Hari ini Sam akan pulang. Sedari tadi ia menunggu diruang tamu sendirian. Ayah dan Bundanya sedang menjemput Sam di bandara. Mengapa ia tidak ikut menjemput? Kakaknya itu melarang Shana menjemput dirinya katanya biar jadi kejutan. Shana hanya patuh toh sebentar lagi ia akan bertemu kakaknya itu.
Tiba-tiba pintu utama terbuka menimbulkan suara yang cukup keras. Shana tau siapa yang melakukan hal seperti itu. Segera ia beranjak dan menghampiri seseorang itu.
"Kak Sam!" Teriaknya dengan keras mungkin saja tetangganya mendengar teriakannya.
"Shan my baby," ujar kakaknya dengan merentangkan tanganya untuk di peluk Shana.
"Ih, aku bukan baby lagi ya Kak, aku udah besar udah 17 tahun udah punya KTP," Shana berujar sembari melepaskan pelukannya. Ia sudah dewasa bagaimana mungkin kakaknya selalu memanggilnya baby.
"Wah, sudah besar ya kamu, tapi di mata kakak kamu masih baby nya
Kakak," ujar kakaknya terkekeh melihat wajah cemberut adiknya."Sudah kalian masuk dulu, debatnya nanti diteruskan didalam saja," lerai Bundanya jika tak di hentikan maka akan terus berlanjut hingga esok.
Mereka segera memasuki rumah, Sam merangkul bahu adiknya menggiring masuk kerumah.
***
Sudah lama Sam tidak pulang mungkin sudah setahun lamanya. Sebelum ia pergi, bentuk rumahnya tidak seperti ini. Banyak yang berubah selama ia pergi. Rumahnya yang berbeda dan adiknya kini sudah dewasa. Hanya setahun ia pergi tapi banyak sekali perubahan nya.
Ada satu hal yang tak pernah berubah, yaitu foto keluarga yang terpampang besar di depannya. Foto itu diambil tiga tahun lalu ketika ia lulus dari SMA. Di foto itu tampak mereka mengenakan baju senada berwarna biru muda. Ia terlihat muda jika dibandingkan dengan sekarang. Mereka tampak bahagia walau sebenarnya mereka menyimpan duka yang dalam.
"Kak, ini minum dulu, aku yang buat loh," Shana datang membawa beberapa gelas minuman.
"Cuma buat teh gini mah gampang kakak juga bisa," ujarnya sembari meminum teh itu.
"Teh ini spesial tahu aku buat untuk Kakak," mukanya ditekuk kembali kesal dengan kakaknya yang tak menghargai usahanya.
"Iya, ini teh paling enak yang pernah Kakak minum," ujarnya dengan membelai lembut rambut adiknya ia tak ingin adiknya kecewa.
"Oh iya Kak, Kakak libur berapa lama?" tanya Shana.
"Sekitar dua minggu," jawab Sam sembari memakan kue yang bundanya buat.
"Ihh kok cepet sih padahal udah setahun Kakak gak pulang. Kenapa cuma dua minggu? Kenapa gak sebulan aja?"
"Kakak sibuk Shana bawel, Kakak lagi ngejar target biar tahun depan Kakak bisa lulus. Kalo Kakak libur kelamaan gimana mau cepet lulus," jawabnya sembari mencubit hidung adiknya.
"Ih.. sakit tahu," ujarnya menggosokan hidungnya yang dicubit kakaknya.
"Berarti selama dua minggu ini Kakak harus bawa aku jalan-jalan ya."
"Iya deh nanti kita jalan-jalan kemana pun kamu mau," Sam tak bisa mengabaikan permintaan adiknya.
Seketika mata Shana berbinar. Sudah lama ia dan kakaknya pergi berdua. Ia akan merencanakan kegiatannya selama bersama kakaknya.
"Oke, mulai besok kita pergi ke mall ya," permintaan pertamanya dengan mata berbinar seperti anak kecil yang menginginkan permen.
"Oke, kalo gitu kamu tidur besok kita ke mall" Sam akan mengabulkan permintaan adik kecilnya itu.
***
Pagi ini hujan menyambut mereka. Hari minggu dan hujan adalah perpaduan yang pas. Orang-orang akan bermalas-malasan di kasur mereka. Membangun mimpi mereka yang tertunda.
"Ih kok malah hujan sih," Shana tampak murung melihat jendela.
Saat bangun tidur ia sangat bersemangat karena akan pergi dengan kakaknya. Namun ketika melihat jendela hilang sudah semangatnya.
"Shan, turun ayo makan dulu," Sam memasuki kamar adiknya yang tak pernah berubah warna kuning menjadi pandangan pertamanya ketika memasuki kamar adiknya.
"Kamu kenapa sih liatin hujan terus," Kini Sam berdiri melihat apa yang adiknya lihat.
"Kenapa sih harus hujan, aku benci hujan," sahutnya dengan tangan disilangkan di depan dada.
"Kenapa kamu benci hujan?" Sam bertanya.
"Karena hujan rencana kita batal. Banyak orang sakit karena hujan. Hujan juga penyebab banjir," jawab Shana sengit.
"Shan kamu tahu kalau hujan itu selalu dibenci banyak orang," Sam bertanya sembari melihat keluar jendela.
"Banyak orang yang gak suka hujan termasuk aku," jawabnya dengan nada tak suka.
"Tapi hujan selalu turun setiap tahun."
"Tapi kenapa harus sekarang turunnya? Kenapa gak besok?" jawabnya tak mau kalah.
"Walau hujan dibenci banyak orang, tapi ia tetap turun. Karena ia tahu apa yang dilakukannya benar. Manusia di bumi ini butuh air untuk minum, mandi, mencuci, memasak, dan lain-lain. Tanpa hujan kita tak akan punya air. Tanpa air kita tak akan bisa hidup," ujar Sam dengan tenang sembari memandang hujan.
"Kamu jangan pernah membenci hujan ia adalah karunia Yang Maha Kuasa. Kalau kamu membenci hujan sama saja kamu membenci Sang Pencipta karena Ia lah yang membuat hujan."
"Jangan pernah menyerah seperti hujan, jika hal yang kamu lakukan adalah hal baik. Jangan hiraukan cacian orang selama apa yang kamu lakukan benar. Jadilah seperti hujan yang selalu ditunggu orang yang membutuhkan mereka," Sam tersenyum melihat adiknya yang tampaknya akan menangis.
"Iya Kak aku salah menilai hujan. Aku hanya melihat sisi gelapnya saja, sebenarnya banyak hal yang hujan lakukan untuk kita penghuni di bumi ini," air matanya seketika luruh, tak seharusnya ia membenci hujan hanya karena rencananya gagal.
"Udah gak usah nangis," ujarnya menenangkan adiknya .
"Kamu ingat gak? Waktu itu bunda suruh kita pergi ke kebun strawberry nenek naik motor. Tapi kita malah pergi entah kemana dan ditengah jalan tiba-tiba hujan dan akhirnya kita malah berteduh di warung yang menjual jagung bakar," Sam tersenyum mengingat kejadian itu.
"Iya aku inget trus kita akhirnya makan jagung bakar bukannya makan strawberry," Shana ikut tersenyum mengingat hal itu sederhana tapi bermakna karena setelah kejadian itu kakaknya harus pindah keluar kota untuk berkuliah.
"Aku juga inget karena pulang gak bawa strawberry akhirnya beli di minimarket karena takut Ayah sama Bunda tahu kalau kita gak pergi ke kebun strawberry. apalagi kita pulang larut dengan baju yang basah," Shana terkekeh mengingat hal konyol itu mereka beralasan baju mereka basah karena terciprat air dijalan.
"Soalnya kalo ayah tau kita bohong pasti Kakak gak jadi kuliah diluar kota," ujar Sama dengan tertawa.
Kakak beradik itu kompak tertawa lepas tanpa ada beban.
"Shan pernah denger gak? Hujan tak hanya membawa genangan, tapi juga membawa kenangan," ujarnya sembari melihat hujan yang mulai reda.
***
Terima kasih sudah membaca cerita ini.
Di sini ada yang suka hujan? Pendapat kalian tentang hujan seperti apa sih? Tulis di komen, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
Teen Fiction(TAMAT) Shana selalu di tindas Sandra ketika dirinya pertama kali masuk sekolah ini. Padahal dia tak pernah mengenal Sandra. Hingga dirinya bertemu dengan Naya dan Meru yang membantunya. Siapa sangka pertemuan mereka mengungkap sebuah rahasia di ant...