26. What If

3.9K 464 19
                                    

Detik jam berjalan lambat. Begitulah yang Taehyung rasakan. Sambil sesekali melirik jam di tangan dan ponselnya. Suara lonceng diatas pintu yang berdering tiap kali pintu terbuka membuatnya mengalihkan perhatian. Menanti kedatangan kekasihnya, Lee Ara. Sudah menjadi rutinitas, selama tiga tahun terakhir, di tanggal yang sama mereka akan menghabiskan waktu berdua. Berjalan-jalan seharian kemanapun mereka ingin. Sayangnya kali ini sedikit berbeda, sebab Ara harus melakukan pekerjaan hingga sore hari. Namun masih ada kesempatan untuk melakukan makan malam di salah satu restoran yang selalu mereka datangi.

Taehyung sudah menyiapkan segalanya. Hal-hal yang Ara suka. Buket bunga, sepotong tiramisu dan coklat hangat. Taehyung bukan orang romantis pada hari-hari biasa. Tapi soal Ara, dia tahu segalanya. Memberikan apapun yang Ara inginkan. Hal yang membuat Ara bahagia. Masalahnya, sekarang dia sedang mempertanyakan alasan eksistensi Ara dalam hatinya, sudahkah membuatnya bahagia?

Satu jam duduk di tempat yang sama. Di dekat jendela kaca yang menampakkan jalanan basah akibat hujan. Meneguk sedikit demi sedikit air minum yang disediakan pelayan sejak satu jam lalu. Kembali melirik papan notifikasi ponsel. Pada saat yang bersamaan, sebuah panggilan masuk membuat Taehyung terkesiap sesaat. Jarinya menggeser ikon hijau di sana. Lalu mendekatkan ponsel ke telinga.

"Halo, Da In. Ada apa?"

"..."

"Aku di restoran di ujung persimpangan jalan Braga. Kenapa kau men—"

Sambungan telepon di putus sepihak. Taehyung mengernyit tidak mengerti. Melihat layar ponselnya untuk memastikan panggilan benar-benar berakhir. Lalu kepalanya menggeleng tak percaya. Kelakuan Da In yang selalu tidak bisa di prediksi. Selalu melakukan hal spontan yang Taehyung tidak pernah bayangkan sebelumnya.

Salah satunya, seperti saat ini. Setelah lima belas menit lalu menelepon Taehyung menanyakan keberadaannya, tiba-tiba saja muncul di luar jendela kaca bersebrangan tepat dengan tempat duduk Taehyung. Dengan pakaian setengah basah. Bibirnya membiru. Taehyung juga memperhatikan tangan gadis itu bergetar. Namun hal lain terpancar diwajahnya. Tersenyum lebar menatap lurus pada pria itu di dalam restoran. Membuat Taehyung beranjak dan segera berlari keluar menghampiri Da In—khawatir.

Taehyung menghentikan langkah tepat dihadapan gadis yang tengah kedinginan. Gemeretak giginya terdengar jelas meskipun dia tetap tersenyum seperti keledai bodoh. Taehyung segera melepaskan blazernya. Memakaikan blazer coklat berwarna senada dengan celananya pada tubuh Da In.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Da In tersenyum kian lebar, merasa lega melihat pria dihadapannya, "aku lapar." Jawabnya singkat dengan bibir membentuk pout sempurna kemudian.

Rasa cemas Taehyung sedikit memudar. Melihat gadis yang kerap kali terpintas dibenaknya bertingkah menggemaskan dengan bibir mengerucut. Ingin rasanya segera memasukkan Da In ke dalam kantong dan membawa pulang ke rumah. Untuk pertama kalinya, Da In melihat Taehyung menatapnya dengan cara yang berbeda. Membuatnya kembali menumbuhkan harapan yang sedang berusaha disingkirkan.

"Da In, kau tahu aku makan malam dengan Ara." Ujar Taehyung membuat Da In mengarahkan pandangan kembali pada meja tempatnya menunggu Ara. Melihat bunga mawar yang ditata apik di atas meja dan beberapa perlengkapan kejutan lain yang sudah disiapkan.

"Kau tidak akan mengangkat teleponku jika sedang makan malam bersamanya." Benar telak. Taehyung tidak lagi memberi sanggahan.

"Masuklah. Disini semakin dingin." Ucap Taehyung dengan tangan meraih lengan Da In untuk membawanya masuk.

Da In menahan tubuhnya, menggelengkan kepala saat Taehyung menoleh bingung kearahnya, "tidak disini. Ingin makan dirumah saja. Jjamppong, Japchae, tidak-tidak, Kalguksu." Ujar Da In bersemangat dengan tubuh masih bergetar kedinginan. "Bagaimana dengan Jajangmyeon? Kau ingin apa? Kita bisa memesannya dari rumah."

Sweet ScarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang