Halo, apakabar?
Akhir-akhir ini udara sedikit lebih dingin dari biasanya.
Cuaca juga sedikit seram rasanya.
Aku jadi sedikit gamang.Musim nampak membosankan dengan berbagai kebiasaan.
Aku rasa kamu yang paling mengerti betapa aku tak suka kehidupan yang selalu menjadi seperti roda, bukan karna suatu saat aku akan ada dibawah, namun karena roda itu bulat dan tak berujung, satu-satunya perhentian dari sebuah lingkaran hanya saat garis yang menyambungnya terputuskan.
Dengan demikian, aku tak heran bagaimana banyak orang berfilosofi bahwa kematian adalah kesempurnaan.
Rasanya ingin seperti demikian, namun entahlah. Rasanya aku amat ketakutan dengan siksaan. Maksudku, aku ini makhluk yang kotor bukan?Hari ini, ketiadaan kembali tak terelakan.
Tanpa menemukan arti hidup
Aku telah selesai saja menjalani hari.
Sebegitu singkat dan tak berarti.
Bagai debu yang menguap tersapu hujan deras, lalu dihujam kembali oleh panas.
Semua membawaku kepada ingat akanmu.
Ya, aku pernah memiliki kebiasaan.
Kebiasaan itu kamu.
Ya, kamulah kebiasaanku.
Itu benar, karna tanpamu aku dapat merasa betul perihal kebiasan hariku.
Masih asing sekali bagiku menjalani hari yang panjang, lalu dipenghujung hari aku diam, dan menyudahi hari begitu saja, hanya berteman lelah, dan pikiran resah lain nya.Hei,kau tau?
Berbincang denganmu, bertukar hati, kepala, rasa, dan banyak hal setiap harinya, adalah kebiasaan yang amat sulit sekali kuhilangkan.
Aneh rasanya, saat kita didekatkan via suara dan layar ponsel saja. Sebegitu mampu membuatmu sebegini membekasnya.
Di layar ponselku, di fitur obrolan, di beberapa game ringan, aku mendengar suaramu loh.
Apalagi saat kau sering sekali memanggil namaku disetiap kesempatanmu.
Aku tak pernah sesenang itu hanya karna namaku dipanggil seseorang.
Kesal rasanya,bagaimana di hari sebelumnya kamu banyak memanggil namaku, diantara sedihmu, senangmu, semangatmu, patahmu, bahkan terkadang merengek akan ketidakjelasan-ketidakjelasan yang terjadi di setiap harimu, hei. Aku tak pernah sama sekali membenci itu loh.
Malah senang rasanya, gemas saja saat memikirkan orang yang lebih tua dariku merengek manja seraya memanggil namaku seperti itu.Dengan demikian saat aku mengingat namaku dan segala tentangku pasti menyinggung namamu.
Ya, saat mengingat namaku, tak pernah ada hal yang lebih indah saat namaku sering dipanggil olehmu.
Pada awalnya, ku kira kamu adalah kebiasaan.
Namun aku salah, kamu lebih dari kebiaasaan.
Kamu adalah kebutuhan.
Ya, aku membutuhkanmu lebih dari yang pernah aku bayangkan-Rimada
KAMU SEDANG MEMBACA
Keresahan di Puncak Malam (SELESAI)
Poetry#4 in poetrycollection [17 - 03 - 2019] #18 in berpuisi [17- 03 - 2019] Jarum panjang serta jarum pendek jam dindingmu sejajar serasi diarah jam 12.. Langit malam yang pekat diikuti lampu lampu kamarmu yang mulai gelap.. Semilir angin dari jendela...