Tokyo, waktu setempat,,
Alfaro David Abraham menatap seorang wanita dewasa di hadapannya. Namanya Alexa Wu, anak teman Calvin Winata yang ikut sarapan bersama di Tokyo. Alexa baru dari Paris untuk sebuah konferensi pers salah satu businessman Indonesia yang menetap disana. Dan datang ke Tokyo untuk mewawancarai Calvin Winata sekaligus Alfaro Abraham, anak asuh sekaligus mantan menantunya.
Biasanya Calvin tidak akan bersikap ramah pada wartawan seperti wawancara pada saat sarapan, tapi Alexa Wu adalah putri rekan bisnisnya, jadi wanita itu punya akses mulus.
Sekarang, entah kenapa Faro ditinggalkan di restoran hotel itu bersama Alexa. Calvin entah pergi kemana.
"Kamu tidak tampak seperti hendak mewawancaraiku," komentar Faro, menatap Alexa dengan pandangan menilai.
Alexa mengangguk seraya tersenyum ringan, lantas menyesap jeruk hangatnya. "Tujuan utamaku hanyalah wawancara dengan Om Calvin."
"Lalu sekarang?"
Alexa menatapnya dengan sebelah alis terangkat. "Kamu terlihat seperti sedang dikejar waktu," balasnya berkomentar. "Tapi rupanya benar kata orang, kamu cukup dingin."
",,,"
"Makanya aku cukup terkejut kamu bisa tertawa lepas bersama Lyra dibanding bersama Luna."
Faro mengiris rotinya dengan tenang. "Aku lebih percaya kalau kamu adalah wartawan gosip," sahutnya tanpa terlihat terkejut darimana Alexa tau cukup detail urusannya dengan kakak beradik Winata.
Alexa tertawa pelan, menyilangkan tangan dan menatap Faro dengan santai. Faro termasuk dingin dan cuek dibanding kebanyakan laki-laki yang ia temui. "Om Calvin ingin aku mendekatimu untuk suatu tujuan. Tentu saja Om Calvin tidak terus terang mengatakannya, tapi aku melihat maksudnya. Tidak mau tau apa itu?"
"99% aku tidak peduli tentang itu."
Sekali lagi Alexa tertawa dengan cara yang elegan, tanpa perlu bertanya ia meneruskan kembali ucapannya. "Untuk menjauhkanmu dari Lyra."
",,,"
"Tapi, sejujurnya aku tidak tertarik. Aku tidak mau membuang-buang waktu dan tenaga hanya untuk membuat seorang pria jatuh cinta. Hidupku tidak sedangkal dan sesempit itu. Dan lagi,, sepertinya tidak ada yang bisa membuatmu goyah dari si kecil Lyra. Tampaknya Om Calvin jengkel sekali dengan kalian. Dia bahkan memastikan tidak ada wartawan yang akan mengungkit-ungkit soal kalian."
"Terima kasih sudah membuatku tidak perlu repot menjelaskannya." Faro mengoleskan butter ke potongan rotinya dengan kalem. "Lalu apa tujuanmu setelah semua basa-basi tadi?"
Alexa tertawa kecil, mengakui sikap cuek Faro semakin memberi banyak perbedaan dibanding saat bersama Lyra. Kalau Faro mau tau, Alexa ada disana saat lelaki itu meresmikan restorannya di Zurich bersama Lyra.
Alexa melihat semuanya, bagaimana Faro memperlakukan Lyra dengan lembut seolah gadis itu serapuh kaca tipis. Bagaimana Faro mengecup kening Lyra dengan sayang, Alexa tau. Lyra tidak menyadari kehadirannya karena Alexa mengubah gaya rambutnya. Tapi wanita itu juga cukup tau untuk tidak memposting foto mereka, waktu itu Faro masih menikah dengan Luna, dan Alexa tidak bekerja dengan mencari sensasi.
Berita itu tidak begitu penting bagi karirnya, waktu itu ia hanya datang karena info kalau Faro meresmikan restoran baru di Zurich. Tapi dengan sikap blak-blakan lelaki itu, Alexa tidak heran kalau Luna akhirnya tau dan mengamuk.
"Om Calvin tidak akan pernah memberi restunya pada kalian."
"Ya." Faro menyahut acuh, sama sekali tidak menampakkan isi hatinya yang mulai getir dan khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ein Memoir - Remembering Her - 🌐SH
FanfictionTentang bagaimana bertahan bersama luka Tidak peduli berapa lama pun waktu berusaha mengikis semua memori itu, Faro tidak akan pernah lupa. Cinta,, selalu tentang sebuah perjalanan pulang. Bagaimana 2 jiwa yang tadinya terpisah, berusaha mencari jal...