Tangga - Cinta Tak Mungkin Berhenti
--
"Aku dengar dari Papa kalau Faro,, melamarmu."
Lyra mengangguk pelan, masih terus menatap kakaknya. "Dan sepertinya Kak Luna sudah tau apa jawaban Papa."
Luna balas mengangguk, tersenyum kikuk. "Aku belum minta maaf,, untuk kejadian di Milan."
Lyra menggigit bibir bawahnya, tangannya saling meremat gusar di bawah meja. Kejadian terakhir di Milan itu,, Lyra tidak akan pernah lupa. Lukanya kembali menganga. Gadis itu memberanikan diri menatap lurus kakaknya. Luna Winata,, adalah yang mengacaukan rencana masa depan Faro untuknya.
Lihatlah. Itu seorang kakak yang rela menyingkirkan adiknya untuk sebuah perasaan.
Lyra mengeraskan hatinya sendiri saat bertanya, "Kak Luna masih mencintai Kak Faro?"
Wanita berambut sebahu di seberang meja mendongak, menatap adiknya. Dua bersaudari itu dipenuhi gejolak batin yang begitu besar. Luna menggigit pipi dalamnya, mengangguk kaku. "Y-ya,,"
Semenyakitkan apapun pernikahannya yang dingin selama 9 tahun terakhir, Luna tidak bisa begitu saja melupakan betapa besar ia mencintai Faro. Tidak peduli meski pada akhirnya ia yang menyerah lebih dulu, menuntut perpisahan lebih dulu. Luna pada akhirnya kalah, bahkan meski itu hanyalah bayang-bayang Lyra dalam hidup Faro.
Lyra menunduk, menghela napas kasar, lantas mendongak lagi seraya menyibak rambutnya yang kini terasa mengganggu. "9 tahun pernikahan kalian ternyata tidak bisa membuatnya lupa padaku, bukan? Aku tidak akan menghakimi perasaan Kak Luna. Tapi aku tidak bisa membiarkan Kak Luna datang mengacaukan semuanya lagi."
"Lyra-"
"Jangan harap aku peduli lagi." Lyra mengusap sudut matanya. "Bukan hanya 9 tahun Kak Luna memisahkan kami. Tapi Kak Luna bahkan membuatku dijauhkan dari keluarga. Aku tidak menyangka Papa mengabulkan semudah itu, sampai mengirimku untuk pergi jauh. Mungkin,, itu karena Papa melihat masa depan bisnis keluarga hanya pada kalian. Bagi Papa aku adalah pengacau. Dan ketika aku datang, Papa bahkan menolak lamaran Kak Faro. Tidakkah Papa sudah berubah begitu banyak? Lebih memilih Kak Luna? Maka sekarang biarkan aku mempertahankan milikku yang seharusnya."
Luna menatap Lyra dengan mata berair oleh air mata. Persoalan di antara mereka sudah sejauh ini, dan permintaan maaf selanjutnya masih tertahan di ujung lidah.
Sementara gadis itu beranjak ke depan, membuka pintunya dan menatap Luna tanpa ekspresi. "Pergilah dan jangan pernah coba-coba mendekati Kak Faro lagi."
"Aku datang bukan untuk itu-"
"Aku tidak peduli lagi. Biarkan aku meraih kebahagiaanku."
Ketika Luna melangkah dengan berat hati oleh percakapan yang membuat jarak di antara mereka semakin jauh, Lyra segera menutup pintu flatnya. Air matanya tidak mengalir deras, tapi hatinya kembali sakit. Untuk sebuah ketakutan,, bahwa mungkin Luna yang ambisius akan merebut Faro lagi.
Ponsel Lyra berdering oleh nada panggil. Faro memintanya untuk panggilan video, tapi Lyra mematikan kameranya dan ia bisa melihat wajah khawatir lelaki itu.
"Lyra, bagaimana disana-"
"Kakak,, apa ada sesuatu yang akan membuat kakak pergi lagi?"
"Apa maksudmu?"
"Kalau Papa meminta kakak kembali pada Kak Luna, apakah kakak akan melakukannya?"
"Apa yang dikatakan Luna?"
"Hanya,, tolong jawab aku."
"Tidak lagi. Bahkan meski Papa yang meminta,, tidak lagi. Kakak akan mengikuti kemana pun kamu mau, kemana pun kamu ingin pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SH
FanfictionTentang bagaimana bertahan bersama luka Tidak peduli berapa lama pun waktu berusaha mengikis semua memori itu, Faro tidak akan pernah lupa. Cinta,, selalu tentang sebuah perjalanan pulang. Bagaimana 2 jiwa yang tadinya terpisah, berusaha mencari jal...