10. I'm Fine

32 5 0
                                    

"Bego, gue emang bego," Meru merutuki dirinya sembari memukul kepala berulang kali.

"Seharusnya gue gak ngelakuin hal itu," gumamnya.

"Bodoh lo Meru, kenapa lo bentak Shana, sih," suaranya menggeram.

"Shana gak tau apa-apa kenapa lo lampiasin ke dia."

Meru menghela nafas berkali-kali. Ia menyesali perbuatannya. Tak seharusnya ia tersulut emosi. Shana tak tahu perkara yang ia alami. Shana hanya menasihati dirinya yang berbuat salah. "Hah... emang bego gue."

Meru terus berjalan tanpa tahu tujuan. Ia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah. Tak sadar kini ia sudah berada di depan rumah Naya.

Karena sudah terlanjur berada disini, Meru akan berkunjung sebentar melihat keadaan Naya

Meru mendekati bangunan itu. Sepertinya toko ini sudah tutup. Terbukti dengan tulisan 'close' di depan pintu toko. Meru mengetuk pintu sembari melihat kedalam apakah masih ada orang atau tidak.

Tak berapa lama seorang perempuan jangkung datang membuka pintu untuk Meru. "Oh, Meru udah lama gak kelihatan," sambut Mbak Rin.

Meru memang sering berkunjung kemari entah membeli kue atau hanya iseng ingin mengganggu Naya. Tak heran Mbak Rin sudah akrab dengan Meru.

"Biasa Mbak anak sibuk," jawab Meru dengan terkekeh memasuki ruangan.

"Mau ketemu Ana ya?" tebakan Mbak Rin tak meleset, "tapi Ibu sama Ana belum pulang, kayanya sebentar lagi pulang. Tunggu aja dulu disini."

Mbak Rin mempersilahkan Meru untuk duduk di meja yang tersedia. Mbak Rin juga menyajikan beberapa pie susu dan teh untuk Meru.

"Sambil nunggu silahkan coba menu baru kami. Kamu belum pernah kan?"

"Iya Mbak, terima kasih," ujar Meru tanpa sungkan. Ia segera menyicipi pie susu yang tampak menggiurkan. Saat memasuki mulut pie itu langsung meleleh. Perpaduan pie yang gurih dan susu yang manis adalah perpaduan yang sempurna. Sepertinya Meru harus membeli pie ini nanti.

Lonceng di atas pintu berbunyi menandakan ada orang yang memasuki toko. Meru mengalihkan pandangannya dari pie. Dapat di lihat Naya dan Ibunya memasuki toko.

Meru bangkit dan menyapa Ibu Naya. "Sore, Tante," sapanya ramah dan menyalami tangan Ibu Susan.

"Eh, ada Meru. Sudah lama, Nak disini?"

"Belum kok, baru aja dateng, itu pie susu baru di makan setengah," gurau Meru dibalas senyuman Ibu Susan.

"Ana kamu temani Meru disini ya, Ibu mau masak dulu buat makan malam. Meru juga ikut makan disini, ya."

Setelah Susan meninggalkan mereka berdua. Kini Naya yang semula diam saja mulai bersuara.

"Lo ngapain sih di sini?" ujarnya dengan berbisik agar ibunya dan Mbak Rin tak mendengar.

"Ya, mau ketemu lo lah, sekalian mastiin keadaan lo," ujar Meru santai kembali menyantap pie susu.

"Sekarang lo udah ketemu gue dan gue baik-baik aja. Jadi cepet pergi," usir Naya.

"Gue baru datang lapar, lo tega lihat gue pingsan di jalan," ujar Meru dengan nada memelas.

Naya hanya memutar kedua matanya jengah. "Karena gue masih berbaik hati, kalo pienya udah habis cepet pergi dari sini," ancam Naya tapi tak dihiraukan Meru. Dia malah memakan pie itu perlahan sedikit demi sedikit tidak seperti sebelumnya.

Karena kesal dengan tingkah konyol Meru. Naya segera memakan pie terakhir di piring. "Udah habis, kan. Sekarang lo pergi," usirnya.

"Gak! gue nggak mau, tadi lo yang habisin pienya bukan gue. Sekarang gue mau minta pie lagi sama Mbak Rin," ujar Meru bangkit membawa piringnya untuk di isi kembali dengan pie yang baru.

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang