Sebenarnya aku sudah ada draft untuk beberapa chapter, tapi aku ga bisa update setiap hari karena harus revisi beberapa part dan aku juga lagi hectic di rl huhuhu💜
Aku juga mau tau seberapa banyak peminat cerita ini. Dan aku senang sekali lihat respon positif kalian di chapter sebelumnya🥰Aku harap kalian berbaik hati menekan vote sebelum membaca dan komen banyak-banyak di setiap chapter ya, kalian bikin aku semangat! Terima kasih💜
—
Sudah seminggu setelah kejadian menyakitkan bagi Da In malam itu. Hubungannya dan Taehyung tidak kunjung membaik. Saat dihadapan Tuan dan Nyonya Kim, mereka berpura-pura baik-baik saja. Dengan kemampuan Da In untuk bersikap baik-baik saja dihadapan orang lain, hal itu bukan perkara sulit. Namun sebisa mungkin, Da In menghindari Taehyung dimana pun. Di rumah, di sekolah, maupun di kelas. Dia bahkan tidak ingin menghabiskan barang sedetik untuk menatap wajah Taehyung.
Sementara Taehyung, dia merasa bersalah setelah melakukan hal itu pada Da In. Selama seminggu terakhir, penyesalan pada Da In terus berputar diotaknya. Tapi melihat Da In yang terus menghindarinya, dia tidak bisa untuk sekedar mengucapkan kata maaf. Bahkan dia berpikir Da In tidak akan pernah memaafkannya.
Pagi ini, keluarga Kim dan Song Da In sarapan bersama. Beberapa hari sebelumnya Da In melewatkan sarapan, untuk menghindari Taehyung tentunya. Tapi Tuan dan Nyonya Kim tidak menaruh curiga karena Da In selalu memiliki alasan yang masuk akal untuk mereka. Sedangkan hari ini Nyonya Kim memintanya untuk sarapan bersama karena ada yang perlu dibicarakan.
"Ayah akan melakukan perjalanan bisnis ke Jepang besok dan ibu juga ikut karena ingin sekalian bertemu dengan keluarga disana." Da In menghentikan aktivitas makan paginya. Tangannya menggenggam erat sendok dan garpu yang digunakan.
"Berapa lama ayah dan ibu akan pergi?" Tanya Da In terlihat sedikit cemas. Dia sudah terbiasa memanggil Tuan dan Nyonya Kim 'ayah dan ibu', itu juga permintaan Nyonya Kim untuk menganggap mereka seperti orang tuanya sendiri. Taehyung dari bangkunya menyadari perubahan air muka Da In yang terlihat khawatir. Dia menghela nafas kembali teringat kejadian itu. Ternyata Da In masih menyimpan trauma besar terhadap dirinya.
"Mungkin sekitar lima hari atau seminggu. Masih belum pasti karena akan ada meeting bersama dengan perusahaan-perusahaan cabang disana." Jelas Tuan Kim.
"Kalian tidak apa-apa 'kan ditinggal berdua? Lagipula ibu lihat kalian sudah semakin dekat. Ibu juga sudah berpesan pada sekertaris Lee, jika nanti kalian butuh sesuatu bisa menghubunginya." Imbuh Nyonya Kim dengan nada bicaranya yang begitu lembut menenangkan.
Tidak terlalu menenangkan bagi Da In, karena nyatanya dia semakin gelisah. Berdua saja dengan Taehyung di wastu ini, bukankah terdengar seperti jebakan yang sudah direncakan? Dia harus memikirkan cara lain untuk menghindari Taehyung. Mungkin dia bisa menelepon sekertaris Lee dan memintanya agar membeli apartemen untuk Da In tinggali sendiri. Bukan ide yang buruk. Kecuali jika nantinya sekertaris Lee akan bertanya alasan Da In ingin tinggal sendiri. Juga sekertaris Lee tidak akan mengizinkan Da In untuk tinggal sendiri lagi. Terlalu beresiko.
Tapi tinggal berdua dengan Kim Taehyung akan lebih beresiko 'kan?
"Da In, jika sudah selesai kalian bisa berangkat." Ucap Nyonya Kim membuyarkan lamunan Da In.
Gadis itu hanya mengangguk menanggapi kemudian berangkat ke sekolah bersama dengan Taehyung. Hal yang satu ini tidak bisa dihindari. Jika Da In menolak tentu akan menimbulkan kecurigaan untuk Tuan dan Nyonya Kim.
Da In sudah bersiap membenahi tasnya dan akan melepas sabuk pengaman, karena di depan sudah terlihat halte bus tempatnya biasa menunggu bus ke sekolah. Seperti biasanya, Taehyung juga akan menurunkan Da In di sana. Tapi tidak kali ini. Taehyung tidak menepikan mobilnya dan terus melanjutkan mengemudi hingga sekolah.
"Hentikan mobilnya, aku bisa berangkat sendiri." Ucap Da In tanpa menoleh sedikitpun pada pria disebelahnya. Taehyung sama sekali tak mengindahkan permintaan Da In. Dia masih terus mengemudikan mobilnya.
"Kau tidak dengar?" Lagi Da In berucap. Perlahan dia memberanikan diri untuk menatap pria disebelahnya. Dia tercekat. Ingin mengatakan sesuatu tapi tertahan setelah melihat wajah Taehyung. Dia mengeratkan genggaman pada sabuk pengaman. Memori menyakitkan itu kembali terputar diotaknya. Dia mengalihkan pandangan dan menghembuskan nafas kasar. Dadanya terasa panas seketika. Jantungnya berpacu lebih dari biasanya. Dia merasa panik sendiri.
Taehyung menyadari hal itu. Dia sengaja tidak membuka suara karena tidak ingin Da In merasa gelisah didekatnya. Dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Da In, tapi sepertinya Da In benar-benar tidak ingin memaafkannya. Diam-diam dia merasa terpukul akan hal itu. Seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya dengan keras. Sakit sekali.
"Kau bilang tidak ingin teman-teman di sekolah tahu kita tinggal bersama." Lagi-lagi Da In mencari alasan agar Taehyung mau menurunkannya. Rasanya begitu sesak berada dalam satu ruangan sempit bersama pria ini.
"Jangan khawatir." Sahut Taehyung yang sebenarnya membuat Da In semakin khawatir, resah karena mendengar suara berat Taehyung. Ternyata mendengar suara seseorang bisa terasa menakutkan dan menyakitkan sekaligus. "Maafkan aku."
Seketika Da In bungkam. Jantungnya kembali berdegub cepat, namun bukan karena gelisah. Mendengar dua kata itu dari mulut Taehyung membuatnya memberikan atensi penuh pada pria disampingnya. Bagai terhipnotis, dia tidak lagi merasa takut untuk melihat wajah Taehyung seperti ini. Melihat sorot mata Taehyung yang fokus pada jalan raya, namun Da In mampu merasakan ada penyesalan tergambar dari sudut matanya.
Da In bukan orang yang terbiasa menyimpan dendam lama dalam hati. Entah sudah bisa dibilang memaafkan atau belum, sebenarnya Da In tidak menyimpan dendam apapun pada Taehyung. Hanya saja, rasa sakit dan ketakutan yang Taehyung berikan masih membekas dihatinya. Hingga dia ragu untuk memperbaiki hubungannya dengan Taehyung.
Sungguh, selama seminggu belakangan, dia menunggu Taehyung untuk mengucapkan kata maaf. Juga melihat bagaimana sikap Taehyung selama ini, dia pikir Taehyung bukan orang yang mudah menyesal setelah melakukan kesalahan. Tapi, semua anggapannya pada pria itu seakan runtuh hanya karena dua kata yang terucap.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scar
Fiksi PenggemarMature Contents🔞 If loving you is a mistake, then I don't want to be right. ✨Written in Bahasa Indonesia ✨Casadelcisne, 2020