11. Harga Diri Meru

30 5 0
                                    

Shana sekarang sedang munuju ke kelasnya. Pagi ini Shana sudah berada di sekolah. Sekolah tampak masih sepi, belum banyak siswa yang datang. Shana memang sengaja datang sepagi ini untuk menghindari seseorang.

Sudah tiga hari ini Shana berangkat dan pulang sekolah sendiri. Semenjak kejadian itu mereka tak pernah bertegur sapa.

Suatu hari mereka tak sengaja berpapasan. Tapi mereka tak ada yang menyapa. Shana segera berbalik arah menghindari Meru. Sedangkan Meru pura-pura tak melihat Shana.

Sebenernya Shana merasa tidak nyaman dengan keadaan mereka sekarang. Bisa di bilang Shana sudah terbiasa bersama dengan Meru. Tapi ia gengsi menyapa duluan, yang salah di sini Meru dia yang membentak Shana hanya karena nasihat yang ia berikan.

Di saat Shana sedang memikirkan pertemananya tiba-tiba dari arah samping ada bola yang melayang menghantam Shana. Seketika ia mengaduh. Bola itu mengenai lengannya, untung tidak begitu keras.

"Sorry, sorry, gak sengaja kamu gak kenapa-kenapa kan?" Seseorang menghampiri Shana sepertinya dia yang menendang bola.

"Gak pa-pa kok, cuma kaget aja."

"Tapi tadi aku keras banget nendangnya. Beneran gak ada yang sakit. Kita harus ke UKS!" ujarnya panik sembari mengecek seluruh tubuh Shana.

"Beneran cuma sakit sedikit nanti juga ilang," tolak Shana dengan halus. "Aku harus pergi." Shana segera pergi.

"Tunggu, nama ka__" belum sempat bertanya Shana telah pergi. "Imut" satu kata yang keluar dari bibirnya dengan seulas senyuman.

***

"Oke sampai sini pertemuan kita. Jangan lupa minggu depan tugas dikumpulkan."

"Terima Kasih, Bu," ucap murid serempak.

Shana menghela nafas karena tugas yang diberikan. Bukan karena tugas yang sulit, tapi tugas ini harus dikerjakan berkelompok dan dia sekelompok dengan Meru orang yang beberapa hari ini dihindari.

Memang tidak hanya berdua dengan Meru. Ada Felix dan Rara yang menjadi anggota kelompok mereka. Tapi tetap saja dia tak begitu akrab dengan keduanya. Apalagi dengan Rara. Hanya Meru yang akrab dengannya. Tapi mereka sedang berperang dingin.

Felix datang menghampiri Shana. Ia akan mengumpulkan anggota kelompoknya untuk berdiskusi.

"Shana nanti pulang sekolah jangan pulang dulu. Kita bakal diskusi tugas yang tadi," ujar Felix menjelaskan.

Shana hanya bisa menghela nafas. Membayangkan bagaimana canggungnya suasana yang akan terjadi.

Shana menelungkupkan kepalanya di atas kedua lengannya. Dia sedang berpikir apa yang harus ia lakukan jika bertemu dengan Meru. Haruskah dia menyapa duluan? tidak, Meru yang seharusnya meminta maaf duluan.

***

Bel pelajaran terkahir berbunyi artinya semua siswa SMA Garuda diperbolehkan untuk pulang. Tapi Meru masih harus menetap di kelas karena akan mendiskusikan tugas.

Sebenarnya Meru merasa malu jika harus bertemu dengan Shana. Kejadian tempo hari ketika ia membentak Shana masih terbayang dibenaknya. Ia merasa bersalah namun gengsi untuk meminta maaf. Shana juga salah di sini karena dia memancing emosi Meru. Jika Shana tak membela Sandra, Meru tak akan membentaknya.

Tapi di sisi lain ia merasa Shana ada benarnya. Ia laki-laki, seharusnya ia melindungi perempuan bukan mencelakainya.

Meru mengacak rambutnya frustasi. Seharusnya ia tidak menjadi pengecut seperti ini. Jika berbuat salah ia harus bertanggung jawab atas kesalahannya.

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang