17 - Is This The End?

1.3K 230 53
                                    

Aku akan ke kantor kakak untuk mengantar makan siang. Temui aku di dekat lift basement 10 menit lagi.

Faro menutup ponselnya setelah membaca pesan singkat dari Lyra, tersenyum kecil. Bertanya-tanya bekal macam apa yang akan dibawakan Lyra untuknya berhubung gadis itu jelas tidak bisa masak.

Faro menutup berkasnya, beranjak ke lift dan tiba di basement beberapa menit kemudian. Menunggu Lyra dengan tangan bersedekap sampai bahunya ditepuk dari belakang.

Senyum lelaki itu memudar saat mendapati Luna berdiri di hadapannya, membalas tatapan lelaki itu dengan mata memerah.

"Menunggu siapa disini?" tanya Luna pelan.

"Aku yang harusnya bertanya-"

"Biar apa kamu yang bertanya?! Agar aku tidak perlu menunggu jawabanmu?!! Agar kamu tidak perlu lagi menutupi kebohonganmu?!"

Kening Faro berkerut. "Kebohongan apa?"

"Siapa wanita ini?" Luna memperlihatkan layar ponselnya ketika Faro menggendong seorang wanita asing, memperhatikan setiap reaksi Faro agar ia tau apa yang dirasakan lelaki itu.

Luna sudah menelusuri lebih jauh dan tidak ada satupun kerabatnya yang tinggal di apartemen itu. Meski sampai saat ini ia juga tidak bisa mendapat info siapa wanita yang berada dalam gendongan suaminya. Yang Luna tau, Faro memiliki flat di apartemen itu dan kerap kali keluar-masuk gedung bersama seorang wanita yang petugas sekuriti bilang adalah istrinya karena keduanya sama-sama memakai cincin di jari manis. Setelah itu, tidak ada yang bisa Luna cari tau.

Jadi,, wanita itu adalah orang asing.

Di luar sana, orang-orang tidak mengenalinya sebagai istri Alfaro Abraham. Alih-alih dirinya, mereka malah berpikir bahwa wanita yang selalu bersama Faro itulah istrinya. Kenyataan bahwa Luna tidak pernah masuk lebih jauh dalam hidup lelaki itu dibanding wanita ini membuatnya merasa kalah telak.

Tapi yang membuat Luna lebih sakit lagi hatinya adalah, Faro yang balas menatapnya tanpa ekspresi, seolah sama sekali bukan masalah besar ketika Luna menemukan bukti bahwa lelaki itu bersama wanita lain di belakangnya.

"Siapa wanita ini?" tanyanya lagi dengan air mata bergulir. "JAWAB, FARO!!!"

Basement itu langsung lengang setelah Luna membentaknya dengan putus asa.

"Apa semua yang aku lakukan masih kurang?!" Luna beringsut mendekat. "Tentang kamu yang tidak pernah mau menyentuhku, tentang kamu yang jarang sekali pulang padahal tidak pernah lagi menginap di kantor, dan kamu yang sedang menunggu disini, apakah karena pelacur ini?!!! Wanita murahan yang berani-beraninya merusak kehidupan rumah tanggaku."

"Jaga bicaramu, Luna. Dia gadis baik-baik," desis Faro penuh peringatan. Kali ini wajahnya mengeras oleh amarah.

"Tidak ada gadis baik-baik yang merebut suami orang."

"Apa kamu merasa memiliki sampai merasa direbut?"

Tangis Luna pecah lagi, tampak menyedihkan dengan bahu ringkih karena suami yang ia harapkan akan memohon maafnya hanya berdiri kokoh di hadapannya dengan kedua tangan di saku. "4 tahun kita menikah. Kamu bahkan tidak pernah menciumku," lirihnya. "Selalu aku yang memulai, apakah semua itu karena pelacur murahan yang kamu sembunyikan di apartemen?!"

"Kamu-"

Faro tidak pernah menyelesaikan kalimatnya saat Luna langsung memagutnya dengan putus asa. Dan siang itu, Lyra tidak pernah menemuinya untuk mengantar bekal makan siang seperti yang gadis itu sampaikan.

--

Faro tidak pernah merasa sekacau ini sejak 4 tahun lalu. Luna sudah tau soal flat apartemennya, dan tidak butuh waktu lama bagi wanita itu untuk tau soal yang lainnya.

Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang