Ada yg nungguin up kah? Wkwkwk maap ya zeyeng, kemarin lg bad mood sampe rasanya pengen nyetrika mulut orang wkwk jd nulis ngga bisa sama sekali
--
Milan, waktu setempat,,
Ketika Lyra akhirnya menerima penjelasan Faro 4 hari lalu, lelaki itu meminta surat keterangan dari dokter yang menanganinya agar ia bisa melakukan penerbangan ke Milan segera.
Tepat sebelum mereka masuk terminal penerbangan di bandara Zurich, seseorang datang mengantar koper milik Faro, mengatakan agar lelaki itu segera sembuh.
Dan sekarang, sudah 2 hari sejak mereka kembali ke Milan, Lyra selalu masak bubur untuk Faro yang masih dalam proses pemulihan. Faro tidak mau Lyra menelepon Luna untuk datang agar kakaknya itu juga bisa merawat Faro. Lelaki itu menggeleng, "Luna sedang berlibur di rumah grandma, biarkan saja."
"Tapi Kak Luna pasti kepikiran karena kakak malah tidak pulang-pulang."
"Never mind. You are more than enough."
Sejak mereka bertemu lagi di Milan, Lyra menyadari beberapa perubahan dalam diri kakak iparnya. Selain semakin dewasa dan berwibawa, Faro juga sedikit lebih banyak bicara, lebih blak-blakan mengutarakan isi benaknya, dan lebih ekspresif. Kalimat yang diucapkannya lebih panjang daripada dulu. Dan Faro,, menjadi lebih ceria. Lelaki itu seperti tidak pernah tertawa sebelumnya. Tapi akhir-akhir ini ia mendapati Faro tertawa, meski hanya jenis tawa ringan.
"Kakak juga sudah bisa melakukan penerbangan ke Jakarta."
"Kamu mengusir kakak?"
"Bukan." Lyra menyergah jengkel. Kesensian Faro sepertinya bertahan lebih lama dari yang ia duga, apalagi lelaki itu masih dalam status sakit dan entah kenapa malah manja sekali. "Disini aku hanya bisa merawat ala kadarnya. Tapi di Jakarta, kakak akan mendapat perawatan yang lebih baik."
Bukannya menjawab, Faro malah meraih tangan Lyra, mendekapnya dan terpejam.
--
"Suapi kakak."
"Hah?"
"Aaa,,"
Karena sudah lebih dari seminggu, setidaknya Faro sudah bisa makan daging ikan yang dikukus dan tentu saja membuat Faro tidak sabar menunggu. Seminggu lebih ia hanya bisa makan bubur dan membuatnya bosan.
"Bagaimana?" Lyra menunggu jawaban Faro. Dan selanjutnya, lelaki itu tersenyum lebar.
"Sekarang kakak percaya kamu sudah bisa masak."
Senyum yang menular pada Lyra, gadis itu menampakkan cengiran bahagianya. "Siapa dulu,, aku kan tidak mudah menyerah."
Faro membuka mulutnya lagi, menunggu suapan selanjutnya dengan wajah bahagia. Sesederhana ia bisa terbebas dari bubur. Sampai seporsi potongan besar itu habis, Faro meneguk teh herbalnya sampai tandas juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SH
FanfictionTentang bagaimana bertahan bersama luka Tidak peduli berapa lama pun waktu berusaha mengikis semua memori itu, Faro tidak akan pernah lupa. Cinta,, selalu tentang sebuah perjalanan pulang. Bagaimana 2 jiwa yang tadinya terpisah, berusaha mencari jal...