30. Love or Leave

4.2K 543 4
                                        

'Cause there is no guarantee
That this life is easy

Yeah, when my world is falling apart
When there's no light to break up the dark
That's when I, I
I look at you

Diingatkan lagi ya, sebaiknya vote sebelum membaca untuk showing appreciation to author. Terima kasih. Enjoy reading, x.

Sejak malam pernyataan cinta Da In pada Taehyung, gadis itu lebih sering murung. Termenung. Hubungannya dengan Taehyung tidak juga membaik. Mereka semakin asing. Da In benar-benar mengabaikan Taehyung seakan tidak pernah memiliki rasa pada pria itu. Mungkin Da In serius dengan ucapannya. Melupakan semua rasa untuk Taehyung setelah malam itu. Sementara Taehyung, jelas dia juga tidak baik-baik saja. Dia dan Ara sudah berakhir. Taehyung tidak tahu menahu alasan Ara meminta untuk mengakhiri hubungan mereka sepihak. Pun Taehyung sudah tidak ingin mempertahankan Ara. Sedangkan kini dirinya dirundung kalut karena Da In yang menjauhinya. Sedang mempertanyakan hal kecil yang selalu mengganggu pikiran.

Besok merupakan hari kelulusan. Da In belum memberi keputusan pasti untuk kembali ke Seoul atau menetap di Valley Hills. Tuan dan Nyonya Kim bersikeras menahan Da In untuk tetap disana. Juga Da In yang merasa berat jika harus pergi begitu saja dan meninggalkan kehidupan di kota kecil ini. Namun kebahagiaannya sedah dijadikan prioritas. Semakin lama berada disini, semakin kacau pula kehidupan kedepannya.

Dia tahu Taehyung dan Ara sudah berakhir. Tapi Da In tidak lagi ingin berusaha sebab Taehyung sudah menghancurkan harapannya. Menolak mentah-mentah tanpa meminta waktu untuk berpikir. Sementara Da In masih menyembunyikan satu hal penting dari Taehyung. Ingin sekali mengatakan, namun tidak siap dengan konsekuensi jika Taehyung akan menolaknya lagi. Sudah pasti akan menimbulkan luka yang teramat. Tidak tahu harus melakukan apa lagi jika harapan terakhirnya benar-benar dihancurkan.

Kini Da In tengah duduk di bangku halaman belakang rumah. Pandangannya lurus ke arah taman bunga di depan sana—menatap kosong. Tenggelam dalam pikiran yang sedang kacau. Bahkan tidak menyadari kehadiran seseorang disana. Lamunan Da In berakhir ketika telapak tangan mengayun di depan wajahnya. Sempat terkesiap namun kembali mendapat kontrol diri setelah melihat figur pria dihadapannya.

"O-oh, Tae.." Da In berucap pelan. Netranya mengikuti setiap pergerakan Taehyung. Hingga kini Taehyung duduk disebelahnya.

"Bisa kita bicara?" Tanya Taehyung dengan suara rendah dan tenang.

"Tidak," Da In menjawab tegas, "tidakkah kau mengerti aku sedang berusaha menghindarimu?"

"Da In—"

Dering ponsel menginterupsi. Taehyung menghentikan ucapannya. Memperhatikan Da In mengeluarkan ponsel dari saku celana dan mulai berbicara dengan orang di seberang telepon.

"Ya, Kook? Tentu aku datang. Aku belum memutuskan membeli apa. Bagaimana jika besok kita mencari bersama? Baiklah." Lalu telepon berakhir.

"Sejak kapan kau dan Jungkook menjadi dekat?" Tanya Taehyung selidik.

"Kurasa itu bukan urusanmu. Aku bisa dekat dengan siapapun yang ku mau. Pun aku bisa bercinta dengan siapapun yang ku inginkan." Culas Da In membuat kedua alis Taehyung menukik. Jelas Da In sudah berubah menjadi Da In ketika pertama kali mereka bertemu. Tidak ada lagi tatapan cinta dari gadis itu.

"Ya, kau bisa dekat dengan siapapun, kecuali Jungkook. Dia sahabatku. Kau tidak bisa mempermainkan perasaannya hanya untuk membalas dendam padaku."

Da In tersenyum asimetris, sesuatu tiba-tiba menyulut emosinya. "Aku tidak perlu melakukan hal rendahan seperti itu demi membalas dendam," Da In beranjak, "demi Tuhan, Kim Taehyung, kau benar-benar pengecut untuk mengakui perasaanmu. Kau hanya takut untuk patah hati. Kau takut kejadian seperti Ara dan Mingyu akan terulang kembali."

"Cukup," Taehyung geram. Tubuhnya ikut beranjak dan kini menatap nyalang gadis dihadapannya, "kau tahu kenapa aku bersikeras memintamu untuk tidak melibatkan perasaan? Karena aku memiliki kemampuan untuk menyakitimu jika kau mencintaiku. Kau akan hancur sementara menjadikanku sebagai alasan karena sudah mematahkanmu. Pada akhirnya kau akan bertahan dan membiarkan dirimu terluka."

Benar telak. Tidak ada satupun yang salah dari ucapan Taehyung. Da In bungkam dengan mata berkaca-kaca.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa tidak ada kesempatan kau mencintaiku? Apa karena kau takut aku melukaimu? Melakukan hal yang sama dengan yang Ara lakukan dan membuatmu hancur perlahan."

Taehyung terdiam. Menggertakkan gigi sebelum berlalu meninggalkan Da In. Membawa sisa harapan yang Da In miliki. Membuatnya patah hati sekali lagi.

Da In kembali duduk di bangku dengan air mata mulai membahasi kedua pipi. Menunduk terisak. Pikirannya kalut. Berpikir bagaimana Taehyung selalu menjadi alasan dunianya runtuh. Kegelapan menyelimuti hidup. Menjadi lebih hancur namun tetap bertahan hingga kini. Sakit teramat sangat, hingga mampu mengucapkan telah tebiasa dengan hal itu tanpa beban. Bertanya sekali lagi dalam hati, apakah dia benar-benar akan bahagia jika bersama dengan Taehyung pada akhirnya?

Tepat tengah malam. Da In baru saja ingin kembali dari halaman belakang. Berjalan menyusuri tangga dan melalui pintu kamar Taehyung. Tungkainya berhenti sejenak. Tangannya melayang ke udara mendarat pada pintu kayu besar didepannya. Tanpa menunggu lama pemilik ruangan membuka pintu. Kemudian Da In melangkah masuk ke dalam ruangan besar itu.

"Alright, I'm sorry," ujar Da In tulus meruntuhkan segala ego, "seharusnya aku tidak membawa Ara dalam pembicaraan kita."

Taehyung masih terdiam. Menatap obsidian hazel Da In lamat. Masih menunggu Da In melanjutkan kalimatnya.

"I love you, Tae. And I want you to try," lirih Da In. Mengutarakan perasaannya sekali lagi. Jelas sedang memohon, mengesampingkan harga diri sejenak. Dadanya sesak. Luar biasa sakit. Tapi sampai detik ini, dia masih ingin mendapatkan akhir yang bahagia untuk hidupnya. Setidaknya, dengan Taehyung yang berada disampingnya nanti, membantunya bertahan atau memberikan solusi lain untuk rahasia kecil yang ada dalam dirinya sekarang.

Taehyung mengusak surainya ke belakang dengan jari. Menghembuskan nafas berat. Air mata menggantung di pelupuk mata Da In. Taehyung masih mengamati wajah gadis itu. Tersirat jelas rasa sakit yang selama ini dirasakan. Sejujurnya, Taehyung ingin sekali mencoba untuk membuka hati, namun Da In terlanjur benar. Taehyung ketakutan. Tidak cukup berani untuk kembali patah hati.

Sweet ScarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang