15. A Great Temptation

4.6K 508 36
                                    

Mingyu sempat tak percaya sama sekali dengan kalimat Da In sebelumnya. Hingga beberapa saat lalu, ketika mereka berhenti di depan pagar sebuah wastu mewah yang diketahui kediaman keluarga Kim, Mingyu akhirnya percaya. Sebenarnya, Mingyu masih ingin menanyakan banyak hal pada Da In, termasuk tentang bagaimana hubungan Da In dan Taehyung sekarang. Melihat Da In dan Taehyung tinggal serumah, bukan tidak mungkin mereka memiliki suatu hubungan. Namun Mingyu tidak menanyakan hal itu setelah Da In menyuruhnya untuk segera pulang. Da In juga menceritakan beberapa ultimatum Taehyung termasuk tentang tidak ada seorangpun di sekolah yang boleh tahu mereka tinggal bersama. Mingyu mengerti dan bergegas meninggalkan Da In setelahnya.

Da In melangkah menuju kamar dan mendapati Jungkook keluar dari kamar Taehyung. "Kau belum pulang?" Tanya Da In yang kemudian dijawab anggukan.

"Taehyung mengantar Ara pulang. Itu sebabnya Jimin mengirim pesan menyuruhnu pulang. Sepertinya mereka bertengkar."

Sebenarnya Da In tidak begitu peduli alasan Ara pulang, tapi ketika tahu alasannya adalah pertengkaran, Da In sedikit tertarik untuk megetahui lebih banyak. Maka setelah mengganti pakaian, Da In turun ke dapur dan mendapati Jungkook sedang minum air mineral di mini bar. Dia mendekat dan memposisikan tubuhnya pada kursi di sebelah Jungkook setelah mengambil air minum.

"Apa mereka sering bertengkar seperti ini?" Da In tahu pertanyaannya menjurus pada seberapa sering Mingyu dan Ara melakukan sex bersama. Karena seperti yang Mingyu bilang, dia adalah batu loncatan saat pasangan fenomenal di sekolah itu bertengkar.

Jungkook mengedikkan bahu, tak lekas menjawab. "Setelah kejadian saat itu, ku rasa mereka lebih sering bertengkar." Jawabnya kemudian.

"Kejadian?" Tanya Da In selidik. Dia yakin maksud Jungkook adalah kejadian antara Mingyu dan Ara saat itu, yang pernah Mingyu ceritakan. Dan melihat Jungkook terdiam lagi, Da In semakin yakin itulah jawabannya. Tapi Da In masih penasaran jika Jungkook tahu masalah mereka, mengapa dia tidak memberikan jawaban saat dia menanyakan penyebab Mingyu dan Taehyung bermusuhan saat itu. "Kau sepertinya tahu banyak hal tentang mereka dan memilih untuk tetap diam."

"Lebih tepatnya tidak peduli, karena itu bukan urusanku." Sahutnya kemudian menatap Da In, "ku rasa Taehyung juga sedang menyukai orang lain." Imbuh Jungkook menyimpang dari topik pembicaraan, membuat Da In tertegun seketika.

Mustahil. Da In tahu bagaimana Taehyung mencintai kekasihnya. Sangat tidak mungkin Taehyung juga berselingkuh dibelakang Ara. Tapi siapa tahu? Taehyung terlalu abu-abu bagi Da In. Dia ingin mendapat jawaban pasti, namun tidak tahu bagaimana mendapatkannya. Semakin dia mencari tahu tentang Taehyung, semakin aneh pula perasaannya. Seperti ada duri tak kasat mata yang membuat hatinya hancur perlahan. Semakin sakit pada setiap kenyataan betapa dia sadar Taehyung begitu mencintai Ara.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya seseorang yang baru saja datang mengalihkan perhatian Jungkook dan Da In yang terlihat membicarakan hal pribadi—dilihat dari posisi duduk mereka yang terlalu dekat dan saling bertatapan.

"Kau sudah datang? Apa ayah dan ibu belum pulang?" Sergah Da In agar tidak perlu menjawab pertanyaan Taehyung.

Taehyung mengangguk lalu mengubah atensi pada Jungkook. "Aku sudah memesan tempat di kelab." Ujar Taehyung pada pria di sebelah Da In. Mereka berencana pergi ke kelab malam setelah ini. Sebelumnya meminta Jimin dan Jungkook pulang terlebih dulu untuk bersiap-siap.

-

Waktu menunjuk pukul sebelas malam dan Da In masih terjaga menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya berkutat hanya pada satu nama. Dia sangat tidak mengerti apa dan kenapa pikirannya selalu dipenuhi hal-hal tidak penting akhir-akhir ini. Setelah pindah ke Valley Hills dan bertemu Taehyung dia merasa semakin gelisah alih-alih mendapat ketenangan yang diharapkan.

Tubuhnya beranjak kemudian melangkah pada kamar mandi. Da In melihat pantulan dirinya dengan pakaian tidur seperti biasa—kaos tipis dan celana pendek—pada cermin wastafel. Dia terlihat sedikit kacau. Entah sejak kapan dia peduli dengan Taehyung dan menjadi gila sendiri seperti ini. Lalu sedetik setelahnya, dia bergegas berjalan keluar menuju kamar disebelahnya.

Da In mengetuk pintu dihadapannya berkali-kali. Tidak ada jawaban. Mungkin Taehyung sudah pergi ke kelab, entahlah. Bukannya kembali ke kamar, dia malah membuka pintu itu dan masuk kedalamnya. Bernyali sekali.

Untuk pertama kali Da In masuk ke kamar Taehyung. Terlihat normal seperti kamar lelaki pada umumnya. Sesaat rungunya menangkap suara gemericik air dari kamar mandi. Ternyata Taehyung belum pergi. Maka Da In menuju sofa di depan ranjang dan menunggu Taehyung disana.

Tak seberapa lama, orang yang ditunggu muncul dari balik pintu kamar mandi. Da In beranjak dan dibuat tertegun dengan pemandangan didepannya. Tubuh Taehyung setengah basah hanya terbalut handuk sebatas pinggang, membuat otot dada dan otot perut yang tercetak sempurna menjadi kasat mata. Rambutnya terlihat berantakan dan aroma khas musk yang menyeruak ke seluruh ruangan. Da In menelan ludah.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Taehyung yang terlihat tidak terkejut sama sekali dengan kehadiran Da In dikamarnya.

"Uh—oh." Da In terbata karena otaknya seakan berhenti bekerja. Melihat hal itu, Taehyung berjalan menuju ruang pakaian dan memilih baju gantinya.

Lagi-lagi Da In menelan ludah, melihat garis punggung Taehyung yang masih basah, dan sesekali tangan pria itu bergerak mengusak surainya hingga semakin berantakan. Pikiran Da In melayang pada hal yang belum pernah ia pikirkan sebelumnya. Tubuhnya memanas hingga pahanya merapat tanpa aba-aba. Jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Ternyata berada satu ruangan berdua dengan Taehyung bukan hal yang baik untuk kesehatan jantung. Sementara Taehyung terlihat tidak terusik sama sekali dan tetap melanjutkan kegiatannya. Sesaat wajah Da In berpaling ketika Taehyung hendak melepas handuknya. Jika saja Taehyung melihat sekarang, dia pasti mendapati wajah Da In yang sudah memerah parah seperti tomat.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Taehyung berjalan ke arah Da In yang masih berpaling. Mungkin Da In tidak menyadari hal itu hingga dia terkejut saat Taehyung berdiri dibelakangnya. Saat Da In berbalik, hal pertama yang dilihat adalah bibir merah Taehyung yang terlihat lembab karena kebiasaannya menjilat bibir. Lagi-lagi pikirannya terdistraksi.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Taehyung lagi dengan pertanyaan yang sama.

"Uh—aku," Da In tidak tahu jawaban apa yang harus dikatakan, karena pada dasarnya dia tidak mengerti mengapa dia berada disini sekarang. Instingny menuntun untuk pergi kesana, menuntut sebuah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dibenaknya. "Kau akan pergi ke kelab?"

Kedua alis Taehyung bertaut tidak mengerti. "Jika tidak ada yang penting, kembalilah kekamarmu. Aku akan pergi sekarang." Sahutnya kemudian bergegas meninggalkan Da In.

Da In masih terdiam ditempatnya. Sesuatu sedang mempengaruhi kinerja otaknya. Dia tahu Taehyung tidak menyukainya dan juga memiliki kekasih. Tapi, melihat Taehyung meninggalkannya lebih dulu berkali-kali seperti ini, membuatnya perlahan mengerti apa yang terjadi dengan perasaannya. Dia ingin memastikan sesuatu namun terlalu ragu. Pada akhirnya, sekarang dia berjalan menghampiri Taehyung yang sedang membuka pintu kamar. Tangannya menahan pergelangan tangan Taehyung dan membuatnya terhenti seketika.

"Tae, bercintalah denganku."

Get ready! The most wanted part is coming..

Semakin banyak apresiasi dari kalian, semakin cepat juga aku publishnya. So don't forget to vote and comment💜

Sweet ScarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang