Langit hitam bergemakan do'a do'a
Kepalaku terjatuh di lantai tanpa sajadahnya.
Sebuah pertanda aku tidak sedang menyembah apa-apa
Kepalaku serasa panas
Ini hanya upaya untuk mendinginkan nya.
Hatiku sangat sakit
Aku hanya sedang sedikit menyamarkan rasa sakit nya dengan sedikit membenturkan bagian tubuhku yang lain nya.Lantai yang serasa licin tersiram air mata.
Berbau seperti debu yang diguyuri hujan.
Tak apa, seperti ini saja.
Dengan takdir yang seperti ini tak ada hal yang terhitung nyaman.
Ya, bagaimana mungkin aku mendapat kenyamanan saat mataku terpejam yang terbayang hanya penderitaan.
Penderitaan yang berakhir tangisan
Tangisan yang berakhir keputus asaan.Aku hanya ingin lebih lelah dari ini
Hari yang berat sekali, hidup yang serupa elegi.
Rasanya tak cukup membuatku lelah.
Tak cukup membuatku lelah untuk tidak menangisi kita di penghujung takdirnya.
Sebelas hingga tiga pagi ku masih menangisinya.
Aku lelah, cukup lelah tuk terlelap.
Hanya saja segala tangis dan lelah ini tak cukup tenang tuk terpejam.Ya, bagaimana aku bisa tenang saat genggamanmu di jemariku sedang licin-licin nya.
Bagaimana aku bisa tenang saat dihadapkan dengan semuanya?
Langit kini mulai menguning
Pagi dan suasananya mengembang.
Sebuah pagi yang hilang
Dan sebuah sesak akan hubungan yang berada dalam sebuah ambang.-Rimada
KAMU SEDANG MEMBACA
Keresahan di Puncak Malam (SELESAI)
Poesía#4 in poetrycollection [17 - 03 - 2019] #18 in berpuisi [17- 03 - 2019] Jarum panjang serta jarum pendek jam dindingmu sejajar serasi diarah jam 12.. Langit malam yang pekat diikuti lampu lampu kamarmu yang mulai gelap.. Semilir angin dari jendela...