Aku udah bikin trailer nya Ein Memoir wkwk pertama kali bikin trailer, yaGusti ✌😂
The Lonely - Christina Perri
sounds on yess heheuu,, nadanya dan beberapa lirik relate banget sama suasana hati aku waktu mikirin cerita ini (pake perasaan betul aku, bikin story doang padahal wkwk)
Pokoknya trailer aku upload di IG aja, pusing aku kalo harus upload di youtube juga wkwk
Anyway, buat pembaca lama yang udah nangis bareng aku di story yang lain dan pembaca baru yang mungkin baru tau aku #eaaa, happy reading 😘
--
Lyra masih tidak ingin kepulangannya diketahui keluarga Winata. Katanya masih dalam misi rahasia, entah apa yang ada dalam imajinasi gadis itu.
Meski begitu, Faro tau keberadaan Lyra dan gadis itu memang akhirnya berada di bawah pengawasan Faro.
Makanya, saat malam ini Faro dan Luna akan makan malam di rumah utama, lelaki itu tidak banyak omong soal keberadaan Lyra.
Seperti tahun-tahun sebelumnya. Faro hanya tau dari Mama, kalau Lyra mengambil beberapa short course setiap libur musim panas. Kalau sudah masuk badai musim dingin, gadis itu akan di rumah bersama grandma sepanjang waktu. Ketika musim semi dan musim gugur tiba, Lyra akan sibuk di sekolah dengan segala kegiatan organisasinya.
Hanya itu, satu-satunya Faro bisa mendapat kabar soal Lyra. It means, gadis itu hidup dengan baik dan tidak lagi uring-uringan soal dipindahkan ke Australi. Faro masih ingat dulu Lyra memaksanya agar ia disembunyikan di flat apartemen Faro. Aneh-aneh saja.
Di foyer rumah setelah memasuki pintu utama, siapapun akan disambut dengan bermacam foto kecil berpigura yang dipajang di atas kabinet kaca. Foto-foto itu mengingatkan Faro soal masa kecilnya, menderanya dengan banyak kenangan.
Tapi di rumah mereka, Luna hanya ingin memajang foto pernikahan mereka dan foto-foto lain yang isinya tetaplah mereka berdua.
Jadi Faro tidak memajang foto apapun kecuali yang Luna inginkan, pun di ruang kerjanya di rumah. Bahkan di kantor Faro hanya ada foto pernikahannya dengan Luna dalam pigura kecil yang ditaruh istrinya itu saat berkunjung ke kantor.
"Papa sudah ada di ruang makan." Luna menghampiri Faro, menggandeng lengan lelaki itu menuju ruang makan di bangunan sayap kiri rumah. Membuat Faro akhirnya mengikuti langkah itu, untuk sesaat setelah tatapannya terpaku pada foto kelulusan Lyra 4 tahun lalu. Senyum lebarnya masih sama, tidak ada yang berubah.
--
"Jadi bagaimana mega proyeknya sekarang?" Calvin Winata mengiris steak salmonnya seraya menatap Faro sekilas.
"Ini waktunya makan malam, Pa. Tidak bisakah membahas selain pekerjaan?"
Calvin tidak menanggapi putri sulungnya, kembali menatap Faro sekilas sembari menyuap irisan daging salmonnya. "Kamu keberatan, Faro?"
"Sama sekali tidak, Pa. Faro menyukai pekerjaan ini dan membahasnya tidak lain seperti membahas hobi."
Calvin Winata tertawa, menatap menantunya dengan binar senang. "Papa dan Faro kurang lebih sama, Luna. Dan sebagian lelaki juga begitu. Membahas pekerjaan bisa sama seperti membahas hobi."
Luna mendengus yang dibalas senyuman geli Mama di sebelahnya.
"Jadi bagaimana kabar mega proyek itu?"
"Terkendali, Pa."
"Marvel bilang kamu sering ke Tangerang?"
Faro mengangguk tenang. "Ini mega proyek pertama Winata Construction. Faro harus memastikan semua terkendali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SH
FanfictionTentang bagaimana bertahan bersama luka Tidak peduli berapa lama pun waktu berusaha mengikis semua memori itu, Faro tidak akan pernah lupa. Cinta,, selalu tentang sebuah perjalanan pulang. Bagaimana 2 jiwa yang tadinya terpisah, berusaha mencari jal...