Meru sedang menemani Naya di ruangannya. Naya sedang membaca sebuah buku. Buku tebal yang membuat Meru mual melihatnya. Bagaimana bisa ada orang yang membaca buku itu. Membaca koran saja merupakan rekor untuk Meru si ketua kelas.
"Lo dari tadi baca buku terus. Lebih baik istirahat, besok lo di operasi," ujar Meru jengkel karena diabaikan Naya.
"Bentar lagi, ada yang perlu gue urus," ujar Naya kemudian menempelkan memo-memo berwarna di buku itu.
"Itu apaan, sih?" tanya Meru kepo.
"Pengen tahu aja atau pengen tahu banget?"
"Rese lo, penasaran nih gue." Meru merajuk kepada Naya.
"Nanti juga lo tahu."
"Pelit banget, sih." Naya tersenyum melihat Meru yang merajuk seperti itu.
"Itu bibir apa patung Pancoran, sih? " ejek Naya.
"Cocor bebek," jawab Meru asal.
Bisa-bisanya Naya masih menertawakannya.
"Habisnya bibir lo mancung ke depan kaya gitu, sih. Jadi laki-laki gak usah banyak drama, deh."
"Biarin, hidup-hidup gue. Lagian emang gue kan pemain drama kaya Lee Min Ho," ujar Meru dengan percaya diri.
"Idih, geli gue dengernya. Kenapa sih, gue harus temenan sama alay kaya lo?" ujar Naya dengan pura-pura memuntahkan sesuatu.
"Sembarang muka ganteng kaya gini di bilang alay. Lo aja yang kudet gak tahu Lee Min Ho."
"Walupun gue gak tahu, tapi yang jelas Lee Min Ho itu pasti jauh lebih ganteng kalo dibandingin sama lo," ujar Naya mengejek.
"Kenapa sih, gue harus temenan sama manusia kaya lo?"
"Gini-gini juga lo suka kan?" ujar Naya sembari menaikan alisnya.
"Gue udah gak suka sama batu kaya lo," ujar Meru dengan telinga yang memerah.
"Masa? Hayati tidak percaya."
"Terserah, gue lagi kesambet waktu itu."
"Kayanya jin yang masuk tahu kalo gue ini emang cantik, baik, dan ramah makannya suka sama gue." Sekarang giliran Meru yang berpura-pura muntah.
"Jadi orang pede banget, sih."
"Kan lo yang ngajarin," ujar Naya.
"Kalo yang jelek-jelek bilangnya gue yang ngajarin," Meru kembali merajuk.
"Kaya anak TK aja ngambek," cibir Naya.
Setelah itu suasana menjadi hening. Kini Meru memperhatikan Naya yang sedang berkutat dengan kotak-kotak itu sedari tadi. Memasukan sesuatu kedalam kotak itu kemudian menutupnya dan memberikan pita di atasnya. Meri sedari memperhatikan semua kegiatan Naya.
"Nay, gimana perasaan lo mau di operasi?"
Meru menatap Naya dengan perasaan khawatir. Ia tahu operasi ini bukan operasi kecil. Bisa saja nyawa Naya dalam bahaya.
"Gue serahin semua sama yang di atas. Apapun keputusannya gue terima dengan lapang dada. Uhuk...uhuk.. " ujar Naya dengan terbatuk-batuk.
"Tapi gue takut, gue takut lo gak akan buka mata lagi."
Meru benar-benar khawatir jika Naya tidak akan membuka matanya kembali. Ia ingin Naya bertahan dan ia akan menemani Naya selamanya.
"Kalo gue... uhuk... uhuk... gak buka mata lagi, berarti Tuhan sayang sama gue. Dia mau gue ada di sisi-Nya uhuk... uhuk... " ujar Naya dengan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
Teen Fiction(TAMAT) Shana selalu di tindas Sandra ketika dirinya pertama kali masuk sekolah ini. Padahal dia tak pernah mengenal Sandra. Hingga dirinya bertemu dengan Naya dan Meru yang membantunya. Siapa sangka pertemuan mereka mengungkap sebuah rahasia di ant...