dilihat. Lepasin dulu," kataku lagi. Demi apapun, aku bahkan tidak berani bicara terlalu kencang tepat di muka Elnathan karena tidak yakin dengan bau mulutku. Oke, biasanya memang aku tidak pernah punya masalah dengan bau mulut bahkan baru bangun tidur sekalipun, tetapi tetap saja aku tidak terlalu pede. Aku berusaha memundurkan badanku dan Elnathan kembali menariknya lagi dan bahkan melingkarkan kakinya di kakiku.
"Kamu cantik" ucapnya sambil memegang kedua pipiku dan aku merasa pipiku memanas.
"Kemarin kamu bahkan tinggal tidur aku. Terus sekarang kamu mau tinggal mandi lagi. Ck...kamu kok gak ada romantis-romantisnya sih, Em. Kamu tahu gak sih ada istilah morning cuddle dan morning kiss di dunia ini," sungut Elnathan dan membuatku tertawa. Dia sungguh menggemaskan.
"Ya udah terus sekarang kamu mau ngapain?" kataku sambil menahan tawaku agar Elanthan tidak semakin merajuk.
"I don't know. Mungkin kamu punya ide untuk menghangatkan pagi kita ini? Atau mungkin kita bisa ngerjain sesuatu yang harusnya kita kerjain tadi malam?" jawabnya sambil menaikkan sebelah alisnya dan menyeringai.
Mataku melotot dan kemudian aku berteriak kecil. "Ih...kamu apaan sih," ucapku sambil menundukkan wajahku karena tidak tahan bertatapan dengan Elnathan.
Elnathan tertawa terbahak-bahak dan kemudian mengacak-acak rambutku. "Emang maksud aku apaan? Aku padahal mau bilang yang mau kita kerjain itu ngelist orang-orang yang ngasih kado buat acara kita." Dan ucapan Elnathan membuatku semakin merasa malu.
"Tau ah, bodo amat. Kamu nyebelin," ucapku ketika Elnathan malah mengeraskan tawanya. Aku membalik paksa badanku dan membelakangi Elnathan serta menutup wajahku dengan selimut. Bukan, bukan karena aku marah pada Elnathan. Aku hanya merasa malu dan tidak siap di saat yang bersamaan.
Suara tawa Elnathan sudah mereda tetapi kemudian kembali dia merangkulku dari belakang. "Aku pengen tapi semua udah pasti nunggu kita di bawah. Tonight, maybe?" bisiknya di telingaku dan membuatku merinding dan badanku terasa sangat kaku. Tak lama Elnathan kembali tertawa lebih kuat dari sebelumnya dan aku langsung menatapnya sengit. Seharusnya aku sudah paham kalau menunjukkan grogiku di hadapaan Elnathan malah akan memberikannya banyak ide menarik untuk menggodaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie [COMPLETED]
Romance~Meeting you was fate, becoming your friend was a choice, but falling in love with you was beyond my control~