Zurich, waktu setempat,,
Lyra terkekeh berdiri di ruangan Faro. Restoran bergaya Mesopotamia yang unik itu ternyata mengundang perhatian, terlepas dari manager yang memasarkannya dengan giat.
Di kursi kerjanya, Faro tidak berhenti menatap Lyra sambil tersenyum.
"Ini lucu," komentar gadis itu. "Bagaimana mungkin kakak mengumpulkan semua gambar masa kecilku?"
"Waktu kecil kamu suka sekali menggambar dan meminta kakak mengajarimu. Jadi otomatis kakak menyimpan semua gambar-gambar itu."
Lyra berdecak tidak habis pikir bagaimana Faro bisa-bisanya mengumpulkan semua itu, lantas menatap ke jendela besar, langsung melihat ke arah lantai bawah restoran yang ramai. Gambar-gambar masa kecil Lyra bahkan juga menjadi dekorasi tambahan dan entah kenapa gambar 'abstrak' itu tampak cantik. "Kakak bahkan membuat gambar-gambar itu jadi tampak aestetik."
"Gambar itu sudah aestetik dari sananya, Little girl."
Lyra terkekeh, masih menatap keramaian di bawah dengan tangan bersedekap, lantas menoleh ke arah Faro. Menatap lelaki itu dengan ragu. "Kalau ini hari pertama grand opening, kenapa hanya kakak yang ada disini? Maksudku, kenapa kakak tidak datang bersama orang kantor yang lain? Atau siapa,," Yahh, barangkali orang tuanya akan datang kesini.
"Ini restoran pribadi milik kakak." Faro beranjak, berdiri di sebelah Lyra dan merengkuh bahu gadis itu. "Tidakkah kamu mengenali suasananya? Elemen-elemen yang menjadi interior tempat ini? Dekorasinya,, semua berisi kenangan tentang kamu."
--
Mereka sedang berada dalam cable car yang akan membawa ke puncak Felsenegg. Faro kembali mengamati Lyra sambil tersenyum, ia selalu ingin mengajak Lyra kesini. Dan musim dingin adalah yang terbaik, saat daratan di bawah sana diselimuti salju putih.
Sedari tadi Lyra menatap keluar jendela, merekam dengan ponsel di momen-momen tertentu.
Mereka lantas tiba di puncak.
Faro menemani Lyra yang antusias berkeliling. Tapi tidak bisa jauh-jauh. Sekarang bersalju dan Faro mengkhawatirkan gadis kecilnya.
"Aku suka sekali di Zurich," ujar Lyra akhirnya, menatap kota Zurich di bawah sana. Lengannya bersangga ke pagar pembatas.
"Tinggal disini saja kalau begitu," sahut Faro sembari membetulkan syal tebal di leher Lyra.
"Aku masih ingin keliling dunia. Travelling kemana-mana dan menikmati banyak makanan dari penjuru dunia, lantas berbagi pengalaman di vlog. It's gonna be cool!"
Faro diam menyimak, sesekali membenarkan helai rambut Lyra yang tertiup angin dan menyelipkannya di belakang telinga.
"Kadang aku berpikir betapa serunya menghabiskan masa tua di tempat seperti ini, jauh dari keributan di kota. Menikmati ritme hidup yang lebih sederhana." Lyra terkekeh sendiri oleh pemikirannya. "Lucu sekali aku sudah berpikir seperti itu. Padahal aku juga tidak kenal siapa-siapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SH
FanficTentang bagaimana bertahan bersama luka Tidak peduli berapa lama pun waktu berusaha mengikis semua memori itu, Faro tidak akan pernah lupa. Cinta,, selalu tentang sebuah perjalanan pulang. Bagaimana 2 jiwa yang tadinya terpisah, berusaha mencari jal...