25

1.4K 275 7
                                    

jangan lupa vote dan komen

...

kabar pergantian ketua osis sudah menyebar satu sekolah. sekarang, hal itu jadi sangat panas dibicarakan pas istirahat.

bahkan, foto-foto lino juga sudah menyebar di buletin. membuat satu sekolah tidak percaya karena lino termasuk ketua osis paling kompeten.

lia yang dari tadi gak megang hp cuma diem liatin temen-temennya yang ribut sendiri. dia males nanya karena dia emang lagi gak mood.

tiba-tiba, satu kelas jadi hening. lia menoleh ke pintu, tempat satu kelas memandang.

ada lino yang berdiri disana. orang yang sedang hangat dibicarakan.

lia menatap lino dengan pandangan bingung. pandangan pacarnya itu gak secerah biasanya. apa terjadi sesuatu?

lia auto berdiri pas lino ngedatengin dia. pandangan lino bergetar ketika melihat dia.

"kakㅡ"

grep

lia terdiam ketika lino memeluknya secara tiba-tiba. satu kelas bergumam tidak percaya dengan apa yang di liat.

"ada... apa?"

"bentar aja ya, li. aku mau meluk kamu"

lia diam. perasaannya sedikit tidak tenang.

"li, kita udahan ya?"

deg

lia membulat. terkejut karena ucapan lino yang tiba-tiba.

"kakak bercanda?"

lino menggeleng.

"aku serius"

"tiba-tiba?"

"harusnya aku yang nanya gitu, lia. tiba-tiba. aku dateng ke kantor kepala sekolah dan tau semuanya. semuanya juga tiba-tiba buat aku"

"aku gak ngerti kakak bilang apa!"

lia menatap lino dengan mata yang bergetar. air matanya keluar dengan sendiri.

"kak, aku gamau putus..."

"gabisa, lia. maaf"

lia terdiam. dia memandang punggung lino yang berjalan menjauhinya. lia otomatis bergerak untuk mengejar.

"kak lino tunggu!"

lia menarik tangan lino. menghentikan langkah si pemuda.

"jelasin ke aku. kenapa? apa yang terjadi? aku salah sama kakak? aku gamau putus..."

"kamu bisa liat di hp kamu, li"

"aku gak pegang hp! hp ku rusak kemarin!"

lia sudah kehilangan kesabarannya. tanpa sadar dia berteriak hingga menarik perhatian murid lain.

mereka memperhatikan dua nama yang sekarang sedang hangat di perbincangkan itu.

lino dan lia.

"jangan nangis..."

lino senyum sambil mengusap air mata lia yang sedari tadi mengalir deras.

"gimana aku gak nangis? aku gamau putus..." lirih lia.

lino sendiri menghela napas.

"tunggu ya. tunggu bentaaar aja. oke?"

"tunggu apa?"

"pokoknya tunggu aja"

lino senyum kemudian berjalan meninggalkan lia yang semakin terisak.

"lia!"

lia menoleh. dia menatap jisung yang sedang berlari menujunya.

"jisung..."

jisung meraihnya. memeluk lia erat. membuat tangis lia semakin deras.

"jisung kak lino mutusin gue"

"sshh, tenang lia. tenang"

jisung masih berusaha menenangkan lia. dia tau jelas sahabatnya itu jarang nangis, tapi sekali nangis bakal susah di tenangin.

jisung membawa lia agar kembali ke kelas. berada di koridor hanya membuat mereka dibicarakan orang.

...

🖇KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang