8. Kontradiksi

36 8 2
                                    

Cuaca hari ini panas sekali karena  matahari tengah menduduki singgasana tertingginya. Tapi anak-anak kelas 11 IPA 3 sedang berolahraga dicuaca yang terik ini.

"Pantulkan bola dengan benar!"

Pak Wiguna memberi arahan kepada muridnya yang salah memantulkan bola basket.

Sekarang semua murid sedang berbaris menjadi 6 baris. Bergantian memainkan bola basket.

"Gila panas-panas gini olahraga, nanti kalo gue item gimana?" keluh Sandra karena kulit putihnya terbakar matahari.

"Iya nih, kalo kecantikan gue luntur gimana?" Bella pun tak kalah dramatisnya.

"Perawatan kecantikan gue tuh mahal. Masa luntur cuma karena pelajaran gak penting gini."

"Di jemur di lapangan bikin gue keringatan, jadi dekil, nih," keluh Bella.

"Lihat tuh si Naya enak banget di pinggir adem gak kepanasan," ujar Sandra menunjuk Naya yang berada di pinggir lapangan.

"Kenapa sih, setiap pelajaran olahraga  dia gak pernah ikut. Gak adil," Bella pun ikut berkomentar.

"Gue juga gak tahu, dulu dia selalu ikut tapi semenjak kenaikan kelas dia gak pernah ikut lagi."

"Kalian berdua yang ngobrol cepat kemari!" Pak Wiguna menunjuk Sandra dan Bella.

Sandra dan Bella mengumpat di dalam hati karena Pak Wiguna memergoki mereka.

"Kalian ini bukannya belajar yang benar malah ngobrol. Bapak kasih kalian hukuman, setelah olahraga kalian kumpulkan semua bola basket. Mengerti!"

Perintah Pak Wiguna otoriter tak bisa di bantah. Jika sudah di tetapkan maka harus di laksanakan tanpa ada tawar menawar.

Sandra menghela nafas. Sial sekali hari ini ia mendapat hukuman dari gurunya.

"Siap Pak!" Tak bisa membantahnya mereka akan melaksanakan hukumannya.

"Oke cukup anak-anak pelajaran sampai disini. Minggu depan kita lanjutkan kembali, silahkan kembali ke kelas dan Untuk Sandra dan Bella segera bereskan bola basketnya!" Pak Wiguna mengakhiri kegiatan mengajarnya.

"Rasain lo," ujar Meru meledek Sandra dan Bella.

Sandra memutar bola matanya jengah dengan tingkah Meru. Sandra sangat membenci Meru dari awal mereka bertemu.

"Udah yuk, Shan kita ke kelas biar dua nenek sihir ini ke bakar matahari," ledek Meru hingga membuat Sandra kesal.

Karena kesal Sandra melempar kuat bola basket ditangannya ke arah Meru yang akan keluar dari lapangan. Namun, lemparannya meleset mengenai Naya yang sedang berjalan di sisi lapangan untuk mengumpulkan tugas karena tak bisa mengikuti pelajaran olahraga.

Bola itu melayang tepat mengenai kepala Naya.

Sandra terkejut karena lemparannya meleset. Seketika Naya langsung pingsan ketika bola basket itu menghantam kepalanya.

"Naya!" Teriak Meru lantang melihat Naya pingsan.

"Nay bangun, Nay,"ditepuknya pipi tirus itu tapi tak ada pergerakan dari sang empunya.

"Meru cepat bawa ke UKS," titah Shana segera membantu Meru membawa Naya menuju UKS.

"Shan cepat panggil guru yang jaga," ujar Meru setelah membaringkan Naya di brangkar UKS.

Shana segera mematuhi perintah Meru. Ia memanggil guru yang bertugas menjaga UKS.

"Siapa yang pingsan," ujar guru itu setelah memasuki UKS.

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang