22. Kejutan Ulang Tahun

18 6 1
                                    

Hari ini Meru sudah menyiapkan sebuah kado di tangannya. Kado spesial untuk orang yang spesial. Hari ini tanggal 18 Desember adalah ulang tahun Naya.

Karena sekolah sudah mulai libur ia kini sedang menonton televisi di ruang keluarga. Ia sedang merancang kejutan untuk Naya. Ia akan datang ke rumah Naya tanpa memberitahu terlebih dahulu dan akan memberikan kue juga kadi yang ia siapkan.

Meru menengok jam di dinding sudah siang, ia harus segera bersiap.

Meru sudah rapih memakai kemeja hitam yang lengannya di gulung hingga siku dan memakai celana berwarna putih. Meru kini menyisir rambutnya agar terlihat rapih tak lupa ia menyemprotkan parfum pada seluruh tubuhnya. Sekali lagi ia mengecek penampilannya.

"Oke, Mahameru. Lo udah ganteng," ucapnya dengan percaya diri.

Ia menaiki motor yang jarang ia pakai. Karena jarak rumah Naya lumayan jauh ia harus menggunakan motor.

Lima belas menit kemudian ia telah sampai di depan toko kue ini. Di tangannya sudah ada sebuah kado.

"Hai, Mbak Rin. Meru mau pesan satu cheese cake ya." Meru segera memesan kue nya. "Ada tambahan?" Mbak Rin bertanya. "Pake lilin aja tambahannya."

Pesanannya telah siap kini ia akan menuju lantai dua tempat Naya kini berada. Ketika ia masuk sunyi sekali tempat ini, mungkin Naya ada di kamar. Meeu menyalakan lilinya kemudian ia berdiri di depan pintu kamar Naya.

Di ketuknya pintu beberapa kali. Pintu perlahan teebuka.

"Happy Birthday to you."

"Happy Birthday to you."

"Happy Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday Naya..."

Naya terkejut ketika membuka pintu kamarnya. Meru datang membawa kue dan bernyanyi untuknya.

"Ada angin apa lo datang bawa ginian."

"Lo emang gak punya hati. Gue udah baik gini kasih lo kejutan. Seharusnya lo kaget atau apa ke kalo perlu sampe jungkir balik." Meru mendengus sebal, ia sudah menyiapkan ini dengan baik tapi respon Naya hanya itu.

"Iya, makasih loh repot-repot nyiapin ini. Tapi gue gak bisa jungkir balik jadi gue tiup lilinnya aja ya." Meru tersenyum, Naya menghargai usahanya.

Mereka merayakan ulang tahun itu di ruang tamu. "Lo, coba hubungi Shana. Suruh dia dateng ke sini kita rayain bareng." Meru mengangguk ia segera menghubungi Shana.

Tak lama kemudia Shana datang dengan terengah-engah. "Naya, selamat ulang tahun." Shana berlari dan memeluk Naya. "Ini ada kado buat kamu"

"Kenapa mesti repot sih, ya udah yuk, duduk."

Mereka meryakan ulang tahun Naya dengan sederhana d iruang tamu rumah. Namun ini saja sudah cukup bagi Naya karena memiliki teman yang selalu ada untuknya.

"Oh iya, ulang tahun lo kapan?" Meru bertanya kepada Shana.

Shana menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. "Ulang tahun aku... hari ini." Shana tersenyum kikuk kepada Naya dan Meru. Sedangkan Naya dan Meru tampak syok. Mereka tak tahu jika ulang tahun Naya dan Shana sama.

"Kenapa lo gak bilang?" Naya terkejut kenapa mereka bisa berulang tahun ditanggal yang sama. "Gak ada yang tanya sih." Shana mengangkat kedua bahunya.

"Kalo gitu kita rayain ulang tahun lo juga di sini," seru Meru.

"Karena kalian ulang tahun, kalian harus traktir gue." Meru berseru dengan semangat.

"Gue traktir kue di bawah, lo boleh pesen sepuasnya." Meru tak setuju. "Bosen tiap ke sini gue makan kue mulu, sekali-kali makan pizza." Meru menujukan wajah memelasnya.

"Oke karena gue tuan rumah yang baik, lo bisa pesen apa yang lo mau. Nanti gue yang bayar." Meru langsung bersorak senang.

"Oke gue yang pesen, lo mau apa Shan?" Meru sedang melihat menu makanan di ponselnya. "Apa aja."

Tak berapa lama pesanan mereka datang. Naya segera turun untuk mengambil pesanan dan membayarnya.

"Meru!" Naya berteriak kencang dari bawah mengejutkan semua orang. "Apaan Nay, berisik." Meru turun dan melihat Naya sedang menenteng banyak makanan dikedua tangannya. Meru langsung tertawa melihat wajah kesal Naya.

"Lo gila! Kenapa pesen sebanyak ini? Siapa yang mau ngabisin!" Naya tak akan membiarkan Meru untuk memesan makanan lagi.

"Nanti sisanya bisa di bagiin kok, lo tenang aja ada gue." Meru membantu membawa Naya membawa makanan itu naik.

Tak berapa lama ibunya memanggil jika ada teman mereka di bawah. Semua saling pandang. Siapa teman mereka. Mereka hanya berteman bertiga siapa orang itu?

"Lo suruh Felix ke sini?" Naya bertanya kepada Meru mungkin saja Felix yang datang. "Nggak, gue gak panggil dia"

"Siapa dia?"

Naya memutuskan turun untuk melihat siapa orang yang datang. Naya langsung membulatkan kedua matanya kini berdiri laki-laki jangkung dan tampan membawa sebuah kado yang besar di tangannya.

"Ngapain lo ke sini?" Naya langsung bertanya.

"Aku mau kasih ini buat kamu." Ia menyidorkan kado berukuran besar itu.

"Gue gak butuh lebih baik lo pergi." Naya segera mengusir Vano

"Aku gak akan pergi kalo kamu belum terima kado ini."

"Gue gak mau mending lo pergi." Naya membentak Vano dengan keras

"Ana, kamu kok gitu, dia sudah datang jauh-jauh buat kasih kamu kado. Ajak ke atas." ibunya datang karena mendengar Naya berteriak.

"Bu, dia bukan temen aku."

"Mau temen atau apapun dia udah jauh-jauh datang ke sini. Lebih baik kita menyambut tamu dengan hormat." Eetelah mendengar perkataan ibunya ia segera membawa Vano untuk bergabung.

Meru dan Shana pun terkejut melihat kehadiran orang itu. Shana memperhatikan kado yang ada di tangan pria itu. Itu adalah kado yang kemarin Revan beli. Seketika wajahnya memerah mungkin kah Revan datang untuk memberinya kado.

Shana sangat malu hanya dengan memikirkannya. Ia tidak boleh gugup.

"Ini kado buat kamu__" Shana sudah berdebar hanya dengan mendengar itu. "Maka__" kalimatnya menggantung karena Revan kembali berbicara

"Selamat ulang tahun, Naya." Shana seakan jatuh dari pesawat yang sedang terbang di ketinggian 35.000 kaki. Dirinya diam membatu. Bukankah kado ini untuknya lalu mengapa Revan memberikannya kepada Naya.

"Makasih," ketus Naya. Shana masih mencerna kejadian ini. Bagaimana mungkin Naya kenal dengan Revan. Mengapa Revan memberikan kado itu untuk Naya.

"Di buka dong kadonya," bujuk Vano. Naya pun hanya menurutinya ia hanya ingin Revan pergi dari sini. Naya terkejut melihat isinya. Ternyata Vano masih ingat dengan boneka kesukaannya. Naya tersentuh.

"Sekarang lo mending pergi, gue udah terima kado dari lo jado lo pergi sekarang." Naya segera mengusis Revano. "Oke karena kamu udah nepati janji, aku pergi."

Revano pergi tak ada yang mencegahnya. Mereka semua masih terkejut dengan semua kejadian ini terutama Shana.

Shana masih diam ia tidak berkata sepatah katapun. Ia sudah percaya diri bahwa Revan akan memberikannya kado tapi ternyata kado itu bukan untuknya. Terlebih isi dari kado itu sama dengan apa yang ia suka. Mengapa dirinya dan Naya memilki banyak hal yang sama. Apakah ini hanya kebetulan atau memang ada sesuatu dibalik semua ini.

***

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang