3. Hari Terbaik

77 20 6
                                    

"Beraninya main fisik ya lo," tangan itu menahan tangan Sandra yang siap menampar Shana.

"Ini bukan urusan lo jadi lepas," tapi cengkramannya menguat membuatnya mengaduh.

"Tangan cantik gini sayang kalo gue patahin. Lo mau tangan lo gue patahin," smirk yang ditunjukan membuat Sandra meremang.

"Gampang kok matahin tangan kaya gini."

"Mau lo apa sih? Kenapa lo ikut campur."

"Dia anak kelas juga, gue berhak dong, nyelametin dia dari nenek lampir kaya lo," matanya tajam menusuk seakan ingin menguliti tangan itu.

"Jangan jadi pahlawan kesiang. Ahh" tangannya di pelintir ke belakang Sandra tak bisa bergerak lagi.

"Sekarang lo, jangan pernah ganggu dia lagi kalo lo, gak mau tangan lo ini gue patahin."

"Gue gak bisa, dendam gue belum terbalas gue gak..." tangannya semakin sakit ketika cengkraman itu menguat.

"Lo lebih milih tangan lo jadi empat ya."

"Oke! gue gak akan ganggu dia lagi tapi lepasin tangan gue," tangan Sandra segera dilepaskan.

"Gue pegang janji lo, awas kalo lo ingkar. Siap-siap tangan lo, ada empat."

"Dan ini juga berlaku untuk lo, sekarang lo semua pergi," tunjuknya pada Bella. Mereka bergegas pergi meninggalkan taman itu. Shana segera berdiri ketika Sandra dan teman-temannya pergi.

"Makasih ya, mau tolong aku," Shana sangat bersyukur karena ditolong oleh orang yang tak pernah ia sangka.

"Aku berhutang budi sama kamu. Kalo kamu butuh sesuatu kamu bisa minta bantuan aku. Sekali lagi terima ka..."

"Mending lo urus diri lo sendiri gak usah sok, bantuin orang lain" tanpa memandang Shana dia pergi begitu saja. Shana diam memandang punggung itu menghilang dari pandangannya.

"Aku akan membalas kebaikanmu Naya," gumam nya sembari tersenyum setelah Naya benar-benar tak terlihat di hadapannya. Senyum pertama selama di sekolah ini.

***

Sore ini langit berwarna abu-abu sepertinya sebentar lagi hujan akan turun. Para pengendara motor menepi di pinggir jalan memakai jas hujan mereka agar terlindungi dari hujan yang sebentar lagi akan turun. Tapi Shana tampak senang di hari yang mendung ini. Senandung kecil terdengar dari bibir mungilnya.

"Heh lo, ini udah mau hujan lo, malah santai nyanyi-nyanyi ga jelas" tepukan dibahunya membuatnya berhenti bernyanyi.

"Eh, udah mau hujan ya," Didongakan kepalanya keatas melihat awan sudah mulai menghitam.

"Nyanyi terus sih, sampe lo gak nyadar mau hujan," Shana dibuat salah tingkah, ketika Meru mengelus pucuk kepala Shana dan tersenyum kepadanya.

"Ayo cepet udah mau hujan," segera mereka bergegas pergi sebelum hujan datang.

Baru saja lima menit mereka berlari hujan mulai turun. Mereka bergegas mencari tempat berteduh

"Hujannya gede banget untung masih bisa berteduh," mereka kini tengah berada di warung dekat stasiun.

"Oh iya gue Meru, Alamsyah Mahameru" tangannya terulur kepada Shana.

"Iya tau kamu ketua kelas masa aku gak tau, Salam kenal aku Shanaya Putri Lesmana" Shana terkekeh geli sembari menjabat tangan Meru.

"Kalo belum jabat tangan belum afdol kenalannya" Meru tertawa menampilkan deretan giginya yang rapih dan bersih. Ketampanannya naik berkali-kali lipat jika tertawa.

"Oh iya, rumah lo, dimana? Kok, bisa kita ketemu disini. Padahal sering lewat sini tapi baru kali ini ketemu lo."

"Rumah aku di dekat stasiun ini, di komplek belakang stasiun ini," jelasnya sembari menunjuk arah rumahnya

"Wah, kita satu komplek dong, rumah gue juga disitu," tampak terkejut karena dia tidak pernah bertemu Shana padahal rumah mereka dekat.

"Besok berangkat bareng gue, aja."

Shana tampak terkejut dengan ajakan Meru. Pasalnya mereka baru saja kenalan dan langsung diajak berangkat sekolah dengan Meru idola semua murid di sekolah. Wah, mimpi apa Shana semalam.

"Emang sih jalan kaki gak naik motor atau mobil, tapi seenggaknya gak sendiri. Ayolah, baru kali ini gue punya temen sekolah yang rumahnya deket," bujuknya pada Shana.

"Oke deh kalo gitu kita ketemuan di gerbang komplek," Shana merasa hari ini hari terindahnya. Sandra dan teman-temannya tak akan menggangunya lagi dan sekarang ia pun mendapat teman baru.

***

"Shana ayo cepat turun, Ayah sudah pulang. Ayo, kita makan malam dulu," teriak bundanya dari dapur. Shana bergegas turun.

"Hai Ayah, hai Bunda," senyum manis tak luntur dari bibir Shana.

Sungguh hari ini hari keberuntungannya. Selain masalah di sekolah selesai hari ini ayahnya bisa makan malam bersama. Ayahnya selalu pulang larut bahkan kadang tak pulang karena pekerjaan yang menumpuk. Shana memahami itu, Ayahnya bekerja keras untuk Shana dan Bundanya juga sehingga Shana harus membalas jasa kedua orang tuanya.

"Anak Ayah senyum terus dari tadi kenapa?"

Ayahnya ini sangat lembut dalam bertutur kata, tapi jika marah maka sangat menyeramkan. Ayahnya tidak akan memukul tapi kata-kata yang keluar sungguh pedas sepedas cabai rawit.

"Hari ini Shana senang karena kita bisa makan malam bersama, udah lama kan kita tidak makan malam bersama?"

"Maaf ya, Ayah jarang kumpul dengan kalian. Tapi Ayah janji,.akhir tahun nanti kita akan liburan bersama," Lesmana memang sosok yang lembut dan baik tak heran dia selalu mendapat banyak proyek di kantor. Sehingga membuatnya sangat sibuk.

"Ayah serius?" matanya berbinar mendengar kabar baik itu. Sudah lama mereka tidak berlibur. Terkahir mereka berlibur saat awal tahun lalu tapi hanya sebentar karena pekerjaan Lesmana yang tak bisa di tinggalkan.

"Iya Shana, kita akan berlibur, kamu bisa menentukan tempat yang ingin kamu kunjungi," gemas dengan tingkah putrinya Lesmana mengacak rambut putrinya.

"Besok Sam akan pulang," kali ini kabar baik datang dari ibunya.

Sam kakaknya yang berkuliah di luar kota akan pulang. Shana sangat dekat dengan kakaknya itu ia selalu mengikuti kakaknya kemana pun kakaknya pergi, hingga membuat kakaknya jengkel. Tapi kakaknya tak pernah menolak.

"Beneran, Bun? Asik kakak pulang! Tapi kok ngga kasih tau aku ya, udah lupa sama adiknya. Awas aja"

Kakaknya itu tak pernah memberi kabar kepadanya katanya agar Shana rindu berat ketika kakaknya tak ada. Memang kakak durhaka.

Hari ini hari terbaik Shana, tak pernah ia bayangkan hari ini akan datang. Shana bersyukur dengan hari ini, semoga seterusnya selalu seperti ini.

***

Jangan lupa vote
Tulis juga kritik dan saran kalian tentang cerita ini
Terima kasih

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang