Song Da In tidak pernah menyangka akan kehilangan orang tuanya secepat itu. Meskipun sudah setahun lamanya, tapi perasaan hancur masih menyelimuti. Belum lagi hidup seorang diri yang membuatnya harus menjalani dua kehidupan berbeda; menunjukkan keceriaannya di pagi hari seakan dirinya baik-baik saja dan termenung semalaman merindukan kedua orang tuanya saat sendirian.
Entah ini sebuah keberuntungan atau tidak, sahabat karib orang tua Da In memintanya untuk tinggal bersama. Tentu dia tidak serta merta menerima. Awalnya Da In ragu, tinggal bersama keluarga yang belum pernah ia temui. Tapi, bujukan Pak Lee—sekertaris keluarga Song—berhasil membuat Da In mau untuk melakukannya setelah melalui perdebatan panjang.
Sekertaris Lee sendiri khawatir dengan kelangsungan hidup Da In. Setahun terakhir Da In terlihat begitu terpuruk dan tidak memiliki semangat hidup. Meskipun Da In mati-matian menyembunyikannya dihadapan banyak orang, tapi sekertaris Lee tahu Da In berkali-kali mencoba mengakhiri hidupnya sendiri. Karena selalu dia yang menemukan Da In terkapar dikamarnya tidak sadarkan diri.
Sungguh, semua jauh dari ekspektasi Da In. Sebelumnya dia berpikir bahwa keluarga Tuan Kim—sahabat orang tuanya—akan bersikap dingin dan tidak terbuka padanya. Ternyata Tuan dan Nyonya Kim menyambut kedatangannya dengan begitu hangat, mengingatkannya pada kehangatan orang tuanya dulu. Menurut cerita yang dia dengar dari sekertaris Lee, Tuan Kim hanya memiliki satu anak laki-laki, mungkin itu juga yang menjadi alasan mereka begitu bahagia ketika Da In pertama kali menginjakkan kaki di wastu keluarga Kim. Senang sekali karena 'kedatangan anak perempuan'.
"Akhirnya kita memiliki anak perempuan, sangat cantik lagi." Begitulah ucap Nyonya Kim saat mengajak Da In memasuki rumah. Terdengar aneh memang saat mendengar Nyonya Kim menyatakan kepemilikan atas dirinya, tapi ada perasaan bahagia ketika Da In mendengarnya.
Langkah Tuan dan Nyonya Kim berhenti di depan sebuah pintu kayu besar, diikuti Da In yang juga terhenti. "Ini akan menjadi kamarmu." Ucap Tuan Kim sambil membuka pintu dihadapan mereka.
Nyonya Kim mengulas senyum sebelum memberikan koper Da In. "Bersihkan dirimu dan beristirahatlah. Kau bisa turun saat makan malam."
Da In mengangguk dan segera memasuki kamar barunya. Terlihat megah dan begitu rapi. Tatanan furnitur yang tampak estetik disertai kombinasi warna kamar putih dan krem menambah kesan hangat disna. Juga sedikit lebih besar dari kamar dirumah lamanya. Da In segera meletakkan pakaiannya pada ruang khusus pakaian di sebelah kamar mandi kemudian membersihkan tubuhnya.
Seperti yang Nyonya Kim katakan sebelumnya, Da In turun ke ruang makan saat makan malam. Beberapa pelayan terlihat sibuk menyiapkan berbagai hidangan di atas meja. Banyak sekali pilihan makanan. Da In sampai heran makan malam saja seperti sedang ada pesta. Tapi mengetahui alasan Nyonya Kim menyiapkan semua ini untuk menyambut kedatangannya, dia jadi tidak enak sendiri.
"Song Da In, jangan sungkan-sungkan. Sekarang kau sudah dianggap bagian dari keluarga kami. Seperti anak kami sendiri. Bersikaplah seperti biasa." Ujar Tuan Kim dengan nada begitu ramah membuat Da In sedikit kagum dengan sikap keluarga Kim. Mereka sangat ramah dan baik pada orang lain. Terlepas dari kenyataan bahwa Da In anak dari sahabat Tuan Kim, tetap saja Da In masih orang asing.
"Terima kasih makanannya." Ucap Da In sambil mengulas senyum sebelum menyantap makan malamnya.
"Kami sudah mengurus kepindahan sekolahmu. Kau bisa mulai masuk lusa, agar kau bisa beristirahat dulu besok. Kau pasti lelah, kan? Nanti, biar Taehyung yang menemanimu disekolah. Dia ada di tahun yang sama denganmu. Aku harap kalian cepat akrab." Da In hanya mengangguk mendengar penjelasan Nyonya Kim.
Ah, Taehyung namanya.
Ngomong-ngomong, Da In belum melihat kehadiran pria itu sama sekali. Dari yang dia dengar sih, Taehyung suka menghabiskan waktunya di kamar untuk bermain game. Dia sering melewatkan makan malam bersama keluarga karena keasyikan berkecimpung dengan permainan dikomputernya. Tuan dan Nyonya Kim juga memaklumi hal itu. Mungkin karena Taehyung anak tunggal, dia jadi dimanja oleh kedua orang tuanya. Begitu pula dengan Da In yang kemauannya tidak pernah ditolak oleh mendiang orang tuanya. Orang tua Taehyung juga terbilang sibuk karena perusahaan-perusahaan besar yang harus diurus.
Da In jadi penasaran, seperti apa putra dari Tuan dan Nyonya Kim. Pasalnya, melihat paras kedua orang tuanya yang menawan, pasti juga menurun pada anaknya. Belum lagi kepribadian yang sangat hangat dari Tuan dan Nyonya Kim. Da In merasa tidak sulit untuk cepat akrab dengannya nanti. Sebab pada dasarnya, Da In memang mudah beradaptasi.
Sejujurnya, Da In tidak berharap banyak hal setelah kepindahannya. Dia hanya ingin merasakan kehangatan dari sebuah keluarga dan tidak merasa sendirian. Dia berharap tinggal bersama keluarga Kim adalah pilihan yang tepat. Melihat bagaimana keluarga Kim memperlakukannya sejak hari pertama, membuatnya menemukan kembali semangat untuk bertahan.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scar
FanfictionMature Contents🔞 If loving you is a mistake, then I don't want to be right. ✨Written in Bahasa Indonesia ✨Casadelcisne, 2020