Semua akan baik-baik saja. Kalimat itu terus Da In rapalkan dalam benaknya. Dari sebuah 'mantra' yang perlahan menjadi sugesti. Setidaknya, dia sudah berusaha untuk bersikap baik-baik saja—dihadapan orang lain.
Sehari berada di wastu keluarga Kim, tidak banyak perubahan. Hanya saja dia merasa tidak sendirian lagi. Tadinya. Sekarang, berada dikamar sendiri, pikirannya kembali kalut.
Da In berjalan menuruni anak tangga seperti mengendap-endap. Dia tidak ingin membangunkan Tuan dan Nyonya Kim, meski ia yakin kamar mereka pasti kedap suara dan tidak mudah untuk suara dari luar masuk kedalam. Dari ujung tangga, Da In dapat melihat dapur di sebelah kanan yang begitu luasnya.
Kediaman keluarga Kim begitu besar. Bahkan ada dua jalan untuk menuju kamarnya di lantai dua, tangga utama di ruang tengah dan tangga lain yang berada di dekat dapur. Memudahkan sekali jika Da In dehidrasi tengah malam, karena selalu seperti itu setelah dia banyak berpikir dan menangis.
Da In membuka mesin pendingin. Tangannya terulur meraih botol minuman dan segera membukanya. Da In menenggak minumannya sambil bergerak memutar tubuh. Menyadari presensi seseorang tengah berdiri dibelakangnya, Da In terkejut hingga tersedak air minumnya sendiri.
"K-kau mengejutkanku." Ucap Da In setelah nafasnya kembali normal.
Pria yang terlihat seumurannya itu hanya terdiam memperhatikannya. Tepat seperti yang dia pikirkan. Anak Tuan Kim memiliki paras luar biasa. Mata indah, hidung tinggi dan rahang tegas membuat proporsi kesempurnaan pada wajahnya. Belum lagi kaos hitam polos yang menyembunyikan tubuh atletis didalamnya, mencetak dada bidang yang menonjol. Da In seperti lupa menghela nafas disuguhkan pemandangan manusia setengah dewa di malam hari. Siapa tadi namanya?
Oh, Taehyung.
"Kau Kim Taehyung, kan? Aku Da In." Sapanya ramah mengulurkan tangan. "Kita tidak bertemu saat makan malam. Dan aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini." Da In masih berusaha basa-basi.
Taehyung terdiam ditempat. Dia mengamati Da In dari atas kebawah. Melihat reaksi Taehyung, Da In menarik kembali tangannya karena tak kunjung mendapat balasan. Dia tersenyum canggung.
"Kalau begitu aku kembali ke kamar dulu." Sedetik kemudian, gadis itu melenggang kembali kekamarnya.
Da In menghela nafas panjang setelah kembali ke kamar. Jantungnya masih berdegup akibat terkejut tadi atau mungkin karena melihat Taehyung, entahlah. Selain itu, sikap dingin Taehyung membuatnya berasumsi bahwa Taehyung tidak menyukainya—kehadirannya. Berharap saja asumsinya salah. Masih berdiri ditempatnya semula, seseorang membuka pintu kamarnya dan masuk tanpa permisi. Da In kembali terkejut.
"Apa yang kau lakukan?" Pekik Da In ketika Taehyung dengan lancang berjalan mendekatinya hingga membuat tubuhnya berjalan mundur antisipasi.
Satu hal yang mengusik Da In pada kesan pertama melihat seorang Kim Taehyung; sorot mata tajam dan berbahaya. Dari sana Da In menyimpulkan harus waspada saat berdekatan dengannya. Juga aura dingin yang mengitari tubuh tinggi semampai itu. Mampu membuat Da In bergidik ngeri.
"Aku tidak suka orang yang berisik sepertimu. Jadi, jangan banyak membuat kebisingan dirumah ini." Da In mengernyitkan dahi, tidak mengerti. "Dan kau harus berpura-pura tidak mengenalku disekolah. Jangan sampai ada yang tahu kau tinggal bersamaku."
Peringatan. Hal pertama yang keluar dari mulut Taehyung saat bertemu dengannya adalah sebuah peringatan. Jangan sampai harapannya untuk bisa hidup tenang bersama keluarga Kim harus sirna karena sifat Taehyung yang ternyata bertolak belakang dengan orang tuanya.
"Jangan mengusikku, jika kau tidak ingin menerima akibatnya."
Da In menelan ludah. Dia bukan gadis penakut yang bisa dijadikan bulan-bulanan orang lain. Dia juga tidak tinggal diam jika ada seseorang yang menjadi ancaman untuknya. Tapi, Taehyung berbeda. Di balik paras kelewat tampan, ada sebuah kilatan dimatanya yang membuat Da In gentar.
"Baiklah."Sergah Da In. "Aku tidak akan melakukan semua laranganmu. Asal kau juga tidak sembarangan masuk ke kamarku." Ucapnya memberanikan diri memberi balasan.
Taehyung menjauhkan tubuhnya, membuat Da In bernafas lega. Sebenarnya Da In tidak mengerti alasan Taehyung melarangnya untuk tidak mengatakan mereka tinggal bersama. Toh, Da In juga memang tidak memiliki niat sama sekali memamerkan pada orang lain tentang kehidupan pribadinya. Sekarang yang ada dipikirannya adalah Kim Taehyung yang akan membuat hidupnya sedikit kesulitan. Mungkin dengan menjaga jarak dari Taehyung akan sedikit membantu.
Sementara Taehyung, dipikirannya adalah tubuh Song Da In yang sempat membuat perhatiannya terdistraksi. Bagaimana tidak? Balutan kaos tipis yang menjiplak branya dan celana pendek yang menampakkan lekuk bokong penuh. Belum lagi payudara sintalnya yang membuat mata Taehyung berusaha keras untuk mengalihkan pandangan setiap kali berbicara dengannya.
Salahkan Da In yang lupa kalau di rumah itu bukan hanya ada Tuan dan Nyonya Kim. Dan kebiasaan dirumah lamanya dia selalu tidur dengan pakaian seperti ini. Siapa juga yang menyangka akan bertemu dengan Taehyung pukul satu malam begini.
Tapi, seseorang tolong ingatkan Da In untuk merubah kebiasaannya.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scar
FanfictionMature Contents🔞 If loving you is a mistake, then I don't want to be right. ✨Written in Bahasa Indonesia ✨Casadelcisne, 2020