Aroma obat-obatan begitu pekat menyeruak ke dalam indra penciuman. Lampu temaram susah payah berusaha menerangi koridor. Seorang gadis terengah berlarian sepanjang lorong sepi didominasi warna putih. Air mukanya tampak khawatir dan menahan tangis. Hingga sampai pada pintu kamar pasien dan tangan gemetarnya membuka tergesa.
"Gyu, terima kasih sudah menghubungiku. Bagaimana keadaannya?" Tanya gadis itu pada Mingyu yang tertunduk sambil menggenggam erat tangan Da In di atas ranjang pasien.
Belum sempat terjawab, dokter yang baru saja menangani Da In memasuki ruangan, "bisa saya berbicara dengan keluarga pasien?"
"Dia tidak memiliki keluarga disini, Dok. Kami orang terdekat, anda bisa menyampaikan pada kami," ujar Yoonhee tak sabaran. Ingin segera mengetahui kondisi sahabatnya yang terbaring tak berdaya di atas ranjang.
"Nona Song baik-baik saja. Tapi, kami tidak bisa menyelamatkan bayi dikandungannya," jelas Yoonhee terkesiap, juga Mingyu yang menggeram sambil meremas seprai ranjang, "sebenarnya, Nona Song mengalami ectopic pregnancy. Janin itu tidak dapat bertahan hidup di luar uterus. Jika dibiarkan tumbuh, akan merusak organ dan mengancam jiwanya. Tidak ada pilihan selain mengeluarkan janinnya. Sepertinya Nona Song tidak pernah memeriksakan kandungannya.
Tapi kami sudah melakukan pembersihan setelah pasien mengalami keguguran dan beruntung tidak ada pendarahan serius. Pasien harus istirahat total setidaknya untuk dua hari. Dan pasien harus menghindari stress demi keseimbangan mentalnya, atau bisa menemui psikiater untuk berkonsultasi lebih lanjut." Penjelasan Dokter paruh baya itu berakhir. Air mata Yoonhee berhasil meluruh. Kemudian Dokter menepuk perlahan pundak Yoonhee untuk menenangkan sebelum pergi meninggalkan ruangan.
Lutut Yoonhee menjadi lemas seketika. Tubuhnya merosot bertemu dengan lantai, tidak mampu menahan berat badan yang tak seberapa. Tangisnya pecah setelah Dokter benar-benar meninggalkan ruangan Da In. Mingyu menggapai tubuh Yoonhee. Membantu gadis itu berdiri kemudian mendudukkannya di dekat ranjang. Terisak kuat melihat wajah Da In yang pucat pasi. Selama ini Da In menyembunyikan hal ini sendirian. Betapa malang sahabatnya menanggung rasa sakit yang bertubi-tubi. Yoonhee terisak dan tangan Mingyu bertengger dipundaknya menepuk-nepuk pelan untuk menenangkan.
Setelah keadaan sedikit lebih tenang, Yoonhee menghentikan tangisnya. Dia segera memberi kabar pada Yoongi, yang tentu disampaikan pada Jimin. Sepuluh menit berlalu. Keheningan menyelimuti ruangan Da In. Berlangsung sejenak. Sebab kehadiran Taehyung, Jimin dan Jungkook membuat situasi menjadi tegang kembali.
Masuknya Taehyung ke dalam ruangan mencuri atensi Mingyu sepenuhnya. Yang terjadi selanjutnya, Mingyu beranjak dan berjalan pongah mendekati Taehyung. Tangannya melayang ke udara lalu mendarat tepat dengan keras pada wajah Taehyung, membuat pria itu terhuyung hingga menyentuh lantai. Jimin dan Jungkook terperanjat di tempat. Yoonhee pun tak kalah terkejut. Tanpa memberi ampun Mingyu memberikan tinjuan berkali-kali. Jimin dan Jungkook berusaha melerai. Namun amarah Mingyu mendominasi. Tak kuasa menahan emosi yang sudah lama merundung.
"HENTIKAN!" Teriak Yoonhee pada akhirnya. Berhasil menghentikan pergerakan pria yang sedang berseteru di dekat pintu masuk. "Apa kalian sudah gila?!" bentaknya penuh amarah, "kalian semua keluar dari sini! Mingyu, kau juga keluarlah."
Taehyung yang masih terbaring menatap ke arah Da In. Sementara diatasnya, Mingyu masih memegang erat kerah bajunya. Kemudian Jimin menarik paksa tubuh Mingyu dari sana. Pun Jungkook membantu Taehyung berdiri dan membawanya keluar. Keadaan hening kembali.
Tengah malam, Yoonhee masih ditempat semula. Duduk disebelah Da In, menunggunya tersadar. Satu-satunya yang menggema di seluruh ruangan hanya suara HR monitor. Berbagai macam doa dirapalkan dalam hati agar Da In baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scar
Fiksi PenggemarMature Contents🔞 If loving you is a mistake, then I don't want to be right. ✨Written in Bahasa Indonesia ✨Casadelcisne, 2020