"Jadi kakak akan berlibur?" Lyra bertanya pelan saat Faro sedang mengganti bunga di vas keramik dengan bunga segar, menyinggung soal Faro yang datang sepagian ini dengan kaos putih dan celana selutut. Dan lagi, Faro datang dengan sekantong bunga segar yang entah di dapatnya dari mana. Memangnya ada toko bunga yang buka sepagi ini?
Lelaki dewasa itu mengangguk.
"Kemana?" tanya Lyra lagi seraya membuka tirai di sebelah Faro.
"Banjarmasin."
"Hah?" Lyra menoleh dengan wajah dungu. Maksudnya, jarang sekali ia mendengar orang menjadikan Banjarmasin sebagai destinasi liburan, kecuali memang ada keluarga disana. Tapi kan Faro yatim-piatu, dan Lyra tidak memiliki keluarga besar disana. "Banjarmasin,, kedengaran random sekali."
Faro hanya tersenyum simpul, menyusun bunga-bunga di vas layaknya seorang florist. "Out of my expect too."
Kening Lyra berkerut halus mendengar ucapan Faro. "Bukan kakak yang memilih destinasinya?"
"Bukan."
"Kak Luna?"
"Eheum."
Lyra mengangguk paham, jadi kakak iparnya ini akan bulan madu. Dan lagi, Banjarmasin juga tidak buruk untuk dijadikan destinasi liburan. Kota itu juga punya banyak hal istimewa disana.
"Bagaimana?"
"Hah? Apa?" Lyra menoleh lagi dengan wajah dungu.
Faro sudah selesai menata bunga itu di vasnya, tampak tertata dan rapi. Benar-benar detail dan perfeksionis untuk hal sekecil itu. Ia menoleh ke arah Lyra yang tampak lucu dengan wajah bengongnya. "Bagaimana kalau kali ini kakak pergi berlibur?"
"Ya pergi saja, daripada suntuk lalu stres. Toh juga kalian akan bulan madu kan." Lyra nyengir seraya menaik-turunkan alisnya, membuat Faro mendengus dan mengusak rambut Lyra.
"Tidak mau ikut kakak liburan?"
Lyra menatap Faro tidak percaya. "Kalaupun aku ingin pergi berlibur, aku juga tidak mau ikut kalian. Siapa juga jomblo yang betah jadi obat nyamuk?"
Faro tersenyum lebar saat Lyra berlalu dengan wajah bersungut-sungut seolah jadi 'obat nyamuk' jauh lebih mengenaskan. Ia mengikuti gadis itu yang kini melangkah ke ruang penyimpanan. "Tapi kalau mau kemana-mana, tetap harus ijin kakak."
"Kakak bukan Papa."
"Oh, jadi kalau kemana-mana kamu lebih suka ijin ke Papa sekarang?"
"Kakak!" Lyra merengut, mencubit lengan Faro yang ternyata keras juga, dan melewati lelaki itu sembari menenteng vacuum cleaner.
Faro kembali mengikuti langkah gadis itu menuju ruang duduk dengan kedua tangan di saku. "Tapi kamu tidak apa kalau kakal tinggal selama beberapa hari?"
"For Godnes shake! Aku bahkan hidup di Australi selama 4 tahun tanpa kakak juga masih baik-baik saja sampai sekarang." Lyra menghampiri Faro, menepuk kedua bahu Faro serius dan membuat tangan gadis itu tampak kecil di bahu lebar kakak iparnya. "Aku bukan bayi dan kakak bukan pengasuhku. Kenapa harus merasa berat?"
Faro mengerjap dengan wajah polosnya yang membuat Lyra gemas. "You've always been a little girl," balasnya pelan. "My little girl,"
Gadis kecilnya,,
"Aku sudah besar, aku bisa kemana-mana dengan aman karena ada Google Maps, juga memesan apapun karena jasa online ada dimana-mana. Dan aku ada di kota kelahiranku. I'am gonna be okay. Pergilah." Lyra melepaskan kedua tangannya dari bahu Faro, mundur selangkah untuk menatap lelaki itu dengan lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SH
FanfictionTentang bagaimana bertahan bersama luka Tidak peduli berapa lama pun waktu berusaha mengikis semua memori itu, Faro tidak akan pernah lupa. Cinta,, selalu tentang sebuah perjalanan pulang. Bagaimana 2 jiwa yang tadinya terpisah, berusaha mencari jal...