Shanghai, waktu setempat,,
"Bagaimana perjalanan dari Paris? Lancar?" Calvin Winata menatap putri sulungnya yang sedang menyesap tequillanya.
Luna Maria Winata mendesah pelan, tampak lelah dan tampak banyak pikiran. Harusnya agenda di Paris bisa membuat beban pikirannya berkurang karena ia bahkan menghadiri pagelaran dari Louis Vuitton dengan undangan resmi sebagai member eksklusif, juga membeli tas tangan keluaran terbaru dari Chanel, dan semeja saat makan malam dengan model papan atas dari Victoria Secret.
Tapi euforia selama di Paris itu perlahan lenyap saat pesawat meninggalkan Paris, terbang menuju daratan China untuk makan malam dengan Papa sembari menikmati pertunjukkan kembang api.
Alih-alih menjawab pertanyaan Papa, Luna menyahut pelan sembari memijit pelipisnya. "Bisakah Papa membiarkan Faro berlibur? Lelaki itu butuh cuti," racaunya pelan, lantas menggeleng. "Bukan, tapi akulah yang membutuhkan waktu suamiku."
Calvin Winata tersenyum tipis sembari menyumpit potongan daging bebeknya. "Bukannya kamu sudah hapal kalau dari dulu Faro selalu gila kerja?"
"Faro bahkan tetap bekerja di akhir pekan!"
"Dulu kamu selalu memakluminya dan tetap ingin menikah dengannya. Kemana Luna yang dulu?"
Luna mengerang lelah, menatap Papa yang masih makan dengan tenang meski suara kembang api kadang terdengar mengejutkan dan putri sulungnya sedang berkeluh kesah. "Pa!"
Calvin Winata menatap manik mata Luna, menghela napas. "Selain karena Faro cerdas dengan gelar profesor di depan namanya itu, kamu pikir kenapa Papa menjadikannya direktur utama di salah satu cabang perusahaan?"
Luna mengatupkan bibirnya rapat, tangannya bersedekap, menatap wajah senja Calvin Winata tanpa kata.
"Agar ia bebas mengatur waktunya. Papa sudah mengambil langkah awal dengan memberinya kekuasaan itu. Seharusnya kamu bisa mendapatkan waktunya. Kamu istrinya."
"Tapi, Pa-"
"Jangan mengeluh, Luna. Menjadi istri seorang direktur utama memang tidak mudah, jadi berusahalah lebih keras."
--
Sudah lebih dari 2 minggu sejak Lyra kembali ke Jakarta.
Sepulang kerja, Faro langsung menghampiri Lyra di flatnya dan mendapati gadis itu sedang membaca novel, atau berbagai karya sastra lain yang dibeli gadis itu melalui online. Lyra terlalu malas keluar dan memang segalanya menjadi mudah melalui transaksi online.
Yah, itu berarti Faro tidak perlu mencari Lyra kemana pun karena gadis itu hanya akan berada di flatnya, atau berada di kolam renang puncak gedung untuk menikmati angin sore.
Tapi kali ini Lyra tidak ada di flatnya sendiri. Jadi Faro beranjak menuju flat lelaki itu yang berada di seberang, siapa tau Lyra disana dan ketiduran seperti beberapa waktu lalu. Benar saja, Lyra ada disana, sedang mengamati koleksi buku milik Faro sejak jaman SMP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SH
FanfictionTentang bagaimana bertahan bersama luka Tidak peduli berapa lama pun waktu berusaha mengikis semua memori itu, Faro tidak akan pernah lupa. Cinta,, selalu tentang sebuah perjalanan pulang. Bagaimana 2 jiwa yang tadinya terpisah, berusaha mencari jal...