19. Perihal Kacang

17 4 1
                                    

Setelah melihat-lihat isi kamar Shana. Kini mereka berada di ruang tamu menunggu pesanan makanan mereka. Sembari menunggu mereka menonton siaran televisi.

"Kue-kue ini enak banget deh, aku suka. Kapan-kapan aku boleh kan mampir ke rumah kamu?" ujar Shana sembari memakan kue-kue itu.

"Iya, lo boleh kapan pun datang kerumah gue."

"Asik, aku bisa makan kue gratis dong?"

"Enak aja, beli lah rugi bandar gue," ujar Naya bercanda.

"Pelit banget, sih."

"Emang, Naya itu orang terpelit di dunia." Meru kini mengejek Naya.

"Pelit pangkal kaya," jawab Naya mengangkat kedua bahunya. Mereka seketika tertawa bersama.

Obrolan kecil seperti ini saja, membuat mereka bahagia. Bebas, akan peliknya kehidupan yang mereka jalani. Naya bersyukur dirinya bisa bertemu dengan orang-orang di depannya kini. Mungkin inilah jawaban Tuhan atas semua do'a nya selama ini.

"Oh iya, tadi pagi Bibi buat kue ini. Kalian bisa coba juga." Naya meletakan kue berwarna cokelat itu.

"Kayanya enak nih" seru Meru.

Naya dan Meru mengambil kue itu dan memakannya. Seketika ekspresi mereka berdua berubah.

"Rasanya gak enak, ya?" Shana bertanya karena melihat ekspresi keduanya.

Naya segera mengambil tisu dan memuntahkan kue yang berada di mulutnya. Ia segera meminum air untuk menghilangkan sisa kue di mulutnya.

Kini tumbuh Naya mulai merasakan gatal di lengan dan kakinya. Nafasnya juga mulai sesak. Meri yang menyadari itu segera bangkit.

"Shana panggil taksi sekarang, kita harus bawa Naya kerumah sakit!" seru Meru.

"Kenapa Naya harus ke rumah sakit?" Shana juga mulai panik.

"Cepat! Nanti gue jelasin."

Segera Shana memanggil taksi. Mereka memapah Naya masuk ke dalam taksi.

Nafas Naya mulai terasa sesak. Dia menghirup udara sebisa mungkin. Matanya mulai berair, kulitnya muncul kemerahan dan ruam.

Shana panik melihat Naya yang seperti ini. Apa yang terjadi? Apa ini salahnya?

"Pak, bisa cepat sedikit! Teman saya sakit!" Shana berseru kepada supir taksi agar segera membawa mereka menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Naya segera ditangani oleh dokter dan perawat. Keduanya tak diizinkan masuk. Meru mengacak rambutnya kasar sedangkan Shana berdiri menggigiti kukunya yang cantik. Mereka berdua sangat cemas.

"Naya kenapa?" Shana bertanya.

"Naya alergi kacang. Kue tadi mengandung kacang di dalamnya. Makannya alerginya kambuh," jelas Meru.

Shana sangat terkejut mendengar ini. Ia tak tahu jika Naya mempunyai alergi.

"Aku, aku minta maaf karena aku Naya jadi gini." Shana tak bisa menahan tangisnya. Ia merasa bersalah.

"Udah gak pa-pa kok, sekarang Naya udah ditangani dokter. Lagian lo juga gak tahukan," ucap Meru menenangkan.

Shana mengusap air matanya. "Semoga, Naya cepat sembuh," doanya tulus dalam hati.

Dokter keluar dari ruangan itu. Mereka segera berdiri serempak.

"Gimana Dok, keadaan teman saya?" Shana cemas menanti jawaban dokter itu.

"Untung saja kacang yang masuk ke dalam tubuh tidak banyak. Sehingga alergi yang timbul tidak begitu parah, tapi jika terlambat mungkin saja akan berakibat fatal," jelas dokter itu.

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang