27 - Flower and Balloon

1.3K 218 49
                                    

Jakarta, waktu setempat,,

Faro bahkan tidak ingat lagi untuk apa lelaki itu ada disana. Hingar bingar keluarga besar yang merayakan hari pernikahannya dengan Luna. Faro juga tidak yakin ini sudah tahun ke berapa. 8 kah?

Sepertinya begitu, terlihat dari lilin berbentuk angka 8 yang menyala di atas kue berlapis mirror glaze.

Luna tersenyum cerah menghampiri Faro, berdiri di sebelah suaminya sementara keluarga besar mengelilingi mereka.

"Make a wish, Luna, Faro." Mama mengingatkan di sela-sela, membuat Luna batal meniup lilin.

Wanita itu menoleh pada Faro. "Kehidupan pernikahan yang bahagia," bisiknya menatap Faro.

Alfaro David Abraham membalas tatapannya dengan senyum. Semua orang bertepuk tangan, berpikir bahwa senyum itu adalah ekspresi kebahagiaan Faro yang langka karena lelaki itu jarang berekspresi. Tapi Luna tau lebih baik. Itu senyum tanpa makna seperti yang hampir selalu didapatnya 3 tahun belakangan.

Luna mengabaikan senyum Faro, dan meniup lilin itu lebih dulu. Tepuk tangan bergema. Luna menoleh untuk melihat Faro yang berdiri di sebelahnya, tapi jiwa lelaki itu terasa jauh.

"Faro?"

Yang dipanggil mengerjap, mendapati Luna sudah menyodorkannya sepotong kue. Faro menerima suapan itu, mengunyahnya sebentar. "Aku ke toilet dulu."

Bahkan ketika hiruk pikuk itu masih berlangsung -pihak keluarga besar sepertinya sudah tidak ambil pusing lagi soal mereka yang belum dikaruniai anak- dan memutuskan merayakan pesta pernikahan itu dengan meriah.

Faro berdiri di depan wastafel, tangannya bersangga di tepi sementara tatapannya terarah ke cermin.

He is totally screwed up.

Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering. Telepon dari Adrian Wu.

--

Milan, waktu setempat,,

Lyra tertawa riang bersama teman-temannya usai merayakan kelulusannya, berfoto disana-sini sembari cekikikan karena banyak pemuda dandan maksimal hari ini.

Aula audotirium sontak jadi seperti panggung catwalk. Bahkan meski sekarang musim dingin dan bersalju, mereka tetap dandam maksimal, tanpa cela.

Lyra keluar dari auditorium, lengannya langsung ditarik oleh teman senasibnya dari Singapura.

Lyra keluar dari auditorium, lengannya langsung ditarik oleh teman senasibnya dari Singapura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Well, dibanding teman-temannya, mungkin hanya Lyra yang tidak setotalitas mereka. Tanpa perona wajah dan tanpa perona bibir yang hampir merah.

Tidak ada alasan untuk melakukannya. Lyra hampir menyerah saat semalam akhirnya ia menelepon ke rumah, meminta untuk yang kesekian kali agar keluarganya datang ke wisuda.

"Papa ada pertemuan dengan kolega dari Rusia. Waktunya tidak bisa diubah. Dia akan jadi pembuka jalan bisnis keluarga kita di Rusia."

Lyra bahkan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Papanya. Gadis itu lebih mendoakan pertemuannya tidak berjalan lancar biar Papa dan Mama bisa datang ke Milan. Bahkan Luna sedang ada International Finance Conference di Dubai. Sesibuk itu. Lyra sempat mempertimbangkan untuk menghubungi Faro, namun gadis itu mengurungkannya.

Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang