22. A Broken Hope

4.3K 512 17
                                    

Da In memutuskan untuk tidak pulang kerumah hari ini. Setelah kegiatan sekolah berakhir, dia memilih pulang bersama Mingyu untuk berganti pakaian lalu menghabiskan waktu bersama pria itu seharian. Sejauh Mingyu mengenal Da In, dia belum pernah melihat Da In banyak berpikir seolah sedang banyak masalah. Kecuali saat Da In kehilangan orang tuanya, memang Mingyu tidak ada di sisi Da In, sehingga dia sama sekali tidak tahu bagaimana kacaunya gadis itu. Mingyu tahu sahabatnya sedang memiliki masalah yang enggan diceritakan, atau mungkin belum. Karena Da In selalu menjadi terbuka dihadapan Mingyu.

Satu jam berlalu dalam keheningan. Da In menyandarkan punggungnya pada kursi dan meneguk caramel macchiato keduanya. Pandangan sendu menatap aspal basah diluar jendela. Dingin menyeruak ke dalam café ketika seseorang membuka pintu. Pikiran gadis itu sedang kalut. Terpaut jauh pada memori dua hari yang lalu. Memori memuakkan yang membuatnya rela mengorbankan apa saja demi melupakan kejadian itu.

"Sampai kapan kau akan berdiam diri? Kau mengajakku untuk pergi tapi sama sekali tidak menganggapku ada." Keluh Mingyu karena sahabatnya masih terdiam sambil memainkan jari pada bibir gelas.

"Gyu, apa kau pernah menyukai seseorang tapi orang itu tidak menyukaimu?" Tanya Da In tanpa menoleh sama sekali pada pria yang duduk didepannya.

"Kau masih bertanya?" Sarkas Mingyu yang tidak mendapat jawaban dari Da In, "tunggu! Apa kau sedang menyukai seseorang?"

Da In terkesiap. Kali ini dia menoleh kearah Mingyu. Menyadari yang baru saja dia katakan pada pria itu. Berusaha berpikir cepat untuk mencari alasan. Dia tidak ingin Mingyu tahu tentang hubungan rumitnya dengan Taehyung. Terlebih mengingat hubungan keduanya. Da In tidak ingin Mingyu dan Taehyung kembali berseteru.

"Aku lapar. Ingin sashimi. Ayo ke restoran Jepang di seberang sana." Rengek Da In tiba-tiba. Terdengar sangat manja seakan tidak pernah melakukan perang batin lima menit yang lalu. Mingyu hanya menggelengkan kepala. Menuruti kemauan sahabatnya begitu saja tanpa melalui perdebatan.

Hal yang sangat tidak diinginkan terjadi. Seharian Da In mencoba menghindari seseorang. Alih-alih melupakan sosok yang sangat mengganggu pikirannya, malah mereka bertemu di pintu masuk restoran Jepang bernama Aori.

Da In tertegun. Berhasil membeku saat maniknya bersirobok dengan Taehyung. Di sebelah pria itu, tangan Ara bergelayut mesra pada lengan sang kekasih. Membuat perhatian Da In terpatri pada tangan keduanya. Mingyu menyadari perubahan air muka Da In. Atmosfer canggung tiba-tiba menyelimuti area pintu masuk restoran. Keempat orang disana tahu masing-masing memiliki masalah satu sama lain. Terlebih dua pria yang kini bertatapan sinis.

"Tae, kita bisa makan di tempat lain." Ujar Ara menarik perlahan lengan coat Taehyung. Ara sendiri tahu betul hubungan Mingyu dan Taehyung. Hal itu juga terjadi karena dirinya. Maka dia tidak ingin membuat kekasihnya tersulut saat menikmati makan malam.

Taehyung mengalihkan pandangan pada gadis disebelahnya, "tidak, aku ingin makan disini." Sahutnya dingin.

"Gyu." Da In menarik tangan Mingyu kemudian berjalan mendahului Taehyung dan Ara. Berusaha tidak peduli dan tetap bersikeras memilih untuk makan di tempat itu.

Da In tahu ini bukan pilihan yang tepat. Makan di tempat yang sama dengan Taehyung dan Ara. Bahkan meja yang bersebelahan. Seolah takdir sedang mempermainkan Da In saat ini. Merancang semuanya dan membuat seakan-akan ini adalah sebuah kebetulan.

Mingyu dan Da In makan dalam keheningan. Sementara di belakang Da In, terdengar Taehyung dan Ara bersenda membicarakan hal-hal kecil. Layaknya sepasang kekasih yang sangat bahagia. Menyebabkan hatinya yang kaku perlahan retak mendengar tawa kecil dari Taehyung yang belum pernah ia dengar sebelumnya.

Sweet ScarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang