Suasana kantin sekarang ramai di padati para siswa. Maklum saja karena sekarang jam istirahat semua siswa berbondong-bondong memasuki kantin untuk mengisi perut mereka.
Tak terkecuali Shana, kini ia akan pergi ke kanti. Kali ini dia tak sendirian karena ada Meru yang menemani. Meru mengajak Shana untuk ke kantin. Dia akan mentraktir Shana sebagai permintaan maafnya.
Mereka memasuki kanti yang sudah mulai ramai. Meru mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk. Di pojok belakang ternyata masih ada meja yang kosong segera Meru menarik tangan Shana.
Shana melihat tangannya yang di genggam Meru. Seketika pipinya bersemu merah. Jantungnya berdebar dua kali lipat. Mengapa ia jadi seperti ini, sebelumnya ia tak pernah merasakan perasaan seperti ini ketika dekat dengan Meru. Sebenarnya apa yang terjadi?
"Lo tunggu di sini, gue mau pesen makanan dulu." Sebelum Meru pergi ia sempat mengacak rambut Shana.
Kini Shana sendirian di meja ini. Pandangannya meneliti setiap penjuru kantin. Di sebelah kanan nya tempat para pedagang menjual makanan dan minuman berjejer. Di belakannya terdapat dua toilet dan sebuah wastafel.
"Hai, cantik. Kita ketemu lagi." suara itu membuatnya terkejut.
"Revan!" Kini Revan sudah berada di depannya di tempat Meru duduk.
Shana mengernyitkan keningnya seolah bertanya mengapa Revan berada di sini.
"Kamu lupa? Kalo kita satu sekolah sudah pasti aku bisa ada di sini."
Sekali lagi Revan menjawab pertanyaan yang ada di kepala Shana.
"Sendirian aja, nih? Gimana kalo aku temenin?" ujar Revan menaik turunkan alisnya.
"Aku lagi nunggu temen di sini, kamu sendiri disini?"
"Iya aku sendiri, temen aku lagi sibuk."
"Oh, gitu." Tak ada percakapan selanjutnya dari mereka.
"Lo! Ngapain lo di sini?" Karena suara itu Shana menengok kebelakang dan melihat Meru datang membawa makanan mereka.
"Gue tanya! Ngapain lo disini?!" ujar Meru dengan sinis dan tatapan benci.
"Emang kenapa kalo gue di sini? Ini tempat umum, man."
"Ngapain lo di sini? Gak puas lo udah bikin hidup orang hancur!"
"Itu bukan salah gue. Disini korbannya gue asal lo tau." Revan menggeram tak suka.
"Mending lo pergi sekarang, sebelum kesabaran gue abis," usir Meru.
"Kali ini gue turuti mau lo." Revan bangkit. Sebelum pergi ia mengucapkan sesuatu kepada Shana yang membuat Meru terkejut.
"Besok jangan lupa ya, cantik," ujarnya sembari mengedipkan sebelah matanya.
Meru memandang Shana meminta penjelasan atas apa yang terjadi. Shana segera menyuruh Meru duduk.
"Kamu duduk dulu, nanti baru aku jelaskan." Meru pun duduk dibangku yang tadi Revan tempati.
Shana menghela nafas terlebih dahulu. "Waktu itu dia nendang bola dan kena aku. Terus kita ketemu di perpus dan tadi kita ketemu di kantin. Udah cuma itu aja."
Meru mendelik tak suka. Mengapa orang itu bisa muncul kembali setelah sekian lama.
"Kamu jangan deket-deket sama dia." Meru memperingati Shana.
Sebenarnya ada apa dengan Meru dan Revan. Mengapa Meru tak menyukai Revan.
Kepala Shana di penuhi teka-teki. Hubungan Meru dan Revan. Hal yang terjadi antara Meru dan Naya. Apakah keduanya berhubungan satu sama lain?. Shana harus bisa memecahkan teka-teki ini.
***
Naya sedang membaca buku di kelas di temani earphone di telinganya. Suasana kelas saat ini sepi karena jam istirahat. Tapi Naya justru betah di kelas yang sunyi ini.
Tenggorokan Naya mulai kering ia harus mencari cairan untuk menetralkan tenggorokannya. Ia bangkit melepas earphone yang di pakai dan pergi menuju kantin.
Kanti masih di padati banyak orang. Walaupun sebentar lagi jam istirahat usai. Dari koridor Naya bisa melihat banyaknya kumpulan orang didalam kantin. Karena dahaga yang tak bisa di tahan mau tak mau ia harus masuk.
Baru saja ia memasuki kantin ia melihat sosok yang sudah lama tak pernah ia lihat wujudnya. Kenapa dari sekian banyak orang mengapa ia harus bertemu dengan orang ini.
Naya menghentikan langkahnya. Pandangannya terkunci dengan sosok yang kini juga sedang menatapnya. Naya sangat gugup ketika sosok itu datang menghampirinya.
"Udah lama ya, gimana kabar kamu?" Sosok itu kini sudah berada di depannya.
"Aku rasa kamu baik-baik saja sekarang." Sosok itu kembali berujar. Seketika peluh keluar di kedua pelipisnya.
"Vano.." Naya memundurkan langkahnya
"Kenapa? Kamu gak usah kaget ini tempat umum dan kita satu sekolah wajar kan kita bisa bertemu," ujar Vano itu tersenyum
"Kamu masih cantik ya, gak ada yang berubah. Yang berubah mungkin nasib kita "
"Lo, jangan ngaco." Naya mulai merasa risih dengan Vano itu.
"Kenapa kamu jadi kasar gini? Naya yang dulu aku kenal kemana?" Vano itu mengusap pucuk kepala Naya lembut.
Naya menyingkirkan tangan itu dari kepalanya. "Naya yang dulu udah mati gak akan pernah kembali. Dan Naya yang sekarang gak akan seperti dulu yang salah memilih" Naya menatap Vano dengan tajam.
"Aku harap Naya yang dulu akan memilih pilihan yang sama." Vano tersenyum miring kepada Naya.
"Gak, gak akan pernah" Naya melangkah pergi meninggalkan Vano.
"Kamu gak pernah berubah," gumamnya melihat punggung itu menghilang diantara banyak orang di kantin.
***
Naya sangat terkejut setelah pertemuannya dengan Vano di kantin. Inilah salah satu alasan Naya enggan keluar dari kelas. Ia tak ingin bertemu dengan Vano orang yang menggores luka pertama kali di hatinya.
Naya masih diam di depan warung yang menjajakan berbagai jenis minuman.
"Neng, mau beli apa?" Penjaga warung itu menyadarkan Naya dari lamunannya.
"Eh..beli air mineralnya satu."
"Ini Neng, jadi lima ribu," Naya memberikan uang dan menerima minumannya.
Ketika akan meninggalkan kanti seseorang memanggil namanya. Ia menoleh dan ternyata Shana sedang memanggilnya dengan melambaikan tangan memberi isyarat agar Naya menghampirinya.
Naya akhirnya datang menghampirinya. Ia butuh memulihkan detak jantungnya setelah pertemuannya tadi. Tak ada salahnya ia bergabung dengan Shana dan Meru.
"Tadi katanya gak mau ke kantin kok sekarang ada di kanti." Shana bertanya setelah Naya mendudukan diri.
"Gue haus butuh air," ucapnya sembari meminum minumannya.
"Kamu gak pesen sesuatu mumpung Meru yang traktir." Meru melotot mendengar perkataan Shana.
"Enak aja, gue cuma mau traktir lo bukan Naya," ucap Meru sembari memakan baksonya.
"Siapa juga yang mau ditraktir lo. Gue masih mampu buat beli makanan sendiri," ketus Naya.
Naya kembali melamun. Ia membayangkan masa lalunya yang indah namun menyakitkan. Bayangan bersama sosok itu terus melekat di benaknya. Betapa bahagianya mereka dulu tapi karena sebuah kesalahan hal itu menjadi boomerang bagi mereka. Setetes air mata tiba-tiba jatuh dipipi Naya.
Shana yang melihat panik. "Naya, kamu kenapa?" Naya segera menghapus air matanya dan pergi meninggalkan Meru dan Shana.
Meru yang melihat pun bangkit. "Gue udah bayar kok makanannya, lo abisin aja. Gue mau susul Naya." setelah itu, Meru pergi meninggalkan Shana sendiri.
Kini kepala Shana dipenuhi pertanyaan-pertanyaan. Apa yang terjadi dengan Naya? Mengapa Naya yang berhati dingin meneteskan air matanya. Apa yang membuatnya menjadi seperti ini?
***
Jangan lupa vote kalo suka cerita ini
See you on the next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
Teen Fiction(TAMAT) Shana selalu di tindas Sandra ketika dirinya pertama kali masuk sekolah ini. Padahal dia tak pernah mengenal Sandra. Hingga dirinya bertemu dengan Naya dan Meru yang membantunya. Siapa sangka pertemuan mereka mengungkap sebuah rahasia di ant...