31 - Tell You I am Sorry

1.3K 213 52
                                    

Hongkong, 1 tahun kemudian,,

Orang-orang selalu bilang kalau luka akan sembuh seiring waktu berlalu.

Waktu membantu luka untuk sembuh, terlepas dari lama atau tidaknya proses itu.

Luka yang didapat Lyra setahun lalu di wajahnya juga sama. Gadis itu masih ingat dengan jelas. Di Milan, suatu hari di siang yang cerah karena musim semi akan segera tiba, Lyra dan Vincent mengantre untuk 2 cup kopi panas kesukaan mereka. Lyra sedang menceritakan bagaimana ia diledek teman-temannya di organisasi karena masih menulis diari sampai tiba-tiba rambutnya dijambak dengan keras.

Wajah dingin kakaknya langsung membuat gadis itu mencelos, berusaha menanyakan apa yang terjadi sampai Luna mendorongnya dengan keras dan membentur meja. Bukannya Lyra tidak ada tenaga, tapi alas sepatunya agak licin karena berjalan di atas salju. Dan belum juga sakit akibat benturan di kepalanya hilang, Luna menghempaskan tangan Vincent, menarik Lyra berdiri dan kukunya mencakar leher Lyra, lantas menampar pipi adiknya diiringi sumpah serapah.

Dari sumpah serapah itu Lyra akhirnya tidak perlu bertanya lagi apa sebabnya.

Lyra ingin meminta maaf karena ciuman yang diberi Faro waktu itu juga membebaninya, tapi Luna kembali menamparnya sampai wajahnya kebas. Lantas 2 petugas keamanan harus memisahkan mereka, dengan Lyra yang dibawa pergi oleh Vincent menuju rumah sakit terdekat.

Lyra mendapat luka cakar cukup panjang di lehernya, sudut bibir yang sobek, dahi yang terluka tapi untungnya tidak parah, dan sisi wajahnya yang bengkak. Setelah sampai di flat, Lyra juga baru menyadari bahwa ada sedikit luka di kulit kepalanya akibat jambakan itu.

Vincent sampai memeluknya berkali-kali saking cemasnya melihat reaksi Lyra yang diam saja. Dan gadis itu hanya berujar pelan, itu salahku, Vincent.

Lyra juga masih ingat kalau waktu itu Vincent langsung menggeleng, menyergah keras. Salah kakak iparmu yang brengsek itu!

Lyra tidak tau harus bagaimana, pada akhirnya ia hanya mengatakan kalau Faro bisa tau persis dimana ia berada karena lelaki itu melacaknya.

Dan Vincent membuat ide itu. Dengan bantuan Ayahnya, mudah saja memalsukan identitas baru Lyra sampai skala pemerintahan.

Jadi, disinilah Lyra. Dengan identitas baru, gadis itu memulai hidupnya sebagai tim editor majalah politik di Hongkong. Memulai segalanya dari awal. Tidak sendirian juga, sesekali Vincent datang ke Hongkong untuk menemuinya, tentu saja dengan identitas palsu juga karena besar kemungkinan Faro melacak pemuda itu.

Dan,, setahun sudah berlalu.

Luka di wajahnya sudah lama mengering. Tapi entah di hatinya. Lyra tidak pernah berbagi isi hatinya pada Vincent sekalipun.

Gadis itu kembali menjadi gadis ceria seperti sebelumnya, menutupi semuanya dengan senyum lebar seperti biasanya.

"Aku masih lebih suka kalau kamu tinggal di Belanda saja. Atau di Eropa manapun lah, bukannya di Hongkong seperti ini." Vincent menyeruput minumannya dengan kening berkerut kesal.

Lyra hanya terkekeh pelan. "Hongkong juga masih aman, meski ada kriminalnya juga. Intinya disini tidak separah bayanganmu yang ada mafia dimana-mana."

"Hongkong jauh dari Belanda. Aku kesulitan memantaumu."

"Yaampun, usiaku sudah hampir seperempat abad."

"Tetap saja,, kamu gampang diakal-akali."

"Enak saja."

"Lalu bagaimana pekerjaanmu?"

"Aku suka, lingkungannya tenang dan mereka tidak suka mengurusi urusan orang lain, apalagi masa lalunya." Lingkungan yang sangat dicari Lyra.

Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang