Dandelion tumbuh di hari ulang tahun nya.
Diantara air-air yang menguap, dia terlihat seperti menangis.
Ia yang kemudian terbaring menatap mendung putih.
Merebah tubuh diujung letihTerguyur air mata langit, tersiram sebuah curah.
Dengan pelatuk yang sudah ditarik di tangan kanan nya.
Segala resahnya hilang sudah.
Setidaknya begitu pikir awalnya.Namun siapa sangka, ia tetap berkucur air mata.
Tak ada yang baik dari akhir semuanya.
Gemuruh angin yang berputar di daun telinganya
Tanah basah yang kemudian ditambah bau amis darah."Aku akan pergi memastikan keberadaan tuhan"
Dan saat luka perih yang kemudian berubah menjadi hawa dingin disekujur tubuhnya
hanya satu sesal hal yang menemaninya.
"mengapa aku tidak berpikir tidak ada jalan lain nya"Ia yang pergi dengan senyum berakhir tertegun
Sungking bibirnya kini menurun
Ia tak bertemu tuhan nya
Tapi ia bertemu janji nya.Dimana katanya ada masa kamu merasa sakit seakan tulang rusukmu dicabut keluar lewat mulutmu
Dimana katanya ada masa yang tersisa hanya kamu dan ketakutanmu
Maka katanya itu tak berlaku bagi orang-orang yang beruntung di hidupnya
Dan hal yang pertama ia sadari adalah bahwa ia bukan termasuk golongan yang beruntung semasa hidupnya.Kesepian diakhiri kesepian
Kesakitan yang berujung kesakitan
"Aku hanya ingin bebas"
Tak sadar pada saat ia mendapatinya
Kebebasan sendiri yang menjadikan ia budaknya.
Ia sendiri yang diperbudak oleh kebebasan nya.-Rimada
KAMU SEDANG MEMBACA
Keresahan di Puncak Malam (SELESAI)
Poetry#4 in poetrycollection [17 - 03 - 2019] #18 in berpuisi [17- 03 - 2019] Jarum panjang serta jarum pendek jam dindingmu sejajar serasi diarah jam 12.. Langit malam yang pekat diikuti lampu lampu kamarmu yang mulai gelap.. Semilir angin dari jendela...