dunia tanpa aku di dalamnya

25 1 0
                                    

Awan cerah dan gelap berpadu
Mereka bagai salju terinjak sepatu
Aku meraih langit dengan sebelah tanganku.
Senyap dan dingin
Gelombang air menampar halus terlentang tubuhku.
Kepalaku berdengung, aku tak dapat mendengar apa-apa.
Hanya nafas lirih ku sendiri yang menggema.

Aku mencoba menikmatinya.
Namun aku tidak pernah puas.
Seberapa jauh aku bisa pergi?
Seberapa lama lagi aku berdiri?
Esok kan sama.
Bagaimana dunia yang berubah dan tak memberikan kesan apa-apa
Mengapa orang berbahagia?
Menyedihkan sekali melihatnya
Tidak pernah semenyesal ini aku diberi nyawa.
Esok akan sama.
Bagaimana dunia akan berubah dengan cara yang sama.
Cepat, membosankan, dan tak berperasaan.
Aku tidak keberatan untuk tidak melihat sisi demikian dari dunia.
Tidak pernah setakut ini aku untuk tumbuh hari demi harinya.

Sampai sini saja,
Rasanya menenangkan jika mengakhiri semua sambil mengenang hari dimana aku ingin berakhir disana.
Hari dimana aku buta akan dunia namun menghadapinya, adi kecil yang berbahagia.

Atau hari dimana aku mengetahui dunia dan menghadapinya, seorang remaja yang banyak teman nya. Berangkulan, berbagi kesan, dan senang bersama.

Atau hari dimana aku mulai sedikit dewasa dan menjalani semuanya, seorang yang memulai hidup walau tak tau untuk apa, berdua saja disana. Ya berdua dengan nya, gadis yang senyumnya manis seperti manju, gadis yang bersamaku mulai berbicara perihal hidup, kehidupan dan harapan.
Hei, suaramu itu seperti permen kapas ya.
Aku ingin kembali mengusap noda di samping bibirmu saat kamu menggigit sepotong pizza.
Aku ingin melihatmu, semua potret ini rasanya tak cukup.
Namun tetap, semuanya teman yang menyenangkan di kala hidupku ditelan ketiadaan.
Dan juga, aku masih menyimpan nomor ponselmu.
Sebelum aku dan semuanya tiada, setidaknya aku masih bisa mendengar suaramu.

Sampai saat ini aku selalu mendambanya
Dunia dimana tidak ada aku di dalamnya.
Itu sebuah paradoks yang nyata bukan?
Ya, aku tidak akan bisa merasakan dunia yang ku damba.
Namun kau bisa.
Nanti, saat aku tiada.
Kurasa aku akan senang jika kau menyuratiku, bercerita panjang tentang bagaimana dunia tanpa aku di dalamnya.
Disana aku melihatnya, dengan mata yang tak lagi mata.
Tersenyum aku disana, tersungking aku dengan bibir yang tak lagi bibir.
Lalu aku mendekapmu
Dengan tubuh yang tak lagi tubuh.
Dengan tangan yang tak lagi menapak
Perlahan membelai rambutmu, hanya saja dengan jemari yang tak lagi jemari.
Namun aku tetap merasakanmu, dengan hati yang masih hatiku dan jiwa yang masih jiwaku.

-Rimada

Keresahan di Puncak Malam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang