41. After All Of The Sadness

4.2K 445 12
                                    

Taehyung mengurungkan niatnya untuk kembali ke Seoul hari ini. Sekarang dia berada di kedai seberang butik milik Da In. Bibirnya tak henti mengulum senyuman. Hatinya seperti sedang berbunga-bunga sekali. Melupakan segala penyesalan dan rasa sakit yang masih ada hingga kemarin. Tepat sebelum Taehyung menyadari dia masih memiliki kesempatan.

Gemerincing bel di atas pintu memenuhi ruangan. Taehyung segera mengalihkan pandangan pada arah suara. Senyumnya kembali terbit. Sosok wanita yang begitu dicintai muncul dari balik pintu. Seperti biasa, Da In tersenyum menyapa para pegawai disana lalu memesan caramel macchiato.

Kali ini, tidak seperti biasa Taehyung hanya memandang Da In dari kejauhan, namjn dengan semangat menyerukan nama Da In yang sedang melangkah keluar. Menghentikan tungkai gadis itu dan menoleh kearahnya. Dengan tatapan jengah Da In berjalan mendekati Taehyung. Sementara Taehyung menyambut Da In dengan senyuman dan mempersilahkannya duduk.

"Bagaimana kau bisa ada disini?" ketus Da In lalu melipat tangan ke dada.

"Apartemenku ada di dekat sini. Aku selalu sarapan disini dan menunggumu keluar dari butik sejak hari pertama," Da In menatap bingung, "aku tidak memiliki keberanian mendekatimu saat itu, hanya bisa memperhatikanmu dari kejauhan," jelas Taehyung membuat Da In melongo.

"Apa kau seorang penguntit?"

Taehyung tergelak rendah. Hampir saja terjungkal mendengar Da In yang berbicara seperti sedang membencinya. Namun Taehyung tahu Da In tidak benar-benar begitu.

Keheningan terjadi sesaat. Taehyung masih memandang wajah Da In, sementara Da In menikmati minumannya dengan memandang keluar jendela. Dering ponsel menginterupsi.

"Halo, Dasha,"

"..."

"Aku ada janji temu dengan nyonya Collins hari ini. Dia akan melakukan fitting gaun pernikahan. Bagaimana dengan Sehun?"

"..."

"Oh, benarkah? Baiklah, aku akan mengusahakannya. Jangan khawatir. Lanjutkan saja pertemuanmu." Da In memutus sambungan lalu memasukkan ponsel kembali ke dalam tas. Wajahnya terlihat bimbang kemudian meneguk minumannya dengan tergesa.

"Ada apa?" tanya Taehyung penasaran.

Da In meletakkan gelas kosongnya. Menatap Taehyung dan terdiam sejenak. Berpikir jika saja Taehyung bisa membantunya kali ini. Namun ada sesuatu yang menghalangi niat Da In untuk berucap. Gengsi.

"Tidak ada apa-apa," sahutnya kemudian. Lalu ponselnya kembali berdering. Melihat nama nyonya Collins yang muncul di layar membuatnya semakin terlihat panik, berdecak frustasi.

"Da In, kau baik-baik saja?"

Da In terdiam lagi. Kali ini, tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan Taehyung. Dia tidak bisa memilih antara menelantarkan Alice di sekolah atau menunda perjanjian dengan Nyonya Collins. Sekali lagi mengerang sebal, sebab hanya Taehyung yang bisa dimintai bantuan saat ini.

"Bisa kau menjemput Alice di sekolah? Dasha tidak bisa menjemputnya. Aku juga ada janji dengan pelanggan," pinta Da In pada akhirnya.

Taehyung tersenyum, "tentu saja. Seharusnya kau mengatakannya daritadi."

Da In merogoh tasnya. Mengeluarkan sesuatu darisana dan menyodorkan pada Taehyung, "ini kunci rumahku. Mungkin aku akan kembali sebelum pukul tujuh, aku akan berusaha pulang lebih cepat. Ingat, jangan memberi Alice es krim meski dia memohon. Ingatkan dia untuk mengerjakan tugas sekolah setelah sampai. Oh, jika dia lapar kau bisa membuatkan sereal atau memanggang roti, dia lebih suka roti dengan selai coklat,"

Taehyung tergelak mendengar Da In, "baiklah, baiklah. Sekarang aku tahu kenapa Alice mengatakan kau begitu cerewet." ujarnya lagi, berhasil mendapat tatapan sinis dari Da In, "jangan khawatir. Aku bisa menjaganya. Selesaikan saja pekerjaanmu."

Sweet ScarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang