37. A Sense Of Extreme Longing

4.3K 453 19
                                    

-6 years later-

Seorang pria melangkah memasuki lift pada sebuah gedung perkantoran. Posturnya tegap dan tinggi. Rambut rapi di tata kebelakang. Tubuhnya dibalut pakaian formal yang terlihat mahal, jelas sekali dia orang yang mengerti fashion. Kemeja putih, tersemat dasi pada kerah, jas hitam dan celana senada. Bersamaan dengan pria itu, tepat disebelahnya seorang pria lain sibuk menggenggam tablet dan menscroll benda persegi pipih itu sambil menjelaskan sesuatu pada pria yang dipanggilnya, Sajangnim.

Setelah menaiki lift, pria itu meminta sekertarisnya untuk pergi. Tangannya mengetuk sebuah pintu besar bertuliskan CEO. Lalu seseorang membuka pintu dan mengulas senyum.

"Tuan Oh, aku sudah menunggu kedatanganmu. Masuklah." Ujar seseorang yang baru saja membukakan pintu.

"Please, call me Sehun, Mr. Kim." Balasnya ramah sambil memasuki ruangan megah pemilik perusahaan.

"Kalau begitu, anda juga bisa memanggil Taehyung."

Keduanya tersenyum. Taehyung berjalan mendahului dan mempersilahkan tamunya duduk di sofa. Sementara dirinya pergi ke meja kerjanya membuat panggilan untuk menyiapkan jamuan, lalu kembali menghampiri Sehun.

"Bagaimana penerbanganmu, Sehun?"

"Tidak terlalu melelahkan. Ini lebih baik daripada minggu lalu. Aku harus melakukan penerbangan ke tiga negara dalam satu minggu, dan kembali ke Manhattan dengan segera," jawab Sehun terdengar ramah. Sejenak sekertaris Taehyung menginterupsi perbincangan dua atasan itu, meletakkan minuman diatas meja lalu kembali keluar ruangan.

"Aku bisa lihat itu sangat melelahkan. Percayalah, aku juga pernah mengalaminya." Kemudian mereka berdua tertawa.

Satu jam dihabiskan dengan membicarakan pekerjaan. Bisnis. Kerja sama antara perusahaan milik Taehyung yang bergerak di bidang investasi dan perusahaan milik Sehun yang bergerak di bidang sama, dengan perusahaan besar miliknya di Manhattan. Sedangkan satu jam lainnya membicarakan hal-hal yang lebih intens. Berbagi pengalaman dan cerita pribadi.

Setelah kelulusan, Taehyung mendapat dukungan dari ayah dan ibunya untuk menjalankan perusahaan sendiri. Dengan kemampuan piawai Taehyung dalam berbisnis dan membuat relasi, tidak membutuhkan waktu lama untuknya mengembangkan sayap. Dua tahun saja sudah cukup untuknya mendapat kepercayaan penuh dari ayahnya untuk menduduki posisi CEO diperusahaannya kini.

"Aku menunggu kabar baik darimu," ujar Sehun mengulurkan tangan selagi berpamitan dengan Taehyung.

"Tentu saja. Aku akan segera memberi kabar baik," balas Taehyung menjabat tangan pria itu.

Presdir Oh meninggalkan ruangan Taehyung dan berjalan menuju lift bersama sekertaris yang setia mendampinginya. Taehyung masih mengulas senyum hingga presdir tampan itu benar-benar pergi. Kini, wajahnya kembali pada raut semula, muram. Kehilangan senyum. Berbeda dengan wajah yang kerap ia tunjukkan dihadapan orang-orang.

Kembali menuju meja kerjanya, Taehyung duduk termangu menatap keluar jendela. Pemandangan yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Jalan raya dengan kendaraan berlalu lalang. Gedung-gedung pencakar langit. Garis cakrawala yang selalu menampakkan gurat gradasi warna jingga kemerahan kala hari berganti. Dan Taehyung selalu menghabiskan waktu disana hanya untuk menikmati keindahan yang membuat hatinya sedikit lebih tenang.

Beberapa menit setelah kepergian Sehun, Taehyung kembali kedatangan tamu. Seingatnya dia tidak memiliki janji lain. Melihat 'tamunya' tiba-tiba masuk bahkan tanpa mengetuk pintu membuat Taehyung membuang muka jengah.

"Bagaimana pertemuanmu dengan Tuan Oh? Apa berjalan lancar? Ku dengar dia sangat tampan? Pengusaha muda dengan paras seperti dewa. Apa dia benar setampan itu?" cicit pria yang baru saja mendudukkan diri pada sofa di tengah ruangan.

Sweet ScarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang