Da In berjalan menyusuri koridor menuju pintu keluar. Seseorang dari belakang menyerukan namanya lantang. Spontan Da In membalikkan tubuh dan mendapati seorang pria melambaikan tangan sambil berjalan cepat kearahnya. Da In mengulas senyum.
"Ingin pulang bersama?" Tawar pria itu yang mendapat anggukan semangat dari Da In.
Ponsel Da In berdering sekali. Dia mengeluarkannya dari saku blazernya dan melihat papan notifikasi. Satu pesan masuk dari orang yang tidak diinginkan membuat moodnya seketika berubah. Membaca isi pesannya malah semakin membuat moodnya hancur seketika.
'Jimin dan Jungkook akan bermain game di rumah. Aku akan mengabarimu setelah mereka pulang.'
Kira-kira begitulah isi pesan dari Kim Taehyung. Da In kembali teringat ultimatum Taehyung yang tidak menginginkan orang lain tahu mereka tinggal bersama. Membaca pesan singkat itu, dia berpikir tidak akan bisa pulang hingga Taehyung menghubunginya. Hubungan mereka memang mulai membaik beberapa hari terakhir. Tapi Da In masih sering menghindari Taehyung untuk berjaga-jaga. Terlebih Tuan dan Nyonya Kim masih berada diluar negeri dan mereka hanya tinggal berdua dirumah.
Da In menghela nafas panjang. "Mingyu, bisa kau mengajakku jalan-jalan atau mengajakku kerumahmu?" Pintanya pada Mingyu yang baru saja memberikan helm padanya.
"Kenapa? Kau tidak ingin pulang?"
Da In mengangguk malas. Tanpa banyak bertanya Mingyu mengiyakan permintaan Da In dan segera mengendarai motor sportnya. Semenjak hubungannya dan Taehyung tidak baik-baik saja, Da In banyak menghabiskan waktu bersama Mingyu. Meminta Mingyu menjemputnya di halte bus, atau meminta Mingyu mengantarnya pulang lebih lama, semata-mata agar tidak bertemu Taehyung. Begitu pula disekolah, dia lebih sering makan siang bersama Mingyu daripada Yoonhee, karena Yoonhee selalu bersama Taehyung dan teman-temannya. Tapi pada saat tertentu, Da In juga menghabiskan waktu bersama Yoonhee, karena dia adalah satu-satunya teman dekat yang Da In miliki.
"Tunggu, kau tinggal di apartemen?" Tanya Da In setelah menyadari mereka berhenti di depan pintu unit Mingyu.
Mingyu menjawabnya dengan berdeham pelan.
"Ku pikir ayah dan ibumu juga pindah kesini."
"Sebelumnya begitu, tapi mereka kembali ke Seoul karena sesuatu sedang terjadi di perusahaan. Sedangkan aku baru naik di tahun terkahir saat itu, jadi aku tidak ingin ikut, lelah berpindah-pindah. Aku juga tidak ingin tinggal di rumah besar sendirian. Jadi aku meminta apartemen ini pada mereka." Jelas Mingyu kemudian menekan pin apartemennya.
"Tanggal lahirmu?" Tanya Da In yang tidak sengaja memperhatikan ketika Mingyu menekan deretan pin itu.
"Kau masih ingat." Jawabnya setelah suara pintu terbuka terdengar, kemudian mereka masuk bersamaan. Sebenarnya, apartemennya sekarang terbilang cukup luas—tidak seluas rumahnya bersama orang tuanya—tapi tidak terlalu membuang waktu karena jarak dari ruangan yang satu ke ruangan yang lain cukup jauh, seperti rumah yang Da In tinggali sekarang.
Layaknya pernah berkunjung berkali-kali, Da In begitu leluasa berjalan mendahului Mingyu bahkan menempatkan diri di meja makan dengan segera. Mingyu menggeleng melihat tingkah Da In. Bukan tanpa alasan Da In bertingkah seenaknya, itu karena mereka memang sedekat itu.
Mereka kenal di tahun pertama di sekolah lama. Diantara banyak orang yang tidak mau berteman dengannya, Mingyu satu-satunya orang yang berteman dengan Da In. Mereka begitu dekat hingga sering mengunjungi rumah masing-masing dan saling berbagi cerita setiap harinya. Sayangnya, di tahun kedua Mingyu harus pergi karena ayahnya perlu mengembangkan bisnis di Valley Hills. Sebelum kepergiannya, Mingyu menyatakan perasaannya pada Da In. Da In enggan menjawab. Hingga tercipta jarak diantara mereka karena Da In merasa tidak nyaman dengan semua perhatian Mingyu padanya, sedangkan dia tidak bisa membalas hal yang sama. Sampai pada hari kepindahan Mingyu, Da In masih tidak memberikan jawaban.
Begitulah awal mula kedekatan hingga renggangnya hubungan mereka. Dan saat mereka bertemu lagi beberapa waktu lalu, Da In kembali merasakan kehangatan pertemanan mereka ketika Mingyu memutuskan untuk tidak membahas hal yang membuat mereka jauh saat itu.
"Song Da In, sebenarnya dimana kau tinggal? Apa kau tinggal bersama sekertaris keluargamu? Dan kenapa kau tidak ingin pulang hari ini?" Rentetan pertanyaan yang sempat tersemat di kepala Mingyu, ia lontarkan sekaligus setelah Da In selesai menyantap karbonara buatannya.
"Aku tidak tinggal dengan sekertaris Lee. Dia tetap di Seoul mengurus perusahaan. Aku tinggal bersama sahabat ayah ibuku disini."
Tangan Mingyu mendekat pada bibir Da In dan mengusap noda makanan disana. Mereka terbiasa melakukan hal ini. Pun Da In tidak merasa canggung sama sekali. Hanya saja, Mingyu dan perasaannya yang masih ada membuat sengatan aneh muncul dalam tubuhnya ketika kulitnya bersentuhan dengan Da In. Sebisa mungkin Mingyu tetap bersikap tenang. Dia tidak ingin kejadian lama saat tercipta jarak antara dirinya dan Da In terulang kembali.
Setelah selesai makan, Da In kembali ke sofa dan menyalakan televisi. Dia berbaring nyaman disana sementara Mingyu duduk dibawah dengan punggung bersandar pada bibir sofa.
"Gyu, aku ingin bertanya sesuatu." Da In membenahi posisinya. Kini dia duduk dengan kaki menjuntai disebelah tubuh Mingyu. "Kau dan Taehyung, ada apa diantara kalian?"
Selama ini Da In dibuat penasaran dengan hal yang selalu memenuhi benaknya. Kim Taehyung dan Kim Mingyu. Dia ingat malam itu Taehyung menyebut nama Mingyu beberapa kali saat menyetubuhinya. Dan setelah bertanya pada Yoonhee, dia hanya tahu Taehyung dan Mingyu bermusuhan. Tidak ada yang tahu penyebabnya. Bahkan Jungkook dan Jimin. Tidak ada cara lain untuk mengetahui jawabannya selain bertanya pada Mingyu. Jika harus memilih untuk bertanya pada Taehyung, Da In lebih baik penasaran seumur hidup.
Mingyu masih terdiam. Berpikir sejenak. "Aku tidak tahu bagaimana menceritakannya." Dia terdiam lagi, mencoba melirik ekspresi Da In yang terlihat penasaran dan serius mendengarkannya. "Saat itu aku tahu Taehyung dan kekasihnya ada masalah hingga mereka sempat berpisah. Secara tidak sengaja kami bertemu karena dia juga tinggal di apartemen ini, satu lantai diatas unitku. Dan singkat cerita, aku berakhir menidurinya. Begitulah. Lalu Taehyung mengetahui hal itu dan kami bertengkar hebat saat itu, hingga sekarang kurasa." Hening kembali. Mingyu menoleh ke arah Da In sekedar ingin mengetahui ekspresi gadis itu sebelum melanjutkan, "kau sudah dapat jawaban yang ingin kau dengar kan? Sekarang jangan bertanya hal itu lagi. Aku tidak ingin membahasnya, Da In."
Da In sempat tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. Rahang bawahnya sudah jatuh hingga mulutnya terbuka. Kemampuan deduksinya berjalan lambat ketika berusaha mencerna satu persatu penjelasan Mingyu.
"Tunggu, apa? Kekasih? Dan kau menidurinya? Lalu— tapi—" Ujar Da In terbata masih tidak percaya. Dia mulai mendapat benang merah dari potongan demi potongan masalah yang dihadapinya. Tapi, bagaimana mungkin dia tidak tahu Taehyung memiliki kekasih? Bagaimana bisa Mingyu dan kekasih Taehyung tidur bersama? Kenapa ini semua harus terjadi padanya? Pertanyaan itu semakin memenuhi otaknya.
"Song Da In." Lirih Mingyu membuat Da In mengerti dan terdiam tidak lagi membahas hal itu. Sejujurnya, masih banyak pertanyaan yang ingin Da In lontarkan. Kini benaknya dipenuhi rasa penasaran. Ingin sekali segera mengetahui secara detail, namun melihat lagi ke arah Mingyu yang sudah merubah air mukanya menjadi sendu.
Seketika Da In tersadar bahwa setiap orang memiliki luka masing-masing yang tidak ingin diceritakan pada orang lain—atau mungkin ingin bercerita namun terlalu berat. Setiap orang tidak pernah mempersiapkan dirinya untuk menerima luka, karena belum tentu sudah menyiapkan antisipasi dengan sebuah remedi. Da In tidak tahu harus merasa lega atau tidak mendengar Mingyu menceritakan hal ini padanya. Dia merasa senang karena ternyata Mingyu masih mempercayainya. Tapi, dia merasa menyesal karena harus mengetahui rahasia seperti ini.
Di sisi lain, nama Taehyung tiba-tiba terlintas dibenaknya. Kejadian yang dia hadapi sebelumnya, semata-mata untuk balas dendam karena rasa sakit hati Taehyung. Dia mengerti, Taehyung pasti berasumsi dirinya dan Mingyu memiliki hubungan lebih dari teman, melihat kedekatan mereka. Dan itulah penyebab terjadinya mimpi buruk yang menimpa Da In saat itu.
—Aku senang sekali banyak respon positif dari kalian untuk cerita ini. Tapi aku juga sedih karena banyak siders yang masih belum berniat untuk apresiasi cerita ini dengan sekedar tekan tombol vote.
Semoga kalau kalian suka, kalian berkenan menekan vote sebelum membaca💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scar
FanfictionMature Contents🔞 If loving you is a mistake, then I don't want to be right. ✨Written in Bahasa Indonesia ✨Casadelcisne, 2020