Da In kembali ke rumah tepat pukul sebelas malam. Dipundaknya tersemat jaket milik Mingyu. Wajahnya terlihat sedikit berantakan sehabis menangis. Menumpahkan semua keluh kesahnya pada Mingyu sesaat lalu. Merasa sedikit lega setelah berbicara pada seseorang. Menceritakan hal-hal yang menjadi penyakit hati. Tidak lagi menyimpan sendiri kegundahan, kecuali rasa sakit yang akan selalu ada selama dia masih mencintai Taehyung-nya.
Tungkai gadis itu melangkah hati-hati. Tidak ingin membangunkan Taehyung yang mungkin sudah terlelap—karena semua penerangan telah padam. Atau mungkin Taehyung sedang keluar bersama teman-temannya. Entahlah. Da In sedang tidak ingin memikirkan pria itu. Hanya ingin kembali ke kamar lalu merebahkan tubuh dan hatinya yang sedang lelah.
Tepat saat Da In melintasi pintu kayu di sebelah kamarnya, suara kenop pintu terbuka. Sosok yang sangat tidak diinginkan keluar dari balik pintu. Secepat kilat menarik tangan Da In masuk. Tentu Da In memberikan perlawanan. Menarik tangannya sendiri hingga tubuh Taehyung berbalik. Kini menatap Da In yang terlihat lusuh. Berantakan. Namun yang menjadi perhatiannya adalah jaket pria yang menggantung di pundak gadis itu.
Da In mendengus sebal. Memutar tubuhnya untuk meninggalkan ruangan itu. Naas berhasil terhalang oleh tangan Taehyung yang kemudian menarik tangannya lagi, mendorong tubuh Da In hingga tersungkur di sofa. Membuat gadis itu terperangah kemudian memberinya tatapan nyalang.
"Apa kau sudah gila?!" Pekik Da In dengan nada tinggi.
"Apa kau tidak tahu ini jam berapa?" Bentak Taehyung tak mau kalah.
"Apa pedulimu?!"
"Ini rumahku! Kau tidak bisa seenaknya keluar masuk tanpa sepengetahuanku. Terlebih keluar dengan pria lain hingga tengah malam." Bentak Taehyung lagi bersungut-sungut.
Da In memutar kedua bola matanya jengah. Tubuhnya beranjak berdiri dihadapan Taehyung dan melipat kedua tangan di depan dada. Menatap Taehyung penuh emosi dan kembali meninggikan suaranya, "kau tidak bisa mengaturku, Kim! Jika kau tidak ingin aku kembali tengah malam, baiklah. Aku tidak akan kembali ke rumah dan bermalam diluar."
"Apa sebenarnya yang ada diotakmu Da In? Kau tidak tahu betapa aku mengkhawatirkanmu? Berapa lama aku menunggumu? Dan kau meninggikan suaramu padaku hanya karena aku tidak ingin kau keluar dengan pria sembarangan?! Song Da In kau—"
"Tunggu!" Ujar Da In dengan tangan melayang ke udara. Mengisyaratkan Taehyung untuk menghentikan ucapannya, "kau.. apa? Mengkhawatirkanku? T-tapi untuk apa?" Suara Da In merendah. Tidak lagi menatap pria yang lebih tinggi darinya itu dengan bersungut. Bahkan netranya terpaku dan mengikuti setiap gerak pria itu.
Sementara Taehyung menghela napas berat. Menempatkan pantatnya di atas sofa, duduk dengan paha terbuka lebar dan melempar kepalanya pada sandaran. Da In masih berdiri menatap bingung ke arah Taehyung. Harap-harap cemas menanti jawaban darinya.
Taehyung kembali mengangkat kepala. Memberikan pandangan pada gadis yang membuatnya mempertanyakan perasaannya sendiri beberapa hari belakangan. "Maafkan aku, Da In." Ujarnya dengan suara rendah sambil menatap tepat pada obsidian hazel gadis itu, "aku hanya khawatir kau akan menyakiti dirimu lagi. Kau tidak berbicara denganku selama dua hari ini."
Da In tidak mampu menahan gelak. Tertawa kecil kemudian bibirnya mengatup tersenyum miris. Menatap tajam pada pria yang masih duduk di sofa sambil menatapnya. Benar-benar tidak pernah bisa mengerti jalan pikiran seorang Kim Taehyung. Pria ini terlalu abu-abu baginya. Begitu pelik. Kerap membuat pikiran Da In kacau namun semakin terjerembab ke dalam kubangan tak kasat mata yang dia buat sendiri. Saat Taehyung seperti ini, tidak dipungkiri membuat rasa penasaran Da In semakin dominan.
Kali ini Da In memberi Taehyung tatapan bersalah. Dia tahu dia salah karena keluar hingga larut malam. Taehyung benar, ini rumahnya. Da In seharusnya membatasi diri meskipun orang tua Taehyung sedang tidak dirumah. Maka Da In meminta maaf kemudian. Da In memang bukan orang yang sulit berdamai dengan ego, meski kerap kali bersikap demikian. Namun dia mudah meminta maaf jika memang merasa bersalah. Taehyung mengagumi hal itu. Sebab dia sendiri masih egois, selalu begitu.
Suasana mulai mereda. Tidak ada lagi api emosi yang menyulut di udara. Keduanya sama-sama bersikap tenang. Da In yang masih berdiri ditempatnya semula, dan Taehyung yang masih duduk di sofa dengan kaki terbuka lebar. Oh, tentu saja hal itu membuat Da In terdistraksi beberapa kali. Sesaat lalu, saat hatinya dipenuhi bongkahan emosi, tidak dipungkiri pandangan Da In berkali-kali terarah pada paha Taehyung. Hampir membuatnya kehilangan kontrol dan tidak mampu menahan untuk segera naik ke atas pangkuan pria itu. Melayangkan ciuman dan membungkamnya sekaligus. Bahkan Taehyung terus mempermainkan libido Da In dengan menjilat bibirnya sendiri berkali-kali.
"Berhentilah melakukan itu!" Sentak Da In tiba-tiba membuat Taehyung berjengit.
"Aku tidak melakukan apapun." Sahut pria itu tidak mengerti.
"Kau berusaha menggodaku, Tae!" Final Da In kemudian berdengus sebal sebelum meninggalkan kamar Taehyung. Namun tangan Taehyung berhasil menahannya—lagi. Kali ini menarik tubuh Da In hingga jatuh pada rengkuhannya. Menempatkan tubuh gadis mungil itu keatas pahanya. Tepat seperti yang baru saja Da In pikirkan.
"Apa kau turn on hanya karena melihatku seperti ini?" Bisik Taehyung seduktif sambil membuat senyum asimetris diwajahnya.
Sial! Kim Taehyung merupakan entitas nyata dosa yang nikmat. Da In membencinya, juga mencintainya. Tidak mampu memberi penolakan ketika bibir Taehyung berakhir di atas bibirnya. Melumat kasar penuh nafsu. Tangan lihainya berhasil menanggalkan fabrik yang menutup atas tubuh Da In dalam beberapa detik. Membuat tubuh indah yang selalu dipujanya menjadi bebas terbuka dan siap untuk di sentuh sana-sini. Da In tidak tinggal diam. Tangannya menarik turun resleting celana Taehyung. Mengelus perlahan milik Taehyung dari luar yang sudah menegang. Membuat bibir Taehyung berhasil meloloskan erangan.
Taehyung melepas ciuman mereka. Mengamati tubuh Da In seluruhnya. Menciptakan semburat merah di kedua pipi gadis itu. Kedua pasang mata saling berkabut nafsu. Siap untuk menanti pelepasan. Lalu Da In kembali menarik Taehyung dalam ciuman lebih dalam. Membenahi posisi untuk mengukung Taehyung lebih nyaman. Merapatkan kedua paha pada pinggang Taehyung sambil menggesek inti tubuh mereka. Menyalurkan getaran hebat pada syaraf yang terlepas dalam bentuk desahan. Da In bergerak resah di atas tubuh Taehyung. Ingin segera menarik lepas celana pria itu dan membenamkan milik Taehyung pada tubuhnya.
Hingga suara pintu terbuka menginterupsi keduanya. Da In dan Taehyung terbeliak, menoleh ke arah pintu dan mendapati presensi seseorang yang tertegun disana. Dengan segera Da In merapatkan tubuh setengah telanjangnya pada Taehyung. Beruntung letak sofa membelakangi pintu masuk sehingga orang itu tidak akan bisa melihat jelas tubuh mereka dari balik sofa.
"J-jung.." Lirih Da In dengan kepala yang mengintip dari pundak Taehyung.
Jungkook membeku. Masih berusaha memproses kejadian barusan diotaknya. Kembali menjadi saksi atas hubungan rahasia seseorang.
"Pakailah bajumu. Jimin ada di bawah, akan segera naik." Ujar Jungkook dengan nada begitu tenang.
"APA?!" Pekik Da In kemudian menatap gusar Taehyung dan Jungkook bergantian.
"Baiklah. Tahan dia sebentar." Ujar Taehyung dengan nada tidak kalah tenang.
Sementara Da In kelabakan sendiri. Segera melompat dari pangkuan Taehyung setelah Jungkook pergi meninggalkan mereka. Mengenakan pakaiannya terburu-buru lalu berlari keluar.
—Gimana? Sudah teracak-acak belum perasaan kalian?
Don't forget to vote peeps!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scar
ФанфикMature Contents🔞 If loving you is a mistake, then I don't want to be right. ✨Written in Bahasa Indonesia ✨Casadelcisne, 2020