Mentari setengah mengambang di balik jendela.
Garis awan mulai terbentuk halus
Suara belalang digantikan kicauan kutilang.
Menguap sudah, seharusnya.
Segala lelah semalam sirna sudah seharusnya.
Namun tidak, pagi ini aku masih terjaga.
Segala lelah semalam menjadi sisa.
Menumpuk di sudut-sudut jiwa yang tak pernah siap akan realita.
Aku tak pernah terbayang sebelumnya
Bagaimana saat mengigau, yang aku racaukan hanya 4 kata "aku ingin mati saja".
Tak pernah terbayang juga sebelumnya, tidak tertidur semalaman berujung kalima "aku ingin mati saja"
Hidup serasa menjadi begitu murah.
Di sebuah dunia tanpa makna, penuh tanya, terbentur realita. Tak tersisa hasrat maupun uforia.
Seakan siap tiada kapan saja.
Di dunia yang bisu dan tanpa kata
Derita tersimpan di sela derita yang lain nya.
Siklus, terus menerus, tak terputus.
Emosi yang tenggelam
Suara yang temaram
Kisah yang terpendam
Tak terucapkan.
Semalam, aku membicarakanmu dengan diriku.
Tak terucapkan
Bagaimana ternyata segalanya tak berubah.
Jika suatu saat kau menjadi abadi, kaulah yang seindah dan sepantas itu tuk diabadikan.
Jika suatu saat kau menjadi abadi, aku sendiri yang membuatmu abadi.
Dari permainan atau film-film yang kubagi denganmu
Dari lagu-lagu yang kudengarkan.
Dari tulisan-tulisan yang kugoreskan.
Ya, kau abadi disana.
Jika suatu saat aku menjadi aku yang lain, percayalah kau adalah aku yang lain pula.
Kau tidak akan hilang.
Saat aku kalah dan musnah, kau pasti singgah di pikir dan hatiku saat aku mengakhiri semuanya.
Atau saat aku menang dan bersahaja, percayalah, di balik itu semua ada sepi yang hanya olehmu dapat terisi.
Dan aku memikirkan semuanya sambil menangis di siang hari.
-Rimada
KAMU SEDANG MEMBACA
Keresahan di Puncak Malam (SELESAI)
Poesie#4 in poetrycollection [17 - 03 - 2019] #18 in berpuisi [17- 03 - 2019] Jarum panjang serta jarum pendek jam dindingmu sejajar serasi diarah jam 12.. Langit malam yang pekat diikuti lampu lampu kamarmu yang mulai gelap.. Semilir angin dari jendela...
