Dingin
Rasanya udara seperti sebuah cairan pekat malam ini.
Menusuk kesela tulang belulangmu
Menggetarkanmu,melemahkanmu.
Aku terjaga
Melepas pakaianku, membuka jendela
Membiarkan tubuhku diterpa angin.
Aku menengadah, entah.
Entah mengapa aku mengirim keinginanku pada langit.Perlahan kepalaku yang sedari kapan hari kacau serasa membeku.
Seperti meminum satu gelas minuman penuh es.
Kepalaku berhenti sejenak.
Ngilu sekali,
Aku hanya menggertakan gigiku
Mengerinyitkan dahi.
Hanya itu cara agar tak menangis.Kepalaku berhenti sejenak.
Aku tak keberatan.
Sedari tadi ku sedang memandangi langit.
Bulan nampak seperti bola salju musim dingin.
Cahayanya tampak meleleh terkena hujan.Dibalik bulan, hujan.
Dibalik bulan, kenangan.
Ya, di balik bulan yang tertutup hujan
Aku melihatmu.
Bahkan saat kepalaku sedang berhenti sejenak, aku memikirkanmu.-Rimada
KAMU SEDANG MEMBACA
Keresahan di Puncak Malam (SELESAI)
Poetry#4 in poetrycollection [17 - 03 - 2019] #18 in berpuisi [17- 03 - 2019] Jarum panjang serta jarum pendek jam dindingmu sejajar serasi diarah jam 12.. Langit malam yang pekat diikuti lampu lampu kamarmu yang mulai gelap.. Semilir angin dari jendela...