Da In berdiri di depan cermin. Memutar tubuh ke kanan-kiri memastikan kembali penampilannya. Sedetik kemudian membuka kenop pintu dan berjalan keluar dari ruangan sempit di dominasi warna putih. Tungkainya berjalan tergesa pada salah satu sofa di tengah ruangan.
"Kook, bagaimana dengan yang ini? Apa terlihat bagus?" Tanya Da In ragu sambil memainkan ujung gaunnya.
Jungkook yang sedari tadi duduk di sofa, berkali-kali memperhatikan Da In keluar masuk dengan pakaian berbeda mulai merasa jenuh.
"Jika ingin membuat Yoonhee marah karena kau akan menjadi pusat perhatian, ya, kau harus membeli yang satu ini. Sangat cocok dengan tubuhmu." Sarkas Jungkook membuat Da In mengerang frustasi. Ini sudah gaun ke empat yang Da In coba. Dari gaun mewah hingga gaun sederhana, dan jawaban Jungkook tidak berubah. Semua gaun yang Da In kenakan menurutnya sangat pas pada proporsi tubuh Da In.
Jungkook benar. Yoonhee pasti akan mencak-mencak sebal jika Da In menjadi pusat perhatian di pesta ulang tahunnya. Maka mau tidak mau Da In harus berpenampilan sesederhana mungkin. Tidak ingin membuat sahabatnya kehilangan suasana hati di hari paling istimewa.
"Baiklah, aku akan mengambil gaun yang pertama. Kau bilang itu terlihat biasa. Tidak terlalu mencolok." Final Da In sebab dirinya juga sudah lelah berganti pakaian.
Jungkook mengangguk sekilas, "apapun yang kau kenakan pasti akan terlihat mencolok."
"Kook!" Pekik Da In membuat Jungkook tergelak melihat gadis itu bersungut sebal.
Setelah melakukan transaksi pembayaran, Da In dan Jungkook kembali berjalan menyusuri mall. Sebelumnya, mereka mencari hadiah ulang tahun untuk Yoonhee sepulang acara kelulusan. Setelahnya, Da In meminta Jungkook menemaninya mencari gaun untuk ke pesta Yoonhee. Jungkook mengiyakan tanpa berpikir panjang. Tidak tahu menemani wanita mencari pakaian akan selelah ini. Menyusuri pusat perbelanjaan selama hampir empat jam hanya untuk mencari satu barang.
Sebagai gantinya, Da In mengajak Jungkook makan malam di sebuah kedai dekat pusat perbelanjaan. Membicarakan hal-hal kecil setelah makan. Da In cukup nyaman berada di sekitar Jungkook. Selalu mendengarkan ceritanya dan menanggapi dengan ringan. Tidak menghakimi ataupun memotong pembicaraan. Sangat gentle dan menyenangkan. Sosok sempurna untuk dijadikan seorang kekasih. Jika dari awal Da In lebih memilih untuk mendekati Jungkook, mungkin saja mereka sudah menjadi pasangan sekarang. Lagipula Jungkook tidak terlalu sulit di dekati. Namun mengetahui Jungkook menyukai orang lain, Da In tidak ingin memaksakan diri dan terjatuh pada lubang yang sama lagi.
Waktu menunjuk pukul sepuluh dan mereka sudah tiba di rumah keluarga Kim. Dengan tangan penuh kantong belanjaan, Jungkook berjalan dibelakang Da In hingga masuk ke dalam rumah.
"Oh, kalian baru pulang?" Sapa Jimin yang sudah ada di rumah Taehyung sejak tadi. Juga pergi berdua mencari hadiah untuk hari spesial Da In. Melihat presensi Jungkook dan Da In baru saja melewati ruang tengah tentu menarik atensi Jimin dan Taehyung yang sedang asik bermain video game.
"Ya, aku mencari hadiah untuk Yoonhee. Aku juga membawa beberapa makanan."
Jimin melompat riang mendengar Da In mengatakan makanan. Dengan segera mendekati Jungkook dan meraih plastik berisi kue beras. Jungkook dan Da In menggeleng bersamaan melihat tingkah Jimin. Sementara Taehyung menatap tidak suka pada dua orang yang baru saja datang.
"Duduklah, aku dan Tae tidak bisa menghabiskan ini semua," seru Jimin.
"Aku akan meletakkan ini diatas. Koo, biar aku saja," ujar Da In sambil mengulurkan tangan untuk mengambil kantong belanja di tangan Jungkook. Kemudian berlalu meninggalkan tiga pria di ruang tengah menikmati kudapan malam mereka.
Jungkook mengambil alih stik game dan memencet tombol untuk memilih permainan. Taehyung masih di tempat semula dengan tatapan yang sama. Sementara Jimin tengah menikmati kue beras yang selalu menjadi kesukaannya.
"Jadi, apa kau dan Da In mulai berkencan?" Celetuk Jimin berhasil mendapat atensi kedua orang disana.
"Aku tidak berkencan dengannya," jawab Jungkook tanpa ragu. Pandangannya masih fokus pada layar memainkan game.
"Ayolah. Kalian akhir-akhir ini sering terlihat bersama. Bahkan kau pergi menemani Da In berbelanja barusan. Dan apa tadi katanya, Koo? Manis sekali panggilan sayangnya. Sangat cocok denganmu," tutur Jimin dengan nada jahil dan mulut yang tidak berhenti mengunyah kue beras, "lagipula siapa yang tidak tertarik dengan Da In? Kau juga pasti diam-diam menyukainya, kan?"
Jungkook menghentikan aktivitasnya. Membiarkan permainan di layar terus berjalan dengan sendirinya hingga tamat. Tentu dia tidak mendapat peringkat seperti biasa. Untuk kali pertama terdistraksi ketika serius bermain game. Merubah pandangan pada Jimin yang masih duduk di bawah menikmati kudapan. Berpikir sebelum menjawab pertanyaan terakhir pria itu.
"Aku tidak tahu, tapi ku rasa kau benar. Akhir-akhir ini aku sering menghabiskan waktu bersamanya dan aku merasa nyaman berada di dekat Da In," Jungkook berhenti sejenak, "apa menurutmu aku menyukainya?"
Jimin menatap tak percaya. Lalu mengedikkan bahu sebagai jawaban. Sementara pria di sebelah Jungkook menatap jengah. Melempar stik konsol ke meja membuat Jungkook dan Jimin terkejut bersamaan.
"Aku akan mengambil minum," ketus Taehyung kemudian berlalu meninggalkan dua sahabatnya.
Jimin dan Jungkook kembali saling melempar tatap. Lagi-lagi Jimin mengedikkan bahu. Tidak mengerti dengan sikap Taehyung barusan. Mungkin perpisahan dengan Ara masih mengganggu suasana hatinya. Tidak ada yang tahu sama sekali.
Hingga pada saat Taehyung kembali, Jimin sudah meninggalkan ruang tengah. Pergi ke kamar mandi karena banyaknya kue beras yang dilahap sekaligus. Membuat perutnya bergejolak sebab sudah menghabiskan makan malam sebelumnya bersama Taehyung. Tinggallah dua orang yang duduk dalam keheningan. Taehyung memberikan sekaleng bir yang dia bawa pada Jungkook. Kemudian diteguk habis sendiri setelah Jungkook menolak untuk minum. Harus menyetir untuk pulang—katanya.
"Kook, aku akan mengatakan sesuatu," suara rendah Taehyung mulai merubah atmosfer ruangan menjadi semakin canggung. Pun Jungkook seketika merubah atensi pada pria disebelahnya.
"Katakan saja," sahut Jungkook.
"Aku menyukai Da In."
Jungkook tampak tidak terkejut, malah mengulas seringai. "Akhirnya kau berani mengungkapkan hal itu. Apa karena kau takut aku akan merebut Da In darimu?"
"Tidak. Karena kau dan aku tahu siapa yang akan menjadi pilihan Da In," jawab Taehyung angkuh lalu menatap pongah ke arah Jungkook.
Jungkook tergelak rendah, balas menatap tajam ke arah Taehyung, "kau sudah menghancurkannya, Tae. Apa kau pikir Da In masih menetap dengan pilihannya? Ku harap kau mengerti apa yang kau lakukan selama ini. Setidaknya, jangan menghancurkan gadis itu untuk yang ke sekian kali. Karena jika itu terjadi, aku yang pertama kali akan membuatnya merubah pilihan."
Taehyung berhasil bungkam. Kenyataan bahwa dia sudah menyakiti Da In berkali-kali, bukan tidak mungkin akan merubah hati gadis itu. Meski berkali-kali pula Da In mengatakan mencintainya, tapi Da In juga mengatakan sudah lelah untuk bertahan. Satu-satunya harapan adalah mulai membuka hati. Memperbaiki yang sudah rusak. Sebelum benar-benar tak tersisa. Kembali menghancurkan hati yang sudah terluka. Sebab hati begitu rentan, hal yang paling mudah patah. Berakhir melebur bersama asa.
—
Happy birthday to our baby bunny, Koo💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scar
FanfictionMature Contents🔞 If loving you is a mistake, then I don't want to be right. ✨Written in Bahasa Indonesia ✨Casadelcisne, 2020