Aku cuma mau rekomendasiin lagu ini. Gak tahu kenapa lagu ini sedih banget menurut aku.
***
Setelah bertemu dengan Meru ia
segera menghampiri ruangan di mana Naya di rawat. Ia mengetuk pintu itu dan membukanya. Kini ia melihat Naya sedang memakan buah apel."Hai, Naya" sapanya.
"Kenapa lo bisa ada di sini?" Naya terkejut dengan keberadaan Revan.
"Gue habis jenguk Shana."
Dahinya berkerut. "Shana kenapa?" Perasaannya mengatakan sesuatu yang buruk telah terjadi.
"Dia habis kecelakaan." Naya sama terkejutnya dengan Meru tadi. "Kenapa bisa?"
"Aku juga gak tahu gimana kejadiannya, aku nemuin dia tergeletak di jalan."
"Apakah mungkin ada hubungannya dengan peristiwa kemarin," batinya bertanya, jika benar maka ia merasa sangat bersalah.
"Sekarang keadaannya gimana?" Naya khawatir sekali dengan kondisi Shana. "Shana udah sadar, cuma..." Revan mengantungkan perkataannya membuat Naya semakin cemas.
"Cuma apa? Jawab Van!"
"Shana mengalami kebutaan karena benturan keras dikepalanya " Naya menutup mulutnya, ia terkejut mendengar ini. Ia merasa bersalah karena dirinya Shana mengalami semua ini. Jika ia bisa mencegah Shana pergi, maka Shana tak akan mengalami kecelakaan dan menjadi buta.
"Antar gue ketemu Shana."
***
Shana sekarang sudah mulai membaik ia sudah mulai berbicara dengan orang-orang disekitarnya. Perkataan Revan berpengaruh pada dirinya. Ia tidak boleh menyerah dengan keadaan. Dia pasti bisa melewati semua ini.
Ketukan pintu mengalihkan atensinya dari buah yang sedang ia makan.
"Masuk aja."
Suara pintu terbuka dan seseorang masuk kedalam ruangan itu.
"Shana."
Shana menajamkan indra pendengarannya, ia sepertinya mengenali suara ini.
"Siapa?"
"Ini aku, Vero." Shana terkejut karena Vero kini sedang memegang tangannya.
"Hai, Vero" sapa Shana dengan nada riang. Vero semakin sedih ketika mendengar suara Shana yang tampak baik-baik saja sedangkan ia tahu Shana sedang tidak baik-baik saja.
"Gimana keadaan kamu?" Vero bertanya dengan suara serak menahan tangisnya.
"Baik kok, kata dokter pemulihan lukaku cepat jadi mungkin tiga hari lagi aku bisa pulang."
"Maaf." Vero tak bisa menahan air matanya. "Maaf, semua ini karena aku. Kalo kamu gak ketemu aku kamu gak akan mengalami semua ini."
"Kamu gak perlu minta maaf, ini bukan salah kamu. Takdir, ini adalah nasibku. Tuhan yang memberikan semua ini."
"Kalo aja kamu gak kenal aku, kamu gak akan pernah berurusan dengan Sandra dan mengalami semua ini." Vero merasa dirinya sudah membuat gadis ini menderita.
"Kalo aku gak ketemu kamu, aku gak akan ketemu Sandra dan gak akan bertemu dengan Naya dan Meru. Ini semua sudah di atur dan mungkin inilah jalan bagi diriku menjadi manusia yang lebih baik lagi." Vero tak bisa menahan tangisnya ia menangis di hadapan sang gadis.
"Aku juga berterima kasih sama kamu karena untuk pertama kalinya aku bisa merasakan jatuh cinta." Shana mengucapkan dengan tulus penuh senyuman.
"Kamu adalah cinta pertamaku dan seterusnya," ujar Vero.
Shana menggeleng. "Sekarang bukan aku yang harus kamu cintai. Tapi Sandra."
"Apa maksud kamu? Aku gak cinta sama Sandra," bantah Vero.
"Kamu cuma belum mencoba, Vero."
"Aku gak akan pernah mencoba."
Shana menghela nafas pelan. Vero memang keras kepala.
"Belajarlah mencintai Sandra, sekarang dia yang akan mendampingi kamu."
"Gak bisa, aku gak bisa. Aku cuma cinta sama kamu"
"Cinta tak harus memiliki Vero, kamu harus melepaskan aku agar kita bahagia dan bisa tersenyum bersama"
"Kenapa kita tak bersama? Kita bisa kan?"
Shana menggeleng "Gak akan bisa, kamu sudah ada Sandra dia sangat mencintaimu."
"Kenapa kamu selalu mentingin Sandra dari pada aku? Sudah sejauh ini, aku gak bisa melepaskanmu."
"Bukan gitu Ver, kamu juga penting buat aku. Tapi kita gak boleh mengesampingkan perasaan Sandra."
"Perasaan dia gak penting buat aku!"
"Kamu gak boleh ngomong kaya gitu. Sandra tulus mencintai kamu, Vero. Bahkan dari kecil dari kalian masih kecil Sandra sudah suka sama kamu. Jadi lupakan aku."
"Tapi Shan..."
Shana memotong ucapan Vero. "Aku tahu rasanya sakit, tapi sakit itu sementara karena kamu akan menemukan orang yang menyembuhkan rasa sakit itu."
"Dan aku harap kamu orangnya" Shana tetap menggeleng.
"Aku mohon lepaskan, untuk kebaikan semua orang, aku dan kamu. Aku mohon ini permintaan terakhirku."
"Tapi kenapa?" Vero masih tidak bisa melepaskan Shana walaupun gadis itu memintanya.
"Aku mohon lepaskan aku agar aku bisa bernafas dengan tenang, memang sulit tapi gak ada pilihan lain. Jika kita bersama maka rasa sakit akan terulang lagi. Ini demi kebaikan kita, ku mohon." Shana kini menggenggam tangan hangat itu meyakinkannya.
"Kamu akan bahagia jika aku melepaskanmu?"
Shana mengangguk "Ini demi kebaikan kita bersama, aku gak boleh egois. Kamu sudah ada yang memiliki."
"Kamu gak harus melupakan aku, cukup lepaskan aku biarkan aku lepas dari jeratan ini," lanjut Shana.
Vero diam mencerna semua perkataan Shana jika memang ini adalah yang terbaik untuk semua orang maka ia harus rela melepaskannya. Walaupun ia berharap dirinya dan Shana akan berakhir bahagia tapi Tuhan berkehendak lain.
"Aku akan melepaskanmu, aku harap kamu selalu ingat kenangan indah yang menyakitkan ini," ujar Vero walaupun menyakitkan tapi ini akan indah pada waktunya. Ia percaya Tuhan telah merencanakan hal indah setelah ini untuk dirinya, Shana dan orang disekitar mereka.
"Aku harap di masa yang akan datang kita bisa tersenyum bersama. Cinta kamu pantas untuk orang yang lebih baik dari aku."
"Pasti, kita akan tersenyum kembali setelah semua rasa sakit ini. Aku melepasmu untuk bahagia dan aku mau kamu selalu bahagia."
Shana mengangguk ia merasa lega sekarang bebannya berkurang. Ia harap Vero bisa menemukan cintanya.
"Ada satu permintaan yang harus kamu kabulkan," ujar Vero.
"Apa itu?"
Tiba-tiba ia merasakan sesuatu lembut menempel dibibirnya walau hanya sebentar.
"I want you to be my first kiss."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
Teen Fiction(TAMAT) Shana selalu di tindas Sandra ketika dirinya pertama kali masuk sekolah ini. Padahal dia tak pernah mengenal Sandra. Hingga dirinya bertemu dengan Naya dan Meru yang membantunya. Siapa sangka pertemuan mereka mengungkap sebuah rahasia di ant...