Ruangan ini berwarna putih dan abu-abu tak banyak barang yang ada di kamar ini. Hanya tempat tidur ukuran sedang lemari pakaian dan meja belajar. Sepertinya penghuni kamar ini tidak berada disini karena sedari tadi kamar ini sangat sunyi
Brak
Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan perempuan dengan pakaian yang berantakan. Baju seragamnya dikeluarkan peluh keluar dari pelipisnya. Walau terlihat kumal tapi ia masih terlihat cantik. Rambut hitam panjang yang selalu diikat membuatnya terlihat elegan. Dengan mata kecil nan tajam yang mengintimidasi orang. Hidung kecil yang mancung dan jangan lupakan kulit putih bersih yang ia miliki.
Dibaringkan nya tubuh itu di tempatnya membangun mimpi. Menatap langit-langit kamarnya. Membayangkan seandainya hidupnya menjadi lebih baik lagi. Membayangkan hidupnya bisa sama seperti anak remaja seusianya.
"Ana, Na cepat turun bantu Mbak Rin di bawah," teriakan itu membangunkannya ia bergegas mengganti pakaiannya dan turun kebawah.
Di lantai bawah terlihat banyak sekali kue dan roti yang terpajang di estalase kaca. Terlihat banyak pembeli datang yang membuat Mbak Rin kerepotan melayani mereka.
"Mbak sini biar Ana saja," ujarnya sembari membawa beberapa kue ditangan Mbak Rin.
"Eh... Makasih ya, Na," Mbak Rin tersenyum sembari memberikan beberapa kue pesanan pembeli ia harus segera bergegas ke depan menerima pesanan lainnya.
Ana segera membungkus kue-kue itu dan memberikan kepada pembeli. Ana sangat cekatan mengerjakan tugasnya. Ia bertugas mengambil kue-kue kemudian membungkusnya.
Ana tidak bekerja paruh waktu disini. Toko kue ini adalah milik Ibunya. Ibunya dulu hanya mampu menjajakan kue-kue nya di pasar, hingga sekarang Ibunya mampu membuka toko kue ini. Walau toko ini kecil, tapi toko ini mampu menafkahi keduanya.
"Na, pie susu sepuluh buah!" teriak Mbak Rin dari kasir di depan.
Ana segera mengambil pesanan itu kemudian membungkusnya. Seperti inilah kegiatan Ana setelah pulang sekolah. Membantu Ibunya berjualan. Jika hanya mengandalkan Mba Rin saja, Mbak Rin dan Ibunya akan kesulitan.
"Na, kue lapis dua box ya!" teriak Mbak Rin.
Ana segera mengambil pesanannya namun kue lapis itu habis. Segera ia menuju dapur untuk mengambil yang baru.
"Bu, minta kue lapis dua ya," ujarnya begitu memasuki dapur.
Ibunya di sini bertugas membuat kue bersama Bu Rima. Di dapur ini semua kue di proses disini. Ibunya adalah koki utama disini. Bu Rima adalah asisten Ibunya dan Mbak Rin menjaga kasih didepan.
"Ini kuenya cepat kemas," Ibunya memberi dua buah kue lapis ketangan anaknya itu.
"Mbak, kue lapisnya minta dipotong atau nggak?"
"Iya Na, potong jadi tiga puluh," teriak Mba Rin karena jarak yang lumayan jauh sehingga mereka harus berteriak agar terdengar.
Ana segera menjalankan perintah, ia memotong kue itu menjadi tiga puluh bagian. Kemudian mengemasnya dan diberikan kepada pembeli.
***
Shana sangat senang hari ini karena rencananya ke mall dengan kakaknya berjalan dengan lancar. Ketika hujan reda mereka segera meluncur ke mall.
Mereka menghabiskan waktu bersama. Menyicipi semua makanan yang ada. Bermain sepuasnya di timezone. Dan membeli buku novel karena Shana suka membaca novel. Setelah lelah seharian mereka memutuskan untuk pulang.
"Seru banget ya, Kak!"
"Iya, tapi Kakak capek muterin mall besar kaya gitu," ujar Sam dengan wajah kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
Teen Fiction(TAMAT) Shana selalu di tindas Sandra ketika dirinya pertama kali masuk sekolah ini. Padahal dia tak pernah mengenal Sandra. Hingga dirinya bertemu dengan Naya dan Meru yang membantunya. Siapa sangka pertemuan mereka mengungkap sebuah rahasia di ant...