Taehyung terdiam berbaring menatap langit-langit kamar. Pikirannya sedang dipenuhi dengan Da In dan penyesalan. Matanya terpejam sesaat menyadari betapa bajingan dirinya setelah melukai Da In. Begitu dalam luka yang ditorehkan. Pun Taehyung tersadar, setelah semua yang sudah terjadi, dia tahu Da In begitu mencintainya, dan dia juga merasa sebaliknya.
Sejenak matanya terpejam. Menutup wajah dengan lengan. Berpikir apa yang harus dia lakukan agar mendapat pengampunan dari Da In. Sudah jelas sekali Da In muak dengannya. Disaat Taehyung ingin memperbaiki segalanya secara bertahap.
Taehyung hampir terlelap setelah banyak berpikir. Namun terurung setelah mendengar suara pecahan dari kamar disebelahnya. Samar sekali. Membuatnya ingin memastikan sendiri dan beranjak menuju kamar Da In.
Taehyung tidak lagi mendapati Da In di ranjang. Makan malam masih di tempat semula, kecuali air minum yang sudah tidak disana. Taehyung mulai khawatir. Memanggil nama Da In namun tidak mendapat jawaban. Sorot matanya terpaku pada pintu kamar mandi yang tertutup. Tanpa pikir panjang berjalan mendekat dan membukanya kasar.
Benar saja. Taehyung mendapati Da In yang berjongkok memunggunginya dengan menggenggam kepingan kaca. Berusaha melukai diri sendiri. Taehyung terhenyak. Dengan sigap merebut kaca dari tangan Da In hingga membuat tangannya sendiri terluka. Menatap nanar pada gadis yang tidak menunjukkan reaksi apapun. Datar. Kosong.
Taehyung menarik Da In dalam rengkuhan. Mendekap erat. Hatinya berdenyut. Terasa sakit luar biasa. Menyaksikan Da In seperti pesakitan yang kehilangan akal sehat. Hampir saja dia kehilangan Da In jika terlambat sedikit saja.
"Maafkan aku, Da In.. Maafkan aku. Ku mohon jangan melakukan ini lagi," rapalnya selagi memeluk erat Da In. Suaranya bergetar, menahan tangis. Sementara Da In bergeming. "Kau bisa melakukan apapun padaku, kau boleh membenciku, tapi ku mohon jangan menyakiti dirimu, Da In. Maafkan aku."
Air mata Da In berhasil lolos. Kenyataan bahwa dia tidak mampu membenci Taehyung, meski sangat ingin melakukannya. Hatinya teramat sakit. Pun tidak ada lagi asa yang tersisa untuknya.
Taehyung melepas pelukan. Mengusap lembut air mata Da In. Menempatkan tangan di sela-sela kaki Da In dan punggungnya, lalu mengangkat tubuh gadis itu, membawa kembali ke atas ranjang. Taehyung meletakkan tubuh Da In perlahan. Menarik selimut untuk menutup tubuh gadis itu. Mengusap tangan Da In dan menatapnya prihatin. Taehyung tertunduk. Tanpa disadari, air matanya meleleh begitu saja. Berhasil merebut atensi Da In ketika mendengar pria itu terisak. Untuk pertama kali, Taehyung menangis dihadapannya.
"Maafkan aku.." lirih Taehyung penuh sesal dan putus asa.
-
Sejak malam itu, Taehyung melihat kamar Da In secara berkala. Sekedar membuka pintu untuk memastikan atau membawa minuman dan kudapan meski Da In tak menghiraukannya. Taehyung juga menyingkirkan semua benda yang menurutnya berbahaya untuk diletakkan di kamar Da In.
Selama dua hari Da In tidak keluar dari kamar. Hanya memakan makanan yang dibawa kepala pelayan untuknya. Taehyung amat terpukul dengan situasi yang terjadi. Yoonhee juga sering menyudutkannya ketika datang mengunjungi Da In. Pun Jimin dan Jungkook yang datang untuk menjenguk Da In, terkadang mengajak Taehyung berbicara dan ikut menenangkannya. Hubungan Taehyung dan Jungkook memang membaik, namun masih terasa canggung ketika Jimin tidak ada diantara mereka.
Sore ini Taehyung baru saja kembali bersama Jimin dan Yoonhee ke rumah. Sebenarnya dia berat untuk meninggalkan Da In sendirian. Meminta agar kepala pelayan menjaga Da In sementara, ketika dirinya pergi mengurus persyaratan untuk memasuki universitas.
"Aku akan memanggil Da In turun. Semoga saja dia mau keluar dari kamarnya," ujar Yoonhee dijawab anggukan dari Taehyung dan Jimin.
Selagi Yoonhee berada di atas, Jimin banyak mengajak Taehyung bicara. Akhir-akhir ini Taehyung mengalami banyak perubahan. Sama sekali tidak pernah menghubungi Jimin maupun Jungkook lebih dulu. Melewatkan beberapa janji untuk hang out sebab lebih memilih menemani Da In. Wajahnya terlihat murung dan suram. Tidak ada lagi Taehyung dingin dan menyebalkan.
"Taehyung! Jimin!" Pekik Yoonhee membuat dua pria disana terperanjat. Secepat kilat Taehyung berlari penuh kepanikan. Dia berharap apa yang ada dipikirannya tidak terjadi.
Sampai diatas mereka mendapati Yoonhee dengan raut khawatir kebingungan. Da In tidak ada di ranjang. Kemudian Taehyung membuka pintu kamar mandi. Nihil. Tidak ada seorangpun disana. Lalu kembali mengecek ruang pakaian. Sayangnya, hanya beberapa pakaian yang tersisa disana. Taehyung menggeram seraya mengacak rambutnya. Dadanya naik turun, bernapas tidak beraturan. Kelewat panik. Ini lebih buruk dari dugaannya.
"Tae," panggil Jimin membuat Taehyung yang terlihat berantakan menoleh padanya. Jimin menyodorkan sebuah amplop putih yang di duga adalah sebuah surat. Taehyung meraihnya dan membuka dengan hati-hati.
Hai, Tae.
Ini aku Song Da In, yang menulis surat ini. Aku tahu ini klise, tapi aku tidak tahu bagaimana untuk berbicara denganmu. Lebih tepatnya, aku tidak ingin. Sebab aku pengecut. Aku tidak memiliki nyali untuk sekedar bicara pada orang yang sudah menyakitiku, dirimu.
Ketika kau menemukan surat ini, berarti aku sudah tidak ada disana. Aku tidak ingin membuat ini menyedihkan karena aku sendiri lelah menangis. Aku lelah menjadi lemah dihadapanmu. Aku lelah dengan semua rasa sakit yang kau berikan. Maka aku memutuskan untuk berhenti sampai disini. Aku menyerah.
Taehyung tidak yakin mampu untuk melanjutkan membaca tulisan diatas kertas ditangannya atau tidak. Jantungnya seakan berhenti berdetak sesaat. Melorot jatuh dari rongga. Da In betulan meninggalkannya.
Jika kau membaca ini, aku ingin mengatakan bahwa aku sangat mencintaimu. Teramat sangat. Bisa dibilang aku berada pada titik terbodoh dalam mencintai seseorang. Titik dimana aku rela mengorbankan segalanya. Bahkan kebahagiaanku sendiri. Ya, aku mencintaimu sedalam itu.
Sayangnya, kau menyakitiku dengan sangat ketika aku mencintaimu dengan teramat. Pun hingga hari ketika aku menulis surat ini, aku masih berharap ada sedikit kebahagian yang tersisa untukku. Sebuah takdir yang membuat kita berakhir bersama. Lagi-lagi itu menjadi harapan semata. Sebab kau menghancurkannya. Aku menghancurkannya.
Maafkan aku tidak memberitahumu aku sedang mengandung anakmu. Aku terlalu bodoh menyakitinya dengan meminum alkohol di pesta Yoonhee. Jadi, kumohon jangan menyalahkan dirimu sendiri atas hal itu. Kau tahu hal apa yang paling ku takutkan? Kehilanganmu. Dan saat itu terjadi, aku mungkin akan kehilangan diriku sendiri. Oleh sebab itu aku tidak memberitahumu. Aku takut kau meninggalkanku setelah mengetahui kenyataan itu, Tae.
Taehyung, aku mencintaimu, sekali lagi. Mungkin hanya itu hal terakhir yang bisa ku lakukan sebelum pergi dari hidupmu. Kau benar-benar candu untukku. Menjadi surga dan neraka bersamaan. Bahagia dan sakit dalam satu waktu.
Untuk terakhir kalinya, aku mencintaimu. Benar-benar menjadi yang terakhir kali sebab aku akan berhenti. Aku menyerah atas segalanya. Atas dirimu dan perasaanku. Bahkan sampai akhir aku masih berharap kau selalu mendapat kebahagiaan. Kumohon jangan bersedih setelah kepergianku. Hiduplah dengan baik, Tae. Saat kau menemukan seseorang yang kau cintai, aku harap kau tidak menyakitinya seperti kau menyakitiku. Dan semoga dia akan lebih mencintaimu daripada yang aku lakukan.
Aku pergi.
Selamat tinggal.
Tubuh Taehyung berhasil terhuyung ke ranjang. Tangannya meremas kuat lembaran putih dengan tulisan tangan Da In bersemayam disana. Jantungnya seperti di hujam puluhan duri. Sakit sekali.
Jimin dan Yoonhee mulai khawatir. Lalu Jimin bergerak menarik menutupi tubuh Yoonhee dari Taehyung yang menjadi histeris. Berteriak. Meronta. Melempar kertas digenggaman. Mengacaukan sprei ranjang dan melempar ke sembarang arah. Kemudian berhenti dengan lutut bersimpuh pada lantai. Menutup wajah dengan kedua tangan dan merapalkan sesal dalam hati. Dia terlampau menyakiti Da In hingga membuat gadis itu putus asa. Terlalu lama bertahan pada neraka yang dia ciptakan.
Yoonhee perlahan mendekati Taehyung. Menarik tubuh Taehyung dalam pelukan untuk menenangkan. Ikut terisak bersama. Begitu pula Jimin yang ikut mendekat dan mengusap pundak sahabatnya.
"Ji, aku akan pergi ke Seoul."
--
Don't forget to vote💜
I have a news, go check out my wall, guys!💫
![](https://img.wattpad.com/cover/227082612-288-k821934.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scar
Fiksi PenggemarMature Contents🔞 If loving you is a mistake, then I don't want to be right. ✨Written in Bahasa Indonesia ✨Casadelcisne, 2020