41 - Dancing Slowly In an Empty Room

1.3K 206 53
                                    

Australi, waktu setempat,,

Music Gia Ena Tango dari Haris Alexiou yang menjadi lagu pilihan Lyra menggema di halaman belakang rumah grandma. Begitu aluna musik Yunani itu dimulai, Faro membungkuk rendah di hadapan Lyra yang duduk layaknya ratu di singgasananya. Lelaki itu mengulurkan tangan dengan senyum, membuat suasana hening sejenak.

"Wanna dance with me?" ujarnya dengan suara rendah yang entah bagaimana terdengar maskulin.

Ketika Lyra menyambut tangan lelaki itu, tamu undangan bersorak senang. Tamu-tamu yang kebanyakan berusia senja itu tersenyum tulus untuknya, ikut berbahagia bersama Lyra sejak pagi.

Faro membimbingnya ke tengah halaman, sebelah lengan lelaki itu berada di pinggang Lyra sementara tangan yang satunya menggenggam tangan Lyra.

Bersama dengan musik itu, mereka mulai bergerak seirama. Kaki kanan ke depan, tubuh berayun ke kiri, bergantian, dan begitu seterusnya.

"Kalau semua wanita di dunia ini adalah yang kedua paling cantik bagi seorang suami setelah ibunya, maka kamu adalah satu-satunya yang paling cantik dalam hidup kakak," bisik Faro, tatapannya yang intens tidak bisa berhenti memandang Lyra.

"Aku tidak tau harus sedih atau senang." Wajah Lyra merona manis.

"Ini hari kita bersenang-senang, Love."

Tatapan Faro membuat Lyra teringat bagaimana Edward Cullen menatap Bella Swan. Sangat intens, seolah seluruh dunia lelaki itu hanya terpusat padanya.

Tubuh mereka masih bergerak seirama dengan musik, dengan tatapan saling mengunci satu sama lain. Melupakan fakta bahwa kini seluruh tamu undangan berdiri di sekitar mereka, menatap pengantin baru itu dengan senyum yang mengingatkan mereka pada masa muda mereka sendiri.

Bagian bawah gaun Lyra yang mengembang bergerak lembut, bersinggungan dengan kaki Faro yang dilapisi celana putih sewarna dengan tuksedo dan kemejanya.

"Kakak tidak mau berhenti memandangku?"

Faro menggeleng, tatapannya yang intens tidak juga berhenti. "Yang ada di hadapan kakak ini terlalu cantik untuk dilewatkan."

"Oh ya ampun,," Lyra sudah lelah dengan wajahnya yang terasa kaku karena menahan senyum malu-malu sepanjang hari ini. Lagipula,, salahkan Faro yang sejak mereka mengikrarkan pernikahan sejam lalu tidak berhenti menatapnya seintens itu.

"Kakak tidak sabar menunggu acara ini selesai."

"Untuk?"

"Bersenang-senang sepanjang malam,, hanya kita berdua,,"

Wajah Lyra terasa semakin kaku karena ingin menahan senyum malunya. Sementara di hadapannya, dengan tinggi mereka yang terpaut sejengkal tangan, Faro tidak bisa berhenti meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini nyata. Sama sekali bukan mimpi!

Yang berdiri di hadapannya adalah gadis yang selama ini ia harapkan menjadi istrinya. Membayangi langkah Faro selama bertahun-tahun dalam sebuah angan dan kesesakkan yang ia pikir tidak pernah berakhir.

Sejam lalu,, sejak Faro dengan keyakinan yang gagah berhasil berikrar untuk menjadikan Lyra sebagai istrinya.

Istrinya,, sekarang Lyra adalah istrinya!

Faro tidak bisa menahan perasaannya yang membuncah. Tepat ketika musik berakhir, lelaki itu mengangkat Lyra dengan tangan di lekukan lutut dan leher istrinya, membuat gadis itu memekik tertahan.

Dan mereka berputar,, pasangan pengantin berbusana putih itu seperti sepasang merpati yang sedang menari untuk merayakan hari kebahagiaan mereka.

Faro tertawa lepas saat Lyra mengalungkan lengannya di bahu lebar Faro, matanya memejam erat selagi Faro kembali berputar.

Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang