13. Perpustakaan

22 4 1
                                    

Suasana perpustakaan kini sepi seperti perpustakaan pada umumnya. Tak banyak yang mengunjungi perpustakaan. Mereka lebih suka menghabiskan waktu mereka dengan bermain gawai. Sangat langka dijumpai anak yang masih menghabiskan waktunya di perpustakaan.

Salah satu anak itu adalah Shana. Kini dia sedang berada di perpustakaan mengerjakan tugas. Sebelumnya ia mendapat tugas membuat ulasan tentang sebuah buku. Kini di tangannya terdapat beberapa buku untuk referensi.

Shana mulai membaca satu persatu buku yang ia pinjam. Kata demi kata tak ada yang terlewatkan. Lembar demi lembar ia baca dengan seksama.

Karena terlalu serius, Shana tak memerhatikan ada seseorang yang kini duduk di depannya. Ketika Shana menurunkan bukunya, ia terkejut dengan seseorang di depannya.

Sejak kapan orang ini ada di hadapannya. Seolah mengetahui pikirannya tiba-tiba orang itu berbicara.

"Kamu pasti kaget, kan? Kamu serius banget bacanya sampe gak sadar ada orang di sini," ujarnya dengan senyum yang ramah.

"Maaf, kamu siapa? Kita pernah ketemu sebelumnya?" Shana bertanya karena merasa asing dengan orang di hadapannya.

"Ternyata kamu lupa sama aku. Kita pernah ketemu sebelumnya," ujarnya tetap tersenyum.

Shana mengernyitkan keningnya. Seingatnya ia tak pernah bertemu dengannya.

"Kamu inget pernah kena bola? Waktu itu aku yang lempar bola dan nyamperin kamu," jelasnya masih dengan senyuman.

Shana menerawang beberapa hari lalu. Saat dirinya berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari Meru dan malah terkena bola.

"Oh... iya, aku ingat sekarang, kamu orang yang nendang bola kan?"

"Iya, aku yang nendang bola dan malah kena kamu. Aku minta maaf buat kejadian itu."

"Aku udah maafin kok, lagian kejadiannya udah lama. Dan aku gak kenapa-kenapa, kok," ujar Shana memberikan senyum tulusnya.

Laki-laki itu terpana melihat senyum Shana. Senyum yang tulus dan manis mengingatkannya pada seseorang di masa lalu.

"Oh iya, kita belum kenalan nama aku Revan," lelaki itu mengulurkan tangannya dan disambut Shana. "Nama aku Shanaya panggil aja Shana," masih mempertahankan senyum manisnya.

"Kamu kelas berapa?" Kali ini Shana yang bertanya duluan.

"Kelas 12 IPA 1" jawab Revan. Shana terkejut mengetahui fakta bahwa Revan adalah kakak kelasnya. Ia tadi bersikap tidak sopan pada kakak kelasnya.

"Kamu murid baru ya?" Tebak Revan.

"Iya, baru satu bulan."

Pantas dirinya tak pernah melihat Shana selama ini. Ternyata ia murid baru.

"Kamu kelas berapa?"

"Kelas 11 IPA 3"

Tiba-tiba raut wajah Revan berubah. Ia sedikit terkejut mengetahui ternyata Shana berada di kelas itu.

Revan menggelengkan kepalanya mengusir pikiran anehnya. Ia segera menetralkan kembali mimiknya.

"Kamu kenapa disini sendirian? Teman-teman kamu kemana?" Revan bertanya sembari mengedarkan pandangannya.

"Aku emang sendirian di sini. Aku emang gak punya banyak teman," jawab Shana sembari menunduk.

"Kalo gitu kamu mau gak jadi temanku?" Revan memberi tawaran bagi Shana. "Tapi, Kak__"

"Gak usah panggil Kakak, panggil aja Revan," Revan menyela ucapan Shana.

"Tapi, aku ngerasa gak sopan."

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang